Ramai Serial Gadis Kretek, Seperti Apa Sejarah Rokok Kretek di Indonesia?

Selasa, 07 November 2023 | 12:47 WIB   Penulis: Virdita Ratriani
Ramai Serial Gadis Kretek, Seperti Apa Sejarah Rokok Kretek di Indonesia?

ILUSTRASI. Sejarah rokok di Indonesia tidak lepas dengan industri rokok di Kudus.


Gadis Kretek - Sejarah rokok kretek di Indonesia berkaitan dengan serial Netflix Gadis Kretek. Gadis Kretek adalah salah satu serial orisinal Indonesia terbaru dari Netflix. 

Gadis Kretek diadaptasi dari novel berjudul sama karya Ratih Kumala. Gadis Kretek bercerita mengenai Dasiyah yang menemukan racikan saus untuk rokok kretek. 

Rokok kretek kini menjadi sebutan khas bagi rokok asli Indonesia. Rokok kretek adalah rokok berbahan campuran tembakau, cengkeh, serta ditambah bahan-bahan lain sebagai penyedap rasa dan pengharum aroma asap. 

Namun, siapa penemu rokok kretek di Indonesia dan bagaimana sejarah rokok kretek di Indonesia?

Baca Juga: Bintangi Gadis Kretek, Ini Daftar 6 Film Populer Putri Marino  

Sejarah rokok kretek di Indonesia 


Sejarah rokok kretek di Indonesia

Penemu rokok kretek di Indonesia adalah H. Djamhari. Djamhari menemukan rokok kretek tanpa disengaja. 

Dirangkum dari laman Perpustakaan Universitas Indonesia, pada waktu itu Djamhari mengolesi dadanya dengan minyak cengkeh untuk mengobati penyakit di dada yang sudah menahun tidak sembuh-sembuh. 

Kemudian, kesehatan Djamhari semakin membaik setelah dia mencoba mengunyah cengkeh. Secara mengejutkan, informasi mengenai ramuan obat tersebut menyebar ke tengah-tengah masyarakat dan akhirnya banyak orang yang berminat. 

Djamhari pun mulai memproduksi ramuan tersebut secara massal untuk komersialisasi. Dia mempertimbangkan kepraktisan dan ketahanan agar hasil ramuannya dapat dinikmati kapanpun dan dimanapun. 

Baca Juga: Gadis Kretek Teratas, Berikut Daftar Top Series Netflix Hari Ini (6/11)

Djamhari lalu berhasil menemukan cara dengan merajang cengkeh secara halus, dicampur dengan tembakau, dan dibungkus kulit jagung atau klobot untuk dijadikan rokok. 

Pikirnya, ramuan tersebut akan memudahkan orang untuk mengonsumsinya. Apalagi jika dihirup, maka ramuan tersebut akan lebih mudah masuk ke dalam tenggorokan hingga paru-paru. 

Pada mulanya rokok itu disebut rokok cengkeh. Akan tetapi, jika diisap rokok itu menimbulkan bunyi kretek-kretek seperti bunyi daun terbakar sehingga disebut rokok kretek. 

Setelah hasil ramuan obat H. Djamhari diproduksi secara massal dan mendatangkan keuntungan, maka banyak pengusaha baik dari kalangan pribumi dan non-pribumi mencoba mengikuti kesuksesannya, termasuk Nasilah-M Nitisemito. 

Baca Juga: 6 Serial Indonesia Terpopuler dan Wajib Tonton, Terbaru Ada Gadis Kretek

Industri rokok kretek di Indonesia dan Nitisemito

Sejarah rokok di Indonesia tidak lepas dengan industri rokok di Kudus. Industri rokok kretek di Kudus diperkirakan muncul pertama kali sekitar tahun 1870 hingga 1880. Nitisemo adalah sosok yang membuat pembuatan rokok kretek menjadi sebuah industri skala besar. 

Nitisemito yang lahir pada 1863 dengan nama Roesdi ini, sempat menjadi pengusaha konveksi pada usia 17 tahun. 

Usaha itu gagal, dan kemudian beralih usaha lain menjadi penjual minyak kelapa, berjualan kerbau, hingga menjadi kusir dokar.

Dirangkum dari laman Bea Cukai, Pada saat menjadi kusir dokar tersebut, Nitisemito juga nyambi berjualan tembakau. Di sinilah awal Nitisemito merambah dunia usaha pembuatan rokok kretek. 

Dia menikahi seorang penjual rokok kretek, Nasilah, yang sebelumnya menjadi pembuat rokok kretek. 

Baca Juga: Nonton Gadis Kretek di Netflix dan Sinopsisnya, Rekomendasi Tayangan Akhir Pekan

Bersama istrinya itulah, dia mengembangkan usaha rokok kretek tersebut, yang kemudian menjadi industri yang sangat besar, hingga mempunyai 10 ribu karyawan. 

