Apa itu Carbon Capture and Storage? Sejarah, Fungsi, dan Perkembangan di Indonesia

Sabtu, 23 Desember 2023 | 11:01 WIB   Penulis: Bimo Kresnomurti
Apa itu Carbon Capture and Storage? Sejarah, Fungsi, dan Perkembangan di Indonesia

ILUSTRASI. Apa itu Carbon Capture and Storage? Sejarah, Fungsi, dan Perkembangan di Indonesia. ANTARA FOTO/Budi Candra Setya/aww/Spt.?


Carbon Capture and Storage - JAKARTA. Kenali lebih jauh apa itu Carbon Capture and Storage dari sisi sejarah, fungsi, hingga penerapan. Dalam upaya mengatasi pencemaran lingkungan, banyak peran organisasi di dunia mengembangkan teknologi terkait emisi.

Emisi merujuk pada pelepasan atau pembuangan zat atau substansi tertentu ke dalam lingkungan, khususnya ke atmosfer.

Dalam konteks lingkungan dan perubahan iklim, istilah ini sering kali dikaitkan dengan emisi gas rumah kaca, seperti karbon dioksida (CO2), metana (CH2), nitrogen oksida (NOx), dan lainnya

Nah, salah satu teknologi yang kini sedang dikembangkan oleh berbagai negara di dunia adalah Carbon Capture dan Storage (CCS).

Lalu, apa pengertian dari CCS dan fungsinya? Yuk simak penjelasan selengkapnya.

Baca Juga: Pertamina Mulai Implementasi CCUS di Lapangan Sukowati

Apa itu Carbon Capture dan Storage?

Indonesia Tegaskan Komitmen untuk Memajukan Carbon Capture and Storage (CCS) di Forum IICCS 2023

CCS atau sistem penangkapan CO2 adalah teknologi yang  memungkinkan beberapa sektor dengan emisi tertinggi mengurangi emisinya, dilansir dari National Grid.

Seperti industri manufaktur, pembangkit listrik, penyulingan, petrokimia, baja, dan semen serta sangat menjanjikan dalam upaya mitigasi perubahan iklim. 

Karbon ini kemudian diangkut dari tempat produksinya, melalui kapal atau pipa, dan disimpan jauh di bawah tanah dalam formasi geologi.

Sejarah perkembangan Carbon Capture dan Storage

Merangkum laporan IEAGHG, gagasan dasar tentang CCS, yang melibatkan penangkapan dan mencegah pelepasan CO2 ke atmosfer, pertama kali diajukan pada tahun 1977.

Teknologi penangkapan CO2 sendiri telah digunakan sejak tahun 1920-an untuk memisahkan CO2 yang terkadang terdapat di dalam reservoir gas alam, terutama dalam pemisahan gas metana yang dapat dijual.

Pada awal tahun 1970-an, sejumlah CO2 ditangkap menggunakan metode ini dari fasilitas pemrosesan gas di Texas, Amerika Serikat. CO2 yang tertangkap kemudian disalurkan ke ladang minyak terdekat dan disuntikkan untuk meningkatkan perolehan minyak.

Proses ini, yang dikenal sebagai Enhanced Oil Recovery (EOR), telah terbukti sangat berhasil dan menghasilkan jutaan ton CO2. CO2 ini, baik yang berasal dari akumulasi alam di bebatuan bawah tanah maupun yang ditangkap dari fasilitas industri, kini secara rutin disalurkan dan disuntikkan ke ladang minyak di Amerika dan lokasi lainnya setiap tahunnya.

Baca Juga: Dekarbonisasi Pembangkit, PLN Indonesia Power Ungkap Rencana Implementasi CCS

Dengan berbagai peristiwa yang berlangsung begitu cepat, memperoleh gambaran yang jelas tentang jumlah proyek CCS yang sedang berjalan di seluruh dunia menjadi sangat sulit.

Laporan National Grid, kini total jumlah proyek per tahun 2022, CCS sudah tersebar dalam 94 proyek berada di Amerika (80 di AS), 73 di Eropa (27 di Inggris), 21 di Asia-Pasifik, dan 6 di Timur Tengah.

