​Mengenal El Nino dan dampaknya terhadap cuaca di Indonesia

Jumat, 22 Januari 2021 | 11:32 WIB   Penulis: Virdita Ratriani
​Mengenal El Nino dan dampaknya terhadap cuaca di Indonesia

ILUSTRASI. Petugas Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengamati kondisi cuaca di Indonesia melalui layar citra satelit cuaca di kantor BMKG Jakarta, Rabu (29/7). /Pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/29/07/2015.


BMKG - Secara geografis, Indonesia terletak di antara Benua Asia dan Australia serta Samudra Hindia dan Pasifik. Pertukaran massa udara serta interaksi atmosfer dan laut yang terjadi di wilayah tersebut berpengaruh terhadap iklim Indonesia.

Salah satu fenomena global interaksi atmosfer - laut yang terjadi di Samudera Pasifik dan menjadi climate driver di Indonesia adalah El Nino - Southern Oscillation (ENSO). 

ENSO terbagi dalam dua kejadian yaitu fase dingin (La Nina) dan fase hangat (El Nino). La Nina dan El Nino dapat menyebabkan musim kemarau dan musim hujan di Indonesia bersifat lebih basah atau lebih kering. 

Meskipun demikian, masih banyak masyarakat yang belum memahami anomali iklim ini dan berbagai istilah yang berkaitan dengannya.

Baca Juga: La Nina Datang, Pemerintah Kalang Kabut Menjaga Ketahanan Pangan

Mengenal El Nino 

El Nino menyebabkan kekeringan di Indonesia

Dikutip dari buku Tanya Jawab: La Nina, El Nino, dan Musim di Indonesia, BMKG 2020, istilah El Niño berasal dari bahasa Spanyol yang artinya ”anak laki-laki”.

El Niño artinya kondisi arus laut hangat tahunan yang mengalir ke arah selatan di sepanjang pesisir Peru dan Ekuador saat menjelang natal.  Kondisi yang muncul berabad-abad lalu ini dinamai oleh para nelayan Peru sebagai El Niño de Navidad yang disamakan dengan nama Kristus yang baru lahir. 

Menghangatnya perairan di wilayah Amerika Selatan ini ternyata berkaitan dengan anomali pemanasan lautan yang lebih luas di Samudera Pasifik bagian timur, bahkan dapat mencapai garis batas penanggalan internasional di Pasifik tengah. 

Sementara dikutip dari laman Kementerian Kesehatan, kejadian El-Nino tidak terjadi secara tunggal tetapi secara berurutan setelah atau sebelum La-Nina.  Hasil kajian dari tahun 1900 sampai tahun 1998 mengungkapkan bahwa El-Nino telah terjadi sebanyak 23 kali (rata-rata 4 tahun sekali). 

La-Nina hanya 15 kali (rata-rata 6 tahun sekali). Dari 15 kali kejadian La-Nina, sekitar 12 kali (80%) terjadi berurutan dengan tahun El-Nino. 

La-Nina mengikuti El-Nino hanya terjadi 4 kali dari 15 kali kejadian sedangkan yang mendahului El-Nino 8 kali dari 15 kali kejadian. Hal ini menunjukkan bahwa peluang terjadinya La-Nina setelah El-Nino tidak begitu besar.

Baca Juga: Cegah kebakaran hutan dan lahan, ini yang dilakukan Minamas Plantation

Dampak El Nino di Indonesia

Pengaruh El Nino di Indonesia menyebabkan suhu permukaan air laut di sekitar Indonesia menurun yang berakibat pada berkurangnya pembentukan awan yang membuat curah hujan menurun, namun kandungan klorofil-a pada lautan Indonesia meningkat. 

Kandungan kloorofil-a yang meningkat berarti meningkatnya pasokan makanan di lautan Indonesia yang tentunya meningkatkan jumlah ikan yang ada di sekitar perairan Indonesia.

El Niño kuat yang terjadi di Indonesia dalam sejarah juga tercatat pernah terjadi pada tahun 1997.

Curah hujan tiga bulanan di Indonesia mengalami pengurangan yang sangat drastis sebagai dampak dari kejadian ini dan umumnya jauh lebih rendah dibandingkan rata-ratanya. 

Beberapa wilayah Indonesia terutama di Jawa, Bali hingga Nusa Tenggara, sebagian Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua bahkan mengalami curah hujan yang sangat rendah (extremely low rainfall) sepanjang tahun El Niño itu.

Selanjutnya: ​Mengenal La Nina dan dampaknya terhadap bencana banjir di Indonesia

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Virdita Ratriani

Terbaru