​Mengenal La Nina dan dampaknya terhadap bencana banjir di Indonesia

Jumat, 22 Januari 2021 | 10:57 WIB   Penulis: Virdita Ratriani
​Mengenal La Nina dan dampaknya terhadap bencana banjir di Indonesia

ILUSTRASI. Awan hitam menyelimuti sebagian langit di tepian Sungai Kapuas di Pontianak, Kalimantan Barat, Jumat (20/11/2020). ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang/wsj.


BMKG -  La Nina disebut menjadi salah satu penyebab maraknya bencana banjir yang melanda beberapa wilayah Indonesia dalam beberapa waktu ini. 

Dikutip dari Kompas.com, Rabu (20/1/2021), Ahli Hidrologi dan Dosen Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) Pramono Hadi mengatakan, maraknya banjir di Indonesia salah satunya akibat pengaruh iklim periodik La Nina dan topografi. 

"Ini kan La Nina, kebetulan curah hujannya tinggi, itu faktor utamanya. Tetapi selain itu ada faktor lain lagi, yaitu topografi," ujarnya. Seperti diketahui, banjir cukup parah terjadi di Kalimantan Selatan (Kalsel) dan juga Bogor, Jawa Barat. 

Selain itu, hujan dengan intensitas tinggi disertai struktur tanah yang labil menyebabkan banjir yang berdampak pada 4 Kecamatan di Kota Malang pada Senin (18/1) pukul 17.00 WIB.

Ratusan rumah di Cirebon juga dilanda banjir setinggi 50 sentimeter hingga 1 meter pada Senin (18/1/2021). Kondisi serupa juga terjadi di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah pada Senin (18/1) pukul 19.00 WIB. Lantas, apa itu La Nina? 

Baca Juga: Cuaca hari ini Jabodetabek berawan, sebagian Jakarta, Bogor, Tangerang hujan ringan

Mengenal La Nina

La Nina adalah peristiwa turunnya suhu air laut di Samudera Pasifik di bawah suhu rata rata sekitarnya.

Dikutip dari buku Tanya Jawab: La Nina, El Nino, dan Musim di Indonesia, BMKG 2020, La Nina adalah kejadian anomali iklim global yang ditandai dengan keadaan suhu permukaan laut (SPL) atau sea surface temperature (SST) di Samudra Pasifik tropis bagian tengah dan timur yang lebih dingin dibandingkan suhu normalnya.

Secara singkat, La Nina artinya peristiwa turunnya suhu air laut di Samudera Pasifik di bawah suhu rata rata sekitarnya. 

Kejadian tersebut menyebabkan tekanan udara pada ekuator Pasifik barat menurun yang mendorong pembentukkan awan berlebihan dan menyebabkan curah hujan tinggi pada daerah yang terdampak seperti di Pasifik barat, Indonesia, dan Australia. 

Kondisi La Niña ini dapat berulang dalam beberapa tahun sekali dan setiap kejadian dapat bertahan sekitar beberapa bulan hingga dua tahun.

Baca Juga: Cuaca hari ini di Jawa dan Bali: Denpasar dan Semarang hujan ringan

Dampak La Nina terhadap curah hujan dan banjir di Indonesia

La Niña memberikan dampak yang beragam di wilayah Indonesia, terutama dampak terhadap curah hujan bulanan dan musiman.  Pada bulan Juni-Juli-Agustus (JJA), La Niña menyebabkan peningkatan curah hujan di hampir di sebagian besar wilayah Indonesia. 

Pada bulan September-Oktober-November (SON), La Niña berpengaruh pada meningkatnya curah hujan di wilayah tengah hingga timur Indonesia. 

Sedangkan pada Desember-Januari-Februari (DJF), dan Maret-AprilMei (MAM), La Niña berpengaruh pada meningkatnya curah hujan di wilayah Indonesia bagian timur. 

Peningkatan curah hujan saat La Niña umumnya berkisar 20-40% lebih tinggi dibandingkan curah hujan saat tahun netral. Namun, terdapat juga beberapa wilayah yang mengalami peningkatan curah hujan lebih dari 40%. 

Salah satu contoh La Niña kuat terjadi pada tahun 2010. Curah hujan rata-rata tiga bulanan di Indonesia saat itu umumnya masuk kategori di atas rata-ratanya. 

Beberapa wilayah di Indonesia bahkan mengalami curah hujan tinggi yang ekstrem tinggi (extremely high rainfall), terutama pada periode Maret – April – Mei (MAM) hingga September – Oktober – November (SON) di Sumatera bagian selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku dan sebagian Kalimantan. 

Selanjutnya: Biden galakkan energi ramah lingkungan, apa dampaknya ke emiten batubara dan CPO?

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Virdita Ratriani
Terbaru