Kapasitas penangkapan CO2 di seluruh fasilitas CCS yang sedang dikembangkan tumbuh menjadi 244 juta ton per tahun pada tahun 2022. Sehingga, ini mengalami peningkatan yang mengesankan sebesar 44% sepanjang tahun.

Setiap proyek CCS kini masih dikembangkan dan diawasi oleh Global CCS Institute.

Perkembangan CCS di Indonesia

Penerapan teknologi CCUS di Pertamina EP Sukowati Field

Melansir dari laman Kontan.co.id, Pemerintah sedang mengupayakan Peraturan Presiden atau Perpres. Saat ini, payung hukum CCS/CCUS baru terbatas di Permen ESDM No 2 Tahun 2023 yang hanya untuk hulu migas, karbon dari industri tidak bisa diinjeksikan ke acquifer.

Sementara itu, sudah ada badan khusus seperti Indonesia Carbon Capture and Storage Center (ICCSC) yang menangani pemetaan dan perkembangan CCS di wilayah Indonesia.

Salah satu perusahaan yang telah menerapkan ini adalah Pertamina dalam melakukan implementasi secara aktual terhadap Studi CCS/CCUS dari tahun 2022.

Sistem CCS telah dilakukan oleh Pertamina pada dua sumur di Lapangan Jatibarang pada bulan Oktober dan Desember 2022 tahun lalu. Selanjutnya, akan dilakukan pilot interference 2 wells untuk CO2 flooding dan full field scale CO2 EOR.

Yang terbaru, penerapan teknologi CCUS sedang dikembangakan di Pertamina EP Sukowati Field pada bulan Desember 2023.

Rangkaian Carbon Capture dan Storage

Secara sederhana, berikut ini beberapa rangkaian carbon capture yang bisa Anda pahami.

1. Penangkapan (Capture)

Proses penangkapan CO2 dilakukan pada sumber-sumber besar emisi, seperti pembangkit listrik tenaga batu bara atau pabrik industri. Teknologi ini dapat melibatkan metode fisik, kimia, atau biologi untuk menangkap CO2 sebelum dilepaskan ke udara.

2. Transportasi (Transport)

CO2 yang ditangkap kemudian diangkut ke lokasi penyimpanan. Biasanya, CO2 diangkut dalam bentuk cair atau dalam pipa-pipa.

3. Penyimpanan (Storage)

CO2 disimpan di dalam reservoir geologi, seperti formasi batuan bawah tanah, bekas ladang minyak, atau lapisan batubara yang tidak ekonomis. Tujuannya adalah agar CO2 tetap terisolasi dan tidak mencemari atmosfer.

Penerapan CCS

Lalu, apa saja penerapan CCS yang bisa dikembangkan? Berikut ini beberapa contoh penerapan di negara lain.

  • Pembangkit Listrik: Pembangkit listrik tenaga batu bara atau gas memiliki potensi besar untuk menerapkan CCS guna mengurangi emisi CO2.
  • Industri Berat: Pabrik-pabrik besar yang menghasilkan emisi signifikan, seperti pabrik semen atau industri kimia, dapat menerapkan CCS untuk mengurangi jejak karbon mereka.
  • Pabrik Hidrogen: Proses produksi hidrogen dari bahan bakar fosil juga dapat menjadi kandidat untuk penerapan CCS, mengingat proses ini dapat menghasilkan emisi CO2 yang tinggi.
  • Pabrik Bioenergi: CCS juga dapat digunakan dalam kombinasi dengan pembangkit listrik berbasis biomassa untuk mencapai emisi netral karbon.

CCS memiliki potensi untuk mengurangi dampak emisi gas rumah kaca dari sektor-sektor yang sulit untuk diterapkan teknologi alternatif.

Oleh karena itu, implementasinya memerlukan dukungan secara global, baik dari sektor swasta maupun pemerintah, untuk mencapai skala yang lebih luas dan efektif.

Demikian informasi terkait pengertian carbon capture and storage dari sejarah hingga perkembangan di Indonesia.

Selanjutnya: 10 Pertanda Ginjal Anda Sedang Bermasalah yang Tidak Boleh Diabaikan, Perhatikan!

Menarik Dibaca: Pahami 5 Cara Merawat Kulit Kering dan Kulit Sensitif pada Bayi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Bimo Kresnomurti

Terbaru