10 Nama Pahlawan Revolusi dalam Peristiwa G30S PKI Beserta Biodata Lengkapnya

Jumat, 29 September 2023 | 12:38 WIB   Penulis: Virdita Ratriani
10 Nama Pahlawan Revolusi dalam Peristiwa G30S PKI Beserta Biodata Lengkapnya

ILUSTRASI. Ada 10 Pahlawan Revolusi dalam peristiwa G30S PKI. TRIBUNNEWS/HERUDIN


Nama 10 Pahlawan Revolusi - Ada 10 Pahlawan Revolusi dalam peristiwa G30S PKI. Pahlawan Revolusi adalah gelar yang diberikan oleh Pemerintah Indonesia kepada sejumlah perwira militer yang gugur dalam Gerakan 30 September. 

Peristiwa Gerakan 30 September 1965 atau G30S PKI menyisakan sejumlah korban dari kalangan jenderal TNI AD. Pada saat itu sejumlah jenderal TNI AD diculik dan nama jenderal yang dibunuh PKI kini dikenang sebagai Pahlawan Revolusi. 

Para jenderal tersebut dibunuh oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) pada malam 30 September sampai awal 1 Oktober 1965. Jasad jenderal dalam peristiwa G30S PKI ditemukan di area sumur tua di Lubang Buaya dengan kedalaman lebih dari 12 meter. 

Selain di Jakarta, peristiwa G30S PKI juga terjadi di Yogyakarta. Peristiwa G30S di Yogyakarta terjadi pada 1 Oktober 1965 di daerah Kentungan, Kabupaten Sleman.

Lantas, siapa saja 10 Pahlawan Revolusi korban G30S PKI? 

Baca Juga: 7 Jenderal Korban G30S PKI dan Biodata Lengkapnya

10 Pahlawan Revolusi korban G30S PKI

10 Nama Pahlawan Revolusi

Dirangkum dari laman resmi Gramedia, e-journal Universitas Atma Jaya Yogyakarta, dan Perpustakaan Nasional, berikut nama 10 Pahlawan Revolusi korban G30S PKI:

1. Jenderal TNI Anumerta Ahmad Yani 

Jenderal TNI Ahmad Yani adalah salah satu nama dari 10 Pahlawan Revolusi yang gugur dalam peristiwa G30S PKI. Ahmad Yani lahir di Purworejo pada 12 Juni 1922 dan meninggal pada 1 Oktober 1965 di Lubang Buaya, Jakarta Timur.

Jenderal Ahmad Yani pernah mengikuti pendidikan militer pada Dinas Topografi Militer di Malang dan Bogor dengan pangkat Sersan. Saat pendudukan Jepang, Ahmad Yani mengikuti pendidikan Heiho di Magelang dan selanjutnya masuk tentara Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor. 

Setelah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk, Ahmad Yani diangkat menjadi Komandan TKR Purwokerto. Ahmad Yani pernah terlibat dalam Agresi Militer Pertama Belanda, Agresi Militer Kedua Belanda, dan melawan DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) yang membuat kekacauan di daerah Jawa Tengah. 

Baca Juga: Apa Bedanya Hari Lahir Pancasila dengan Hari Kesaktian Pancasila?

Seusai penumpasan DI/TII, Ahmad Yani kembali ke Staf Angkatan Darat. Pada 1955, Ahmad Yani disekolahkan pada Command and General Staff College di Fort Leaven Worth, Kansas, USA selama sembilan bulan.

Pada 1956, Ahmad Yani juga mengikuti pendidikan selama dua bulan pada Spesial Warfare Course di Inggris. Pada 1962, Ahmad Yani diangkat menjadi Menteri/Panglima Angkatan Darat.  

Ahmad Yani menolak keinginan PKI untuk membentuk Angkatan Kelima yang terdiri dari buruh dan tani yang dipersenjatai. Sehingga, ia diculik dan dibunuh PKI saat Pemberontakan G30S/PKI. 

Ahmad Yani ditembak di depan kamar tidurnya pada tanggal 1 Oktober 1965 (dinihari). Jenazahnya kemudian ditemukan di Lubang Buaya, Jakarta Timur dan dimakamkan secara layak di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan.

Baca Juga: Hari Lahir Pancasila, Ini Perbedaan dengan Hari Kesaktian Pancasila

2. Mayor Jenderal Siwondo Parman 

Mayor Jenderal Siwondo Parman atau dikenal sebagai S. Parman adalah salah satu nama dari 10 Pahlawan Revolusi korban G30S PKI. S. Parman lahir di Wonosobo, 14 Agustus 1918. 

S. Parman sempat masuk ke sekolah kedokteran, namun berhenti setelah Jepang menjajah Indonesia. Dimasa kekuasaan Jepang, Parman bekerja sebagai polisi militer yang disebut Kempetai. 

Tak lama setelah itu, S. Parman dikirim ke Jepang untuk mengikuti pelatihan intelijen. Pada 1945, karier militer S. Parman di TNI dimulai saat beliau bergabung di TKR.  

Baca Juga: 9 Tempat-Tempat Bersejarah Kemerdekaan Indonesia, Selain Monumen Nasional

Beberapa bulan kemudian, Parman diangkat menjadi kepala staf polisi militer yang berada di Yogyakarta. Lalu, naik jabatan menjadi kepala staf Gubernur militer di Jabodetabek yang berpangkat Mayor. 

Prestasi S. Parman yakni berhasil menggagalkan pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil atau APRA yang dipimpin langsung oleh Raymond Westerling.  

Hal itu membuat S. Parman dikirim untuk sekolah polisi militer di Amerika. S. Parman juga pernah menjadi atase di militer Indonesia yang ada di Inggris dan memegang jabatan di Departemen Pertahanan Indonesia.  

Kemudian, S. Parman kembali ke Indonesia menjadi asisten intelijen bagi KSAD Jenderal Ahmad Yani. Pada 30 September 1965, S. Parman diculik oleh pasukan Cakrabirawa dan ditembak bersama dengan beberapa perwira lainnya.

Baca Juga: Kerajaan Islam Pertama di Indonesia, Perlak: Awal Berdiri, Bukti Sejarah, Keruntuhan

3. Brigjen TNI Donald Isaac Pandjaitan

Salah satu nama dari 10 Pahlawan Revolusi korban G30S PKI adalah Brigjen TNI Donald Isaac Pandjaitan atau D.I. Pandjaitan. D.I. Pandjaitan lahir di Balige, Sumatera Utara pada 9 Juni 1925. D.I. Pandjaitan menjadi anggota Gyugun atau bisa disebut sebagai tentara sukarela di wilayah Pekanbaru, Riau setelah tamat SMA. 

Pada 1945, D.I. Pandjaitan mulai bergabung di dalam Tentara Keamanan Rakyat atau TKR yang baru saja dibentuk. D.I. Pandjaitan pernah menjabat sebagai komandan batalyon TKR. 

Kemudian, D.I. Pandjaitan ditugaskan menjadi Komandan Pendidikan Divisi IX/Banteng di Bukittinggi pada tahun 1948. Lalu, beralih menjadi Kepala Staf Umum IV di Komandemen Tentara Sumatera.

Baca Juga: Dari Mana Asal Muasal Halalbihalal? Begini Sejarahnya

Serta menjadi Pimpinan Perbekalan Perjuangan Pemerintah Darurat Republik Indonesia saat terjadi Agresi Militer Belanda yang ke I dan II.

Pada 1963, D.I. Pandjaitan dikirim ke Amerika Serikat guna mengikuti kursus militer di Associated Command and General Staff College di wilayah Fort Leavenworth. D.I. Pandjaitan juga sempat ditugaskan menjadi atase militer Indonesia di wilayah Bonn pada tahun 1960.

D.I. Pandjaitan diangkat sebagai Asisten IV Menteri Panglima Angkatan Darat Jenderal AH Nasution di bagian logistik. 

Kemudian, pada 1 Oktober 1965 dini hari, Pandjaitan diculik oleh pasukan Cakrabirawa dan menjadi salah satu korban G30S PKI. Hingga sekarang, Pandjaitan telah dikenal sebagai pahlawan revolusi.

Baca Juga: Kerajaan Islam Pertama di Indonesia, Perlak: Awal Berdiri, Bukti Sejarah, Keruntuhan

4. Mayjen TNI MT Haryono 

Mayor Jenderal TNI Mas Tirtodarmo Haryono atau dikenal sebagai MT Haryono adalah salah satu nama dari 10 Pahlawan Revolusi dalam peristiwa G30S PKI. MT Haryono lahir di Surabaya, 20 Januari 1924. 

Setelah merampungkan pendidikan dasarnya, MT Haryono juga sempat menempuh pendidikan di Ika Dai Gakko (Sekolah Tinggi Kedokteran) di zaman Jepang. Namun tidak sampai tamat karena Jepang menyerah.

Selepas proklamasi Kemerdekaan tahun 1945, MT Haryono bergabung dengan TKR (Tentara Keamanan Rakyat) dan juga memperoleh pangkat yakni Mayor. MT Haryono juga pernah menjadi anggota delegasi Indonesia di Konferensi Meja Bundar (KMB).

MT Haryono juga pernah menjadi atase militer Indonesia di Belanda lantaran kemampuannya berunding dan memahami beberapa bahasa asing seperti bahasa Jerman, Belanda, dan Inggris. 

Setelah kembali ke Indonesia, MT Haryono diangkat menjadi Asisten atau Deputi III Menteri/Panglima Angkatan Darat Jenderal Ahmad Yani bagian pembinaan dan perencanaan.

Baca Juga: Sejarah Halalbihalal, Tradisi Lebaran yang Muncul Era Soekarno

5. Mayjen R. Suprapto

Salah satu dari 10 Pahlawan Revolusi korban G30S PKI adalah Mayjen R. Suprapto. Mayjen R. Suprapto lahir di Purwokerto, Jawa Tengah pada 20 Juni 1920. 

Setelah menyelesaikan pendidikan menengah atasnya, Mayjen R. Suprapto lalu mengikuti sebuah pelatihan militer di Koninklijke Militaire Akademie yang berada di Bandung. Namun, tak sampai selesai karena Jepang menguasai Indonesia.

R. Suprapto kemudian ditahan dan dimasukan ke penjara. Akan tetapi dirinya berhasil melarikan diri. Mayjen R. Suprapto juga sempat mengikuti sebuah pelatihan bernama keibodan, syuisyintai, dan seinendan yang diadakan oleh Jepang. 

Setelah itu, Mayjen R. Suprapto memutuskan bekerja di Kantor Pendidikan Masyarakat dan bergabung ke Tentara Keamanan Rakyat atau TKR. Mayjen R. Suprapto juga pernah terlibat dalam pertempuran Ambarawa bersama Jenderal Sudirman melawan tentara Inggris.

Baca Juga: Hari Lahir Pancasila 1 Juni: Pembentukan BPUPKI, Dasar Negara, Isi Pancasila

Mayjen R. Suprapto pernah ditugaskan sebagai Kepala Staf Tentara dan Teritorial (T&T) IV/ Diponegoro di Semarang dan Staf Angkatan Darat dan Kementerian Pertahanan. Lalu, Mayjen R. Suprapto dilantik menjadi Deputi (Wakil) Kepala Staf Angkatan Darat di Medan. 

Setelah kembali ke Jakarta, Mayjen R. Suprapto diangkat menjadi perwira tinggi Angkatan Darat dengan pangkat Mayor Jenderal.

Pada 1 Oktober 1965 waktu dini hari, R Suprapto dijemput oleh Pasukan Cakrabirawa dengan dalih dipanggil menghadap kepada Presiden Soekarno. 

Suprapto kemudian dibawa ke daerah Halim Perdanakusuma atau lebih tepatnya berada di lubang buaya.

Baca Juga: Biodata dan Nama Jenderal yang Dibunuh PKI pada G30S/PKI

6. Mayjen TNI Sutoyo Siswomiharjo

Mayor Jenderal TNI Sutoyo Siswomiharjo adalah salah satu dari 10 Pahlawan Revolusi yang gugur dalam peristiwa G30S PKI. Sutoyo Siswomiharjo lahir di Purworejo, Jawa Tengah pada 28 Agustus 1922. 

Sutoyo Siswomiharjo pernah menempuh pendidikan di Sekolah Pendidikan Pegawai Negeri di Jakarta. Kemudian, Sutoyo Siswomiharjo bekerja menjadi pegawai pemerintah di Purworejo namun berhenti pada 1944. 

Selanjutnya, Sutoyo Siswomiharjo bergabung dengan TKR dan menjadi ajudan Jenderal Gatot Subroto yang saat itu menjabat sebagai komandan polisi militer. Kemudian, pada 1954 ia menjabat menjadi kepala staf Markas Besar Polisi Militer. 

Pada 1960, Sutoyo ditugaskan menjadi Inspektur Kehakiman Angkatan Darat. Lalu, naik pangkat sebagai Inspektur Kehakiman atau Jaksa Militer Utama dengan pangkat yaitu Brigadir Jenderal TNI.

Baca Juga: Di Mana Lubang Buaya, Lokasi Ditemukannya Jenazah Perwira AD Korban G30S/PKI?

7. Brigjen Katamso

Brigadir Jenderal TNI Anumerta Katamso Darmokusumo atau dikenal sebagai Brigjen Katamso adalah salah satu dari 10 Pahlawan Revolusi korban G30S PKI di Yogyakarta. 

Katamso Darmokusumo adalah sosok kelahiran Sragen, Jawa Tengah pada 5 Februari 1923. Ayah Brigjen Katamso bernama Ki Sastrosudarmo, yang mempunyai latar belakang sosial sebagai golongan menengah.

Brigjen Katamso meninggal dunia 2 Oktober 1965 dini hari dan menjadi korban peristiwa G30S di Yogyakarta. Ia diculik dari rumahnya dan dibawa menuju Kentungan untuk dieksekusi dan jasadnya dimasukkan ke dalam sebuah sumur bersama jasad Kolonel Sugiyono. 

Jasad Brigjen Katamso baru ditemukan pada 21 Oktober 1965 dan kemudian disemayamkan di TMP Semaki, Yogyakarta. Brigjen Katamso kemudian dianugerahi gelar Pahlawan Revolusi berdasarkan Keputusan Presiden RI No.118/KOTI/Tahun 1965 tanggal 19 Oktober 1965.

Baca Juga: Presiden China Xi Jinping Percaya Diri dengan Masa Depan Ekonomi China

8. Kapten Czi. Pierre Tendean

Kapten Czi. Pierre Tendean adalah satu-satunya dari 10 Pahlawan Revolusi yang berpangkat kapten. Sebenarnya, Pierre Tendean dalah ajudan dari Jenderal Abdul Haris Nasution (A.H. Nasution) yang menjadi sasaran PKI. 

Namun, dia tewas saat melindungi A.H. Nasution. Pierre Andries Tendean atau dikenal dengan Pierre Tendean lahir pada 21 Januari 1939.

Semenjak kecil dirinya sudah memiliki cita-cita sebagai seorang tentara. Pierre Tendean lalu bergabung di sekolah militer Akademi Teknik Angkatan Darat (ATEKAD) dan berpartisipasi dalam operasi militer memberantas pemberontakan PRRI (Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia) di daerah Sumatera. 

Selepas lulus, Pierre mendapat tugas menjadi Komandan Peleton Batalyon Zeni Tempur 2 Kodam II/Bukit Barisan di Medan dengan pangkat Letnan Dua.

Lalu, Pierre Tendean bergabung di Dinas Pusat Intelijen Angkatan Darat (DIPIAD) dan menjadi intelijen di Malaysia saat Indonesia dan Malaysia mengadakan konfrontasi.

Baca Juga: Diplomat Senior AS dan China Bertemu di Washington dalam Upaya Terbaru Jaga Dialog

9. Kolonel Anumerta Sugiyono

Selanjutnya, salah satu nama 10 Pahlawan Revolusi adalah Kolonel Anumerta Sugiyono. 

Sugiyono lahir pada 12 Agustus 1926 di Desa Gendaran, daerah Gunung Kidul, Yogyakarta. Pada masa pendudukan Jepang Sugiyono mendapat pendidikan militer pada Pembela Tanah Air (PETA). 

Kemudian ia diangkat menjadi Budanco di Wonosari. Kariernya terus berkecimpung di dunia militer, mengikuti beberapa penumpasan pemberontakan di Tanah Air. 

Pada 1 Oktober 1965 Sugiyono yang baru saja kembali dari Pekalongan ditangkap di Markas Korem 072 yang telah dikuasai gerombolan PKI. 

la dibunuh di Kentungan, sebelah Utara Yogyakarta dan jenazahnya ditemukan pada 22 Oktober 1965 kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta.

Baca Juga: Skema Tarif Jasa Pelabuhan Bisa Hambat Penjualan 90 Juta Ton Batubara di Samarinda

10. A.I.P. II (Anumerta) K. S. Tubun 

K.S. Tubun meninggal saat PKI menyerbu rumah Wakil Perdana Menteri II Dr. J. Leimena. Pada waktu itu, K.S. Tubun bertugas menjaga rumah Wakil Perdana Menteri II Dr. J. Leimena. 

Sebenarnya, K.S. Tubun maupun Leimena bukan sasaran pasukan G30S PKI. Namun, kediaman Leimena bersebelahan dengan Jenderal Nasution yang menjadi sasaran PKI. 

Untuk bisa menyerang kediaman Jenderal Nasution, pasukan PKI harus melumpuhkan penjagaan kediaman Leimena. K.S. Tubun pun tewas tertembak akibat peristiwa tersebut. 

K.S. Tubun menjadi salah satu dari 10 Pahlawan Revolusi pertama dari Polri yang kini namanya diabadikan menjadi nama kapal perang hingga nama jalan. 

Demikan informasi mengenai nama 10 Pahlawan Revolusi yang gugur dalam peristiwa G30S PKI.

Selanjutnya: Harga Emas di Pegadaian, Siang Ini Jumat 29 September 2023, Cek Daftarnya di Sini

Menarik Dibaca: Ucapan Peringatan Gerakan 30 September, Mengenang Tragedi G30S PKI

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Virdita Ratriani

Terbaru