KONTAN.CO.ID - Mengenal apa itu awan Cumulonimbus yang menjadi perbincangan di media sosial. BMKG menyebut awan cumulonimbus sebagai jenis awan konvektif yang menjulang tinggi vertikal.
Awan ini berkembang dari awan cumulus yang dorongan udara (updraft)-nya kuat, sehingga mampu tumbuh hingga lapisan atas atmosfer (bisa mencapai atau menembus lapisan tropopause/stratosfer).
BMKG mengatakan bahwa awan ini sering dikaitkan dengan cuaca ekstrem seperti hujan lebat, petir, dan angin kencang.
Baca Juga: BMKG Hadirkan AI buat Bantu Prediksi Musim Hujan 2025/2026 yang Lebih Akurat
Ciri-Ciri Utama
Beberapa ciri khas yang diidentifikasi BMKG antara lain:
- Awan tampak tinggi, tebal, dan gelap jika dilihat dari permukaan bumi.
- Puncak awan yang mungkin menyerupai jamur atau “top-hat” karena bentuknya yang menjulang.
- Jika dilihat dari citra satelit dan pengamatan cuaca, daerah yang menunjukkan suhu puncak awan sangat dingin di kanal inframerah dan pertumbuhan awan yang cepat adalah indikasi kuat potensi cumulonimbus.
Baca Juga: Benarkah Indonesia Sudah Masuk Musim Hujan? Begini Penjelasan BMKG
Proses dan Dampaknya
Menurut BMKG, proses terbentuknya awan cumulonimbus melalui beberapa tahapan:
Awal mula dari awan cumulus dengan kondisi atmosfer yang lembap dan stabilitas udara yang buruk. Dorongan udara ke atas yang kuat menyebabkan pertumbuhan vertikal sehingga awan tumbuh menjadi tebal dan tinggi.
Setelah mencapai fase matangnya, awan ini biasanya menghasilkan fenomena cuaca seperti hujan deras, petir, dan angin kencang.
Baca Juga: BMKG Deteksi 2 Bibit Siklon Tropis yang Berdampak Hujan Lebat di Provinsi Berikut
Prediksi & Pemantauan
BMKG menggunakan produk Potensi Awan Cumulonimbus (“Potensi Awan Cb”) untuk prakiraan cuaca penerbangan, yang menunjukkan sebaran daerah dengan kemungkinan pertumbuhan awan cumulonimbus dalam periode beberapa hari ke depan.
Citra satelit, terutama kanal inframerah (IR) dan pengamatan suhu puncak awan, digunakan untuk mendeteksi awan-awan dengan potensi tinggi menjadi cumulonimbus.
Semakin dingin suhu puncak awan yang terdeteksi, biasanya semakin tinggi potensi pembentukan awan kumulonimbus.
Baca Juga: Kapan Puncak Musim Hujan 2025/2026? Ini Jawaban BMKG
Wilayah dengan Awan Cumulonimbus Tinggi
Salah satu wilayah yang tercatat oleh BMKG memiliki Awan Cumulonimbus adalah Perairan Samudra Hindia.
Awan Cumulonimbus dengan persentase cakupan spasial >75% (FRQ/ Frequent) tanggal 23 September 2025 - 29 September 2025 diprediksi terjadi di Samudra Hindia barat Lampung.
Anda bisa memantau pertumbuhan Potensi Awan Cumulonimbus pada laman https://www.bmkg.go.id/cuaca/bandara/potensi-awan-cb.
Itulah informasi mengenai apa itu awan Cumulonimbus, ciri-ciri, dan proses pembentukannya.
Tonton: Tetap Pertahankan Komisi Aplikator 20% Pasca Demo Ojol, Grab: Kami Ikut Regulasi
Selanjutnya: Luminescent Cavern Fisch: Panduan Cara Menuju ke Lokasi Tersebut dan Syaratnya
Menarik Dibaca: Promo Wingstop Payday Deal sampai 5 Oktober, 10 Ayam Rasa Favorit Cuma Rp 49.000-an
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News