Hari Lahir Soekarno 6 Juni 1901, Bapak Proklamasi dan Pencetus Pancasila

Rabu, 05 Juni 2024 | 22:28 WIB   Penulis: Virdita Ratriani
Hari Lahir Soekarno 6 Juni 1901, Bapak Proklamasi dan Pencetus Pancasila

ILUSTRASI. Hari Lahir Soekarno 6 Juni 1901.


SEJARAH - Tanggal 6 Juni 2024 memperingati hari lahir Soekarno. Soekarno, presiden pertama Republik Indonesia lahir di Surabaya, 6 Juni 1901. Profil Soekarno lebih dikenal sebagai Bapak Proklamasi dan pencetus konsep Pancasila dasar negara Indonesia.

Soekarno sebagai Presiden RI pertama yang menjabat periode 1945—1967. 

Lantas, seperti apa profil Soekarno?

Baca Juga: Tumbuhkan Semangat Nasionalisme, IHA Rekomendasikan 5 Museum Sejarah untuk Pelajar

Profil Soekarno

Profil Soekarno

Soekarno lahir di Kota Surabaya. Dirangkum dari laman Pemerintah Kota Surabaya, Soekarno adalah anak seorang guru di Kota Pahlawan yang bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo.

Namun, masa kecil Soekarno banyak dihabiskan di Blitar dan Tulungagung bersama dengan orang tuanya hingga tamat sekolah dasar atau sekolah rakyat. 

Ayahnya adalah seorang pegawai pemerintah, sedangkan ibunya berasal dari keluarga bangsawan Bali. Nama asli Soekarno sebenarnya adalah Kusno Sosrodihardjo. Nama Soekarno diubah karena pada masa kecilnya ia sering sakit-sakitan.

Selepas sekolah rakyat, dia kemudian melanjutkan sekolah di HBS (Hogere Burger School) di Surabaya dan lulus pada 1920.

Usai menamatkan pendidikan dari HBS, Soekarno kemudian melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi, yakni THS (Technische Hogeschool) atau Sekolah Teknik Tinggi Hindia Belanda yang jadi cikal bakal ITB.

Soekarno pun lulus dari THS pada 1926 dengan gelar insinyur.

Baca Juga: 20 Ucapan Peringatan Hari Lahir Soekarno 6 Juni untuk Mengenang Sang Proklamator

Jejak Soekarno sebagai politikus

Sementara mengutip Arsip Harian Kompas, rasa nasionalisme Soekarno mulai tumbuh saat bersekolah di Surabaya dan tinggal di rumah tokoh Sarekat Islam, H.O.S Tjokroaminoto. 

Di sana Soekarno mulai berkenalan dengan paham dan konsep pemikiran seperti pemikiran Barat dan Islam. Pada 1926, Soekarno berhasil mendirikan Algeemene Studie Club di Bandung pada 4 Juli 1927. 

Organisasi ini yang kemudian menjadi cikal bakal Partai Nasional Indonesia (PNI) dengan rumusan ajaran Marhaenisme.

Baca Juga: 15 Quotes Soekarno yang Inspiratif, Cocok Jadi Caption di Media Sosial

Soekarno ditangkap Belanda pada 29 Desember 1929 akibat aktivitasnya di PNI. Lalu, dibebaskan pada 31 Desember 1931. Setelah bebas, Soekarno bergabung dengan Partai Indonesia (Partindo) yang merupakan pecahan dari PNI dan memimpinnya. 

Hal ini mengakibatkan dirinya kembali ditangkap Belanda dan diasingkan ke Ende, Flores pada 1933.

Empat tahun kemudian, ia dipindahkan ke Bengkulu. Di Bengkulu, Soekarno berhasil kabur menuju Padang. Kemudian, menyeberangi Selat Sunda dan kembali ke Jakarta pada Juli 1942. 

Perjuangan Soekarno bersama para tokoh lainnya membuahkan hasil dengan mengantarkan Indonesia menuju kemerdekaan. Bersama dengan Mohammad Hatta, Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945.

Baca Juga: 15 Twibbon Hari Jadi Kabupaten Boyolali 2024, yuk Pakai Bingkai Fotonya

Biografi Soekarno sebagai Presiden

Dalam sidang PPKI 18 Agustus 1945, Soekarno-Hatta dilantik sebagai Presiden Republik Indonesia dan Wakil Presiden Indonesia yang pertama. 

Pemerintahan pada masa Soekarno, dimulai tahun 1945 hingga 1967 dan sudah berganti kabinet sebanyak 28 kali. Pada Agustus 1965, kesehatan Soekarno mulai menurun. 

Setelah bertahan selama lima tahun dengan penyakitnya, Soekarno meninggal dunia di RSPAD Jakarta pada tanggal 21 Juni 1970.

Selama menjadi presiden, di awal kemerdekaan, Soekarno harus mengahadapi berbagai macam rintangan sebagai presiden dari sebuah negara yang baru saja merdeka. 

Baca Juga: Deretan Twibbon Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2024, World Environment Day

Soekarno berusaha untuk membangun perekonomian Indonesia secara mandiri dengan tidak bergantung pada pihak asing. Bahkan, Soekarno dikenal sebagai antiasing, karena menentang pendekatan kembali dengan Barat. 

Hal ini membuat para kreditor dan investor merasa jera dengan sikap Soekarno. Dalam pidatonya  pada 1 September 1961 pada KTT Non-Blok di Beograd, Serbia, Presiden Soekarno memperingatkan bahwa nilai kemerdekaan yang paling tinggi adalah “berdiri di atas kaki sendiri” atau “berdikari” dan karena itu tidak boleh “meminta-minta” dalam usaha merehabilitasi ekonomi.

Oleh karena itu, orientasi pembangunan ekonomi pada era Soekarno lebih ke arah “orientasi ke dalam”. Strategi ekonomi “berorientasi ke dalam” lebih mengedepankan usaha memperkuat masyarakat bisnis pribumi, sedangkan bantuan dan investasi asing dimanfaatkan dengan cara yang sangat hati-hati.

Baca Juga: 77 Tahun Gerakan Pemuda Marhaenis, Emir Moeis: Gelorakan Semangat Marhaenisme

Bapak Proklamasi dan Putra Sang Fajar

Putra Sang Fajar adalah julukan yang diberikan kepada Presiden Soekarno, presiden pertama Republik Indonesia. 

Julukan ini mengandung makna yang dalam dan simbolis, merujuk pada peran penting Soekarno dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia dan sebagai pemimpin yang membawa pencerahan dan harapan bagi bangsa.

Soekarno lahir pada tanggal 6 Juni 1901 di Surabaya, Jawa Timur, dari pasangan Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai. Sejak muda, Soekarno menunjukkan minat yang besar pada politik dan perjuangan melawan penjajahan.

Baca Juga: 40 Ucapan Hari Lahir Pancasila 1 Juni 2024 Penuh Semangat, Cocok Jadi Caption Medsos!

Julukan Putra Sang Fajar sendiri mengacu pada harapan dan optimisme yang diwakili oleh Soekarno sebagai pemimpin yang mampu membawa bangsa Indonesia keluar dari kegelapan penjajahan menuju terang kemerdekaan dan kedaulatan.

Namanya juga dikenal dengan konsep Nasakom (Nasionalisme, Agama, dan Komunisme). Soekarno dikenang sebagai salah satu tokoh terbesar dalam sejarah Indonesia dan diakui sebagai bapak pendiri bangsa.

Soekarno adalah simbol perjuangan dan nasionalisme Indonesia yang hingga kini dihormati oleh banyak kalangan. 

Demikian profil Soekarno sebagai Bapak Proklamasi dan pencetus Pancasila. 

Selanjutnya: Gelar Munas, Gapensi Siap Hadapi Tantangan Masa Depan Industri Konstruksi Indonesia

Menarik Dibaca: Di Usia ke-42, BFI Finance Suguhkan Hal Baru di BFI RUN 2024

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Virdita Ratriani

Terbaru