Mengenal Sejarah Maulid Nabi, Hari Kelahiran Rasulullah SAW

KONTAN.CO.ID - Maulid Nabi, sebuah momen sakral yang diperingati sebagai hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, memegang peranan penting dalam kalender keagamaan umat Islam.

Peringatan ini tidak hanya menjadi penanda hari kelahiran, tetapi juga sebagai momentum untuk mengingat kembali teladan agung dan ajaran luhur yang dibawa oleh Rasulullah.

Sejarah Awal Peringatan Maulid Nabi

Meskipun secara luas dirayakan setiap tahun, sejarah awal peringatan Maulid Nabi memiliki beberapa catatan yang berbeda.

Mengutip dari situs resmi Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), perayaan Maulid Nabi diyakini sudah menjadi tradisi di kalangan masyarakat Muslim Arab sejak tahun kedua Hijriah. H

al ini diperkuat dengan catatan yang merujuk pada kitab Wafa’ul Wafa bi Akhbar Darul Mustafa karya Nuruddin Ali.

Namun, ada pula keyakinan lain yang menyebutkan bahwa tradisi peringatan ini telah ada sejak zaman Nabi Muhammad SAW sendiri.

Dalam versi ini, perayaan Maulid dianggap sebagai bentuk ekspresi kegembiraan dan rasa syukur atas kelahiran Nabi yang membawa rahmat bagi seluruh alam.

Catatan sejarah lain yang tak kalah penting, seperti dilansir dari situs Nahdlatul Ulama (NU) Jawa Timur, mengisahkan peran sentral Khaizuran, ibunda dari Amirul Mukminin Musa al-Hadi dan al-Rasyid.

Beliau disebut-sebut sebagai tokoh yang mempelopori perayaan hari kelahiran Nabi Muhammad di Masjid Nabawi, Madinah.

Tidak hanya di Madinah, Khaizuran juga menyerukan perayaan serupa kepada penduduk Mekkah, menandai dimulainya perayaan Maulid secara lebih luas di Jazirah Arab.

Tanggal Lahir Nabi dan Perbedaan Pandangan

Secara umum, Nabi Muhammad SAW diyakini lahir pada 12 Rabiul Awwal Tahun Gajah (570 Masehi).

Tanggal ini menjadi patokan utama perayaan Maulid Nabi yang kita kenal saat ini. Namun, sejarah juga mencatat adanya pandangan lain terkait tahun kelahiran beliau.

Beberapa riwayat meyakini Nabi lahir 15 tahun sebelum peristiwa gajah, atau bahkan beberapa hari hingga bulan setelah peristiwa monumental tersebut.

Terlepas dari perbedaan ini, esensi peringatan Maulid tetap berpusat pada penghormatan dan kecintaan kepada sosok Nabi Muhammad SAW.

Tradisi Maulid di Indonesia

Di Indonesia, peringatan Maulid Nabi tidak hanya dirayakan dengan kegiatan keagamaan, tetapi juga diwarnai dengan tradisi lokal yang kaya dan unik di berbagai daerah.

Keragaman budaya di Nusantara menjadikan Maulid sebagai perpaduan antara syiar Islam dan kearifan lokal.

Grebeg Maulud di Pulau Jawa

Di daerah-daerah seperti Yogyakarta dan Solo, Maulid Nabi disambut meriah dengan tradisi Grebeg Maulud.

Acara ini ditandai dengan arak-arakan gunungan, yaitu replika tumpeng raksasa yang berisi hasil bumi dan makanan.

Gunungan ini diarak dari keraton menuju masjid agung untuk didoakan, kemudian diperebutkan oleh masyarakat. Tradisi ini melambangkan rasa syukur dan sedekah raja kepada rakyatnya.

Tonton: Lepas Ramaikan Pasar Otomotif Nasional

Maudu Lompoa di Sulawesi Selatan

Tak kalah meriah, masyarakat Sulawesi Selatan memiliki tradisi Maudu Lompoa atau Maulid Akbar. Perayaan ini diselenggarakan dengan sangat antusias, bahkan seringkali lebih meriah daripada hari raya Idul Fitri.

Salah satu tradisi utamanya adalah mengarak replika perahu Pinisi yang dihias dengan kain sarung beraneka ragam. Perahu hias ini kemudian dipamerkan di tepi sungai, menjadi daya tarik yang memukau.

Meskipun setiap daerah memiliki cara yang berbeda dalam merayakan, semua tradisi ini memiliki makna yang sama.

Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW menjadi simbol penghormatan mendalam kepada Rasulullah.

Lebih dari itu, tradisi ini juga menumbuhkan rasa syukur, menguatkan teladan dalam diri umat Muslim, serta mempererat tali gotong royong dan kebersamaan antar sesama.