Namun, di tengah perjalanan pulang, Endang Sawitri melanggar pesan tersebut. Akibatnya, Endang Sawitri hamil.
Ki Sela Gondang pun memohon agar Ki Hajar Salokantara mau menikahi sang putri untuk menutup aib keluarganya. Dengan berat hati, maka Ki Hajar Salokantara pun menerima Endang Sawitri sebagai istrinya.
Setelah lahir, ternyata anaknya berupa naga yang diberi nama Baro Klinting. Untuk melepas kutuk pusaka, Baro Klinting harus menemui Ki Hajar Salokantara yang sedang bertapa di gunung Telomoyo dan bertapa dengan melingkari gunung Telomoyo dengan tubuhnya.
Selanjutnya Ki Hajar Salokantara menyuruh Baru Klinting untuk bertapa kembali di gunung Telomoyo agar dia terlepas dari kutukan pusaka sakti tersebut.
Baca Juga: Menghalau stres dari pinggir Rawa Pening
Setelah selesai bertapa, Baro Klinting berubah menjadi manusia. Setelah berubah wujud manusia, Baro Klinting meminta makanan dan minuman, namun diusir oleh penduduk desa.
Hanya seorang janda tua yang bernama Nyai Latung yang memberikan makanan dan minuman. Baro Klinting menancapkan sebatang lidi dan mengadakan sayembara siapa yang dapat mencabut lidi, maka ia adalah orang hebat.
Tidak seorangpun penduduk desa yang sanggup. Saat lidi dicabut oleh Baro Klinting, menyemburkah air yang sangat deras menjadi air bah, pendudukpun memukul kentongan tanda bahaya.
Mendengar suara kentongan, Nyai Latung naik ke atas lesung sesuai dengan pesan dari Baro Klinting. Air bah tersebut menjelma menjadi genangan luas berbentuk rawa-rawa denga airnya yang bening. Nyai Latung menamakan desa yang tengggelam dengan nama Rawa Pening yang berasal dari genangan air bening yang mebentuk rawa.
Selanjutnya: Berharap revitalisasi Rawa Pening terealisasi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News