Pada 1908, Nitisemito mendaftarkan merek rokok buatannya dengan nama Bal Tiga. Saat itu, rokok Bal Tiga sangat popular, tidak hanya di Kudus, namun juga daerah-daerah lain di Pulau Jawa. 

Selain itu, pada tahun-tahun berikutnya, dia juga melebarkan sayap penjualan rokok Bal Tiga ke luar Pulau Jawa, bahkan hingga ke Singapura.

Kesuksesan Nitisemito lantaran dia menerapkan administrasi dan marketing moderen yang tidak dilakukan oleh pengusaha lain pada waktu itu. 

Baca Juga: Tak Cuma Gadis Kretek, Tonton Juga 5 Film Populer Ario Bayu Ini

Nitisemito menyewa pesawat foker seharga 200 Gulden untuk mempromosikan rokoknya tersebut. Pesawat itu dibuat untuk menyebarkan pamflet produk rokoknya, di daerah sekitar Jawa Barat dan Jakarta. 

Tidak hanya itu, Nitisemito juga aktif mengikusti pameran-pameran niaga diberbagai daerah. Dalam pameran tersebut, Nitisemito memberikan hadiah, yang diundi bagi siapa saja yang membeli rokok Bal Tiga. 

Hadiah yang ditawarkan adalah sepeda, yang pada saat itu tergolong kendaraan yang mewah. 

Baca Juga: Sinopsis Gadis Kretek di Netflix Dibintangi Dian Sastro Tayang Besok, Ini Trailernya

Untuk mendistribusikan produk rokok Bal Tiga ke daerah-daerah lain di Pulau Jawa, Nitisemito menyediakan beberapa armada mobil untuk membawa puluhan bal (kemasan besar) ke beberapa agen.

Karena keberhasilannya itu, Nitisemito kemudian sangat terkenal sebagai pengusaha pribumi yang sangat sukses.

Sayangnya, kemonceran usaha Nitisemito harus meredup setelah kerusuhan antara pengusaha pribumi dan non-pribumi dan tuduhan penggelapan pajak sebesar 160 ribu Gulden. 

Nitisemito pun meninggal pada 7 Maret 1953 dan dimakamkan di Krapyak, Kudus. 

Baca Juga: Siap Rilis di Netflix, Intip Jadwal Tayang dan Sinopsis Gadis Kretek di Sini

Persaingan pengusaha pribumi dan China di industri rokok

Sejarah rokok di Indonesia

Dirangkum dari buku "Sejarah Nasional Indonesia Jilid 5: Zaman Kebangkitan Nasional & Masa Hindia Belanda," seluruh industri sigaret kretek pada waktu itu adalah milik pribumi. 

Namun, setelah para pengusaha ini berhasil mencapai kemajuan, para pengusaha China tidak mau ketinggalan untuk ikut ambil bagian meraup keuntungan. 

Akibatnya muncul persaingan di industri rokok kretek. Pada 31 Oktober 1918, persaingan itu memicu meletusnya suatu kerusuhan bernuansa prasangka etnik. 

Banyak pabrik rokok yang rusak bahkan hancur karena dibakar. Banyak pengusaha pribumi yang dihukum setelah kerusuhan dan akibatnya industri rokok kretek mengalami kemunduran. 

Baca Juga: Kinerja HM Sampoerna (HMSP) Tersulut Kenaikan Harga Rokok dan Pemilu

Kekosongan peran pengusaha pribumi ini semakin memperkuat kedudukan pengusaha China dalam industri rokok di Kudus.  Selanjutnya, pada 1924 industri rokok kembali berkembang bukan hanya di Kudus melainkan di daerah lain seperti Blitar, Kediri, Tulungagung, dan Malang.

Jika pada 1924 jumlah perusahaan rokok sekitar 35, pada 1928 sudah ada 50 dan pada 1933 jumlahnya mencapai 269 perusahaan. Pada masa sebelum 1928, sigaret kretek yang dibuat hampir semua menggunakan pembungkus dari kulit jagung atau rokok klobot. 

Sedangkan setelah tahun 1928, pembungkus rokok kretek telah beralih menggunakan kertas. Rokok jenis baru ini memungkinkan digunakannya alat pelinting dalam pembuatannya. 

Demikian sejarah rokok kretek di Indonesia dan penemu rokok kretek di Indonesia. 

Selanjutnya: Jadwal Tayang The Marvels di Bioskop Indonesia, Durasi Film dan Final Trailer

Menarik Dibaca: 2 Resep Japchae si Soun Isi Daging dan Sayur Khas Korea yang Menggoda Lidah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Virdita Ratriani
Terbaru