KONTAN.CO.ID - Air rebusan mi instan sering dianggap menyimpan zat berbahaya karena mengandung penyedap rasa, garam, dan lemak dari proses perebusan. Banyak orang memilih membuangnya sebelum menambahkan bumbu, dengan keyakinan bahwa cairan tersebut bisa berdampak buruk bagi kesehatan.
Mi instan memang dikenal tinggi natrium dan mengandung monosodium glutamat (MSG), dua komponen yang larut ke dalam air rebusan saat dimasak.
Kekhawatiran terhadap kandungan ini mendorong munculnya berbagai anggapan bahwa air rebusan bersifat beracun, memicu penyakit, atau menumpuk di tubuh.
Namun, menurut ulasan dalam Healthline, mengonsumsi mi instan termasuk air rebusannya dalam jumlah sedang kemungkinan besar tidak menyebabkan efek kesehatan yang negatif.
Kandungan MSG dan natrium dalam air rebusan memang tinggi, tetapi tidak bersifat toksik dan masih aman untuk sebagian besar orang.
Masalah muncul ketika konsumsi dilakukan berlebihan. Dalam beberapa produk, secara label gizi, satu bungkus mi instan umumnya dihitung sebagai dua porsi.
Namun dalam praktiknya, kebanyakan orang mengonsumsi seluruh kemasan sekaligus, yang berarti total asupan natrium, kalori, dan lemak juga menjadi dua kali lipat dari yang tertera di label.
Baca Juga: Glico Tangkap Prospek Pasar Snack Indonesia, Perkuat Ekspansi ke Pasar Tradisional
Satu bungkus mi bisa mengandung lebih dari 1.700 mg natrium, mendekati batas harian yang disarankan.
Air Rebusan Mengandung Natrium dan MSG, tapi Tidak Beracun
Air rebusan mi instan biasanya menyerap sebagian dari penyedap, garam, dan MSG yang larut selama proses perebusan.
Meskipun MSG sendiri dianggap aman oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat, sejumlah studi menunjukkan bahwa konsumsi berlebih bisa memicu gejala seperti sakit kepala, mual, atau tekanan darah meningkat terutama pada individu yang sensitif terhadap MSG.
Baca Juga: Bidik Shadow Economy, Perdagangan Eceran Hingga Makanan Minuman Masuk Radar Pajak
Bagi orang sehat dan tidak sensitif, mengonsumsi air rebusan mi sekali-sekali tidak menyebabkan efek negatif langsung.
Namun, jika menjadi kebiasaan, asupan natrium bisa meningkat signifikan. Satu porsi mi instan mengandung sekitar 861 mg natrium, dan dua porsi (satu bungkus utuh) berarti mencapai 1.722 mg, mendekati batas harian yang disarankan.
Nilai Gizi Mi Instan: Rendah Kalori, tapi Juga Rendah Serat dan Protein
Mi instan tergolong makanan rendah kalori. Satu porsi mi rasa daging sapi mengandung 188 kalori, 27 gram karbohidrat, dan 7 gram lemak.
Namun, mi ini juga rendah protein (4 gram) dan serat (kurang dari 1 gram), sehingga tidak cukup mengenyangkan dan berpotensi mendorong konsumsi berlebih.
Selain itu, meskipun mi instan mengandung beberapa mikronutrien seperti zat besi, folat, dan vitamin B, kualitas gizinya tetap rendah jika dijadikan makanan pokok.
Beberapa studi menunjukkan bahwa konsumsi mi instan secara rutin dikaitkan dengan penurunan kualitas pola makan.
Meskipun ada sedikit peningkatan asupan vitamin B tertentu, konsumen mi instan cenderung memiliki asupan lebih tinggi terhadap kalori, natrium, dan lemak, dan lebih rendah protein, vitamin A, dan C.
Studi di Korea Selatan bahkan menghubungkan konsumsi mi instan lebih dari dua kali seminggu dengan peningkatan risiko sindrom metabolik, terutama pada perempuan. Sindrom ini berhubungan dengan peningkatan risiko diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung.