KONTAN.CO.ID - Mengenal Mata Uang Yen Jepang, dari awal sejarah dan perkembangan saati ini. Yen Jepang (JPY) merupakan salah satu mata uang paling berpengaruh di dunia.
Bahkan, Yen Jepang tidak hanya berperan penting dalam perekonomian domestik Negeri Sakura, tetapi juga dalam perdagangan global.
Sejak pertama kali diperkenalkan pada tahun 1871 melalui New Currency Act, yen dirancang sebagai simbol modernisasi Jepang pasca Restorasi Meiji.
Baca Juga: 10 Negara Importir Mobil Terbesar di Indonesia Tahun 2024: China Ungguli Jepang
Sejarah Mata Uang Yen Jepang
Perjalanan yen tidak selalu mulus, karena berbagai peristiwa sejarah seperti Perang Dunia II, krisis keuangan Asia, hingga dinamika kebijakan moneter Bank of Japan, turut membentuk nilai dan stabilitasnya.
Kini, yen dikenal sebagai salah satu mata uang cadangan dunia yang kerap menjadi pilihan utama investor internasional dalam kondisi gejolak ekonomi global.
Lalu, seperti apa perkembangan sejarah dari Mata Uang Yen Jepang, dirangkum dari laman Investopedia.
Baca Juga: Negosiator Perdagangan Jepang Batal Berkunjung ke AS untuk Selesaikan Pakta Investasi
1. Awal Mula Yen (1871)
Mata uang Yen (円, en) pertama kali diperkenalkan oleh Pemerintah Jepang pada 10 Mei 1871 melalui Undang-Undang Mata Uang Baru (Shinka Jōrei) pada masa Restorasi Meiji.
Yen diciptakan untuk menggantikan sistem moneter lama yang penuh kerumitan, yaitu campuran mata uang feodal seperti mon, ryo, dan koban.
Nama yen berarti “bulat” atau “lingkaran”, diambil dari bentuk koin logam yang digunakan pada masa itu.
Pemerintah Jepang juga mengadopsi sistem desimal (1 yen = 100 sen = 1.000 rin), terinspirasi dari sistem Barat, sehingga lebih mudah dalam perdagangan internasional.
2. Era Standar Perak dan Emas (1871–1930-an)
Awalnya yen dipatok berdasarkan standar perak, di mana 1 yen setara dengan 24,26 gram perak murni. Namun, karena harga perak terus menurun di pasar dunia, Jepang akhirnya beralih ke standar emas pada tahun 1897 setelah memenangkan Perang Jepang–China Pertama (1894–1895).
Sejak saat itu, yen bernilai 0,75 gram emas murni, menjadikannya lebih stabil dan kredibel di mata dunia.
Pada awal abad ke-20, Jepang berhasil memperkuat kedudukan yen sebagai alat tukar internasional, terutama setelah berhasil memenangkan Perang Rusia–Jepang (1904–1905) yang meningkatkan status Jepang sebagai kekuatan baru di Asia.
Baca Juga: Jepang Akan Perketat Syarat Visa bagi Pengusaha Asing
3. Krisis dan Perang Dunia II
Memasuki dekade 1930-an, Jepang terimbas Depresi Besar yang melanda dunia. Pemerintah Jepang keluar dari standar emas pada tahun 1931 untuk menjaga stabilitas ekonomi. Namun, situasi memburuk saat Jepang memperluas agresi militernya ke Asia.
Pada masa Perang Dunia II (1939–1945), yen mengalami inflasi tinggi akibat biaya perang yang sangat besar.
Setelah Jepang menyerah pada tahun 1945, nilai yen jatuh drastis dan sistem ekonomi hancur.
Baca Juga: Trump Pecat Lisa Cook: Dampaknya pada Saham Jepang dan Yen
4. Era Pendudukan Sekutu dan Nilai Tetap (1945–1971)
Setelah Jepang kalah perang, negara itu berada di bawah pendudukan Sekutu (1945–1952). Pada masa ini, ekonomi Jepang diawasi ketat oleh Amerika Serikat. Pada 7 April 1949, melalui kebijakan Menteri Keuangan AS Joseph Dodge, yen dipatok dengan nilai tetap 360 yen per 1 dolar AS.
Sistem nilai tukar tetap ini bertahan selama lebih dari dua dekade, sejalan dengan perjanjian internasional Bretton Woods.
Nilai 360 yen per dolar membantu Jepang melakukan rekonstruksi ekonomi pascaperang, dengan fokus pada industrialisasi dan ekspor.
5. Sistem Mengambang dan Penguatan Yen (1971–1980-an)
Runtuhnya sistem Bretton Woods pada awal 1970-an mengakhiri nilai tukar tetap yen. Sejak 1973, yen dibiarkan mengambang bebas di pasar valuta asing.
Jepang yang saat itu sedang mengalami pertumbuhan pesat (Japanese Economic Miracle) membuat nilai yen terus menguat.
Pada dekade 1980-an, Jepang menjadi ekonomi terbesar kedua dunia setelah AS, dengan ekspor mobil, elektronik, dan teknologi mendominasi pasar global.
Puncaknya terjadi setelah Plaza Accord tahun 1985, di mana negara-negara besar sepakat melemahkan dolar AS terhadap mata uang lain, termasuk yen. Hasilnya, yen melonjak tajam dari 240 yen per USD ke 120 yen per USD, bahkan sempat menyentuh 80 per USD pada 1995.
Baca Juga: Indonesia dan Jepang Perkuat Transaksi Mata Uang Lokal, Nilainya Capai US$ 5,1 Miliar
6. Bubble Economy dan “Dekade yang Hilang” (1990-an)
Penguatan yen yang terlalu cepat memicu gelembung ekonomi Jepang (1986–1991). Harga properti dan saham melambung tinggi, tetapi kemudian pecah pada awal 1990-an.
Jepang memasuki periode stagnasi panjang yang dikenal dengan sebutan “Dekade yang Hilang”, ditandai dengan pertumbuhan rendah, deflasi, dan perbankan yang rapuh.
Meskipun ekonominya stagnan, yen tetap relatif kuat karena dianggap sebagai mata uang stabil di Asia.
7. Yen sebagai Safe Haven (2000-an–2010-an)
Memasuki abad ke-21, yen semakin dikenal sebagai safe haven currency, yaitu mata uang yang dicari investor saat terjadi krisis global.
- Krisis Finansial Asia (1997–1998): Yen jadi acuan stabilitas regional.
- Krisis Finansial Global (2008): Yen menguat tajam karena investor lari dari dolar AS dan euro.
- Namun, penguatan yen ini juga membuat ekspor Jepang kurang kompetitif.
Untuk mengatasi stagnasi ekonomi, Perdana Menteri Shinzo Abe meluncurkan kebijakan Abenomics (2012–2020) yang terdiri dari stimulus fiskal, pelonggaran moneter, dan reformasi struktural.
Salah satu dampaknya adalah pelemahan yen yang disengaja agar nilai ekspor lebih kuat.
Baca Juga: 7 Film Anime Terlaris Sepanjang Masa di Jepang, Demon Slayer Nomor 1
8. Era Pandemi dan Tantangan Baru (2020–2025)
Pandemi COVID-19 membuat yen sempat menguat di awal 2020 sebagai aset aman. Namun, sejak 2022, yen justru melemah tajam akibat perbedaan kebijakan moneter:
Federal Reserve (AS) menaikkan suku bunga secara agresif untuk menekan inflasi. Bank of Japan (BoJ) tetap mempertahankan suku bunga sangat rendah, bahkan negatif, untuk mendorong pertumbuhan.
Akibatnya, yen jatuh ke level terendah dalam hampir 40 tahun. Pada 2024–2025, nilai yen sempat menembus 160 per USD, level terlemah sejak 1986. Kondisi ini memicu intervensi pemerintah Jepang untuk menstabilkan mata uangnya.
Sementara itu, kurs rupiah terhadap Yen Jepang saat ini tercatat ¥1 JPY = Rp111,3 versi Wise.com.
Demikian informasi terkait Mata Uang Yen Jepang, dari awal sejarah dan perkembangan.
Tonton: Saat Eks Koruptor Terima Penghargaan Bintang Mahaputra
Selanjutnya: Menakar Potensi dan Risiko Penerapan Kebijakan Short Selling
Menarik Dibaca: Rahasia Hemat ala Jepang: Kakeibo, Metode Jurnal Keuangan Bantu Atur Keuangan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News