Begini proses hujan es tercipta yang bisa terjadi hingga April, menurut BMKG

Jumat, 25 Februari 2022 | 16:04 WIB   Reporter: SS. Kurniawan
Begini proses hujan es tercipta yang bisa terjadi hingga April, menurut BMKG

ILUSTRASI. Awan pekat menyelimuti langit Kota Lhokseumawe, Aceh, Kamis (4/6/2020). Begini proses hujan es tercipta yang bisa terjadi hingga April, menurut BMKG. ANTARA FOTO/Rahmad.


CUACA EKSTREM - Cuaca ekstrem berupa fenomena hujan es terjadi dalam sepekan terakhir di beberapa wilayah di Indonesia, seperti Bandarlampung, Bekasi, dan Surabaya. Begini proses hujan es terjadi, menurut BMKG.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan, hujan es disertai hujan dengan intensitas lebat dalam durasi singkat yang dibarengi kilat/petir dan angin kencang. 

Hujan es merupakan salah satu fenomena cuaca ekstrem yang terjadi dalam skala lokal dan ditandai dengan butiran es yang jatuh dari awan serta bisa terjadi dalam beberapa menit.

"Pemicu hujan es adalah pola konvektivitas di atmosfer dalam skala lokal regional yang signifikan," kata Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto, dikutip dari laman BMKG, Jumat (25/2).

Baca Juga: BMKG: Waspada Cuaca Ekstrem, Bisa Sebabkan Puting Beliung, Hujan Es, & Angin Kencang

Hujan es bisa terbentuk dari sistem awan konvektif jenis Cumulonimbus (Cb) yang umumnya memiliki dimensi menjulang tinggi. 

Ini menandakan ada kondisi labilitas udara signifikan dalam sistem awan tersebut. Sehingga, bisa membentuk butiran es di awan dengan ukuran yang cukup besar. 

Besarnya dimensi butiran es dan kuatnya aliran udara turun dalam sistem awan CB atau yang dikenal dengan istilah downdraft dapat menyebabkan butiran es dengan ukuran yang cukup besar.

"Butiran es tersebut terbentuk di puncak awan Cb tersebut lalu turun ke dasar awan hingga keluar dari awan dan menjadi fenomena hujan es," ujar Guswanto.

Baca Juga: Gempa Magnitudo 6,2 Guncang Sumatra Barat, Terasa hingga Singapura dan Malaysia

Kecepatan downdraft dari awan Cb yang signifikan bisa mengakibatkan butiran es yang keluar dari awan tidak mencair secara cepat di udara, dan bahkan ketika sampai jatuh ke permukaan Bumi pun masih dalam berbentuk butiran es yang dikenal dengan fenomena hujan es.

"Mengingat potensi cuaca ekstrem berupa puting beliung, hujan es, hujan lebat disertai kilat/petir dan angin kencang masih dapat terjadi hingga Maret-April mendatang, BMKG memberikan imbauan kepada masyarakat untuk tetap waspada," imbuh Guswanto.

Masyarakat mesti waspada terhadap kemungkinan potensi cuaca ekstrem tersebut serta dampak yang bisa muncul berupa bencana hidrometeorologi, seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, jalan licin, dan pohon tumbang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: S.S. Kurniawan

Terbaru