RESESI EKONOMI - Pandemi virus corona baru menghantam segala aspek kehidupan manusia termasuk sektor ekonomi. Akibatnya, resesi ekonomi melanda sejumlah negara.
Penguncian dan pembatasan sosial ketat yang berlaku di banyak negara untuk membendung penyebaran virus coroan membuat roda perekonomian tidak berputar secara normal.
Banyak pabrik tidak beroperasi. Pemutusan hubungan kerja (PHK) pun tak terhindarkan. Toko-toko juga banyak tutup. Masyarakat harus kehilangan penghasilan.
Buntutnya, ekonomi beberapa negara mengalami resesi. Sebut saja, Amerika Serikat (AS). Ekonomi negeri uak Sam kontraksi pada kuartal kedua tahun ini, enggak tanggung-tanggung, mencapai 32,9%.
Baca Juga: Resesi, pemulihan ekonomi AS diprediksi lebih lambat, ini alasannya
Itu merupakan penurunan ekonomi terburuk sepanjang sejarah AS. Selain AS, sejumlah negara juga telah masuk dalam jurang resesi, Jerman, Hong Kong, Singapura, dan Korea Selatan.
Lantas, apa itu resesi ekonomi?
Pengertian resesi ekonomi
Mengutip Forbes, resesi adalah penurunan signifikan dalam kegiatan ekonomi yang berlangsung selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
Para ahli menyatakan, resesi artinya ketika ekonomi suatu negara mengalami produk domestik bruto (PDB) negatif, kenaikan tingkat pengangguran, penurunan penjualan ritel, dan kontraksi pertumbuhan manufaktur untuk periode waktu yang panjang.
Resesi dianggap sebagai bagian tak terhindarkan dari siklus bisnis atau dalam ekonomi suatu negara.
Sementara ekonom Julius Shiskin pada 1974 mendefinisikan resesi ekonomi ialah penurunan PDB yang terjadi selama dua kuartal berturut-turut.
Baca Juga: Ekonomi Prancis kuartal dua 2020 terkontraksi 13,8%
Sedangkan Biro Riset Ekonomi Nasional (NBER), otoritas yang menentukan mulai dan berakhirnya resesi di AS, mengartikan resesi sebagai penurunan signifikan dalam kegiatan ekonomi yang berlangsung lebih dari beberapa bulan.
Biasanya, terlihat dalam PDB riil, pendapatan riil, lapangan kerja, produksi industri, dan penjualan ritel.
Penyebab resesi ekonomi
Ada beberapa yang menyebabkan resesi, mulai dari goncangan ekonomi secara tiba-tiba hingga dampak dari inflasi yang tidak terkendali. Berikut beberapa penyebab resesi:
- Guncangan ekonomi yang tiba-tiba
Pandemi virus corona yang memukul sektor ekonomi di seluruh dunia adalah contoh yang lebih baru dari goncangan ekonomi yang tiba-tiba.
Contoh lain, pada 1970-an, OPEC memutus pasokan minyak ke AS tanpa peringatan yang menyebabkan resesi. Belum lagi, terjadi antrean panjang "tak berujung: di pompa-pompa bensin.
- Utang yang berlebihan
Ketika individu atau dunia usaha mengambil terlalu banyak utang, mereka bisa terjebak dalam gagal bayar. Terjadinya gagal bayar ini lah yang membuat kebangkrutan dan membalikkan perekonomian.
Baca Juga: Dolar AS berada di jalur penurunan terburuk dalam satu dekade
- Gelembung aset
Investasi berlebihan di pasar saham atau real estate diibaratkan seperti gelembung yang bisa membesar. Ketika gelembung meletus, terjadi penjualan dadakan yang bisa menghancurkan pasar dan menyebabkan resesi.
- Inflasi terlalu tinggi
Inflasi adalah tren harga yang stabil dan naik seiring waktu. Inflasi bukanlah hal yang buruk. Tetapi, inflasi yang berlebihan adalah fenomena yang berbahaya.
Bank sentral mengendalikan inflasi dengan menaikkan suku bunga. Nah, suku bunga yang lebih tinggi menekan kegiatan ekonomi.
Pada 1970-an, inflasi yang tidak terkendali menjadi masalah di AS. Bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed) pun dengan cepat mengerek suku bunga, yang menyebabkan resesi.
- Deflasi tidak terkendali
Deