KONTAN.CO.ID - Mengenang 80 Tahun Insiden Hotel Yamato pada 19 September. Peristiwa pada 19 September 1945 di Surabaya menjadi salah satu momen penting dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia pasca-proklamasi kemerdekaan.
Insiden ini berawal dari pengibaran bendera Belanda di atas Hotel Yamato (kini Hotel Majapahit) yang memicu kemarahan rakyat, karena dianggap sebagai bentuk pelecehan terhadap kedaulatan Republik Indonesia yang baru saja berdiri.
Dari situlah terjadi aksi heroik para pemuda Surabaya yang dengan keberanian luar biasa menurunkan bendera Belanda dan merobek bagian birunya, sehingga hanya tersisa bendera Merah Putih berkibar megah sebagai simbol harga diri dan kemerdekaan bangsa.
Lalu, seperti apa latar belakang hingga tokoh nasional yang terlibat? Cek informasi menarik, dirangkum dari Buku Kisah Merah Putih oleh Kemendikdasmen.
Baca Juga: Cek Hari Besar 19 September: Insiden Hotel Yamato hingga Bahasa Bajak Laut
Latar Belakang
Setelah Proklamasi 17 Agustus 1945, berita kemerdekaan Indonesia belum sepenuhnya diterima atau diakui oleh pihak Belanda dan Sekutu.
Di Surabaya, Belanda yang masih ingin menunjukkan kekuasaannya melakukan tindakan provokatif dengan mengibarkan bendera Merah-Putih-Biru (triwarna Belanda) di atas Hotel Yamato (sekarang Hotel Majapahit) pada 19 September 1945.
Hal ini memicu amarah rakyat Surabaya karena dianggap merendahkan kedaulatan Republik Indonesia yang baru saja diproklamasikan.
Pencetus Insiden
Pihak Belanda, melalui eks tentara KNIL dan pemuda Belanda (NICA), yang dipimpin oleh Mr. W.V.Ch. Ploegman, mengibarkan bendera Belanda di hotel tersebut. Tindakan itu dianggap sebagai simbol bahwa Belanda ingin kembali menjajah Indonesia.
Baca Juga: Hari Besar Setiap 17 September: HUT PMI, Harhubnas, hingga Hari Musik Country
Proses Kejadian
Kerumunan massa berkumpul di depan Hotel Yamato menuntut bendera Belanda diturunkan. Kemudian, terjadi perundingan antara pihak Indonesia (tokoh Surabaya) dan pihak Belanda di dalam hotel.
Namun, perundingan memanas dan berakhir ricuh; Ploegman tewas dalam insiden tersebut. Massa di luar hotel semakin marah, terjadi bentrokan dengan Belanda dan pasukan sekutu.
Dua pemuda Surabaya, Hariyono dan Koesno Wibowo, nekat memanjat hotel. Hariyono naik melalui tembok, sementara Koesno naik lewat tangga menuju atap.
Mereka kemudian merobek bagian biru dari bendera Belanda, sehingga hanya menyisakan Merah-Putih yang berkibar megah di atas Hotel Yamato.
Baca Juga: Apa Saja Hari Besar pada 15 September? Simak 4 Daftar Peringatan Penting
Tokoh-Tokoh Penting
- Hariyono merupakan pemuda Surabaya yang memanjat tembok hotel.
- Koesno Wibowo merupakan pemuda yang merobek bendera Belanda.
- Sidik merupakan tokoh Residen Sudirman yang mengancam Ploegman.
- Ploegman merupakan tokoh Belanda yang tewas dalam insiden ini.
- Tokoh masyarakat dan pemuda Surabaya yang menggerakkan massa.
Baca Juga: Tanggal 5 September Memperingati Apa? Ada Hari Amal Sedunia hingga Maulid Nabi
Efek bagi Belanda dan Perjuangan Indonesia
Bagi Belanda, insiden ini menunjukkan bahwa rakyat Surabaya menolak keras kembalinya penjajahan. Semangat rakyat Surabaya semakin berkobar, menjadikan Surabaya sebagai pusat perlawanan terhadap kolonialisme.
Insiden ini menjadi salah satu pemicu meningkatnya tensi antara rakyat Surabaya dan pasukan Sekutu yang akhirnya berujung pada Pertempuran 10 November 1945.
Secara internasional, peristiwa ini memperlihatkan kepada dunia bahwa bangsa Indonesia benar-benar berjuang mempertahankan kemerdekaan, bukan sekadar deklarasi.
Demikian informasi terkait peringatan 80 Tahun Insiden Hotel Yamato pada 19 September 1945.
Tonton: Kursi Menteri BUMN Kosong, Bakal Dilebur Sama Danantara?
Selanjutnya: 20 September Memperingati Apa? Ada Hari NFT Internasional hingga Hari Nasi Goreng
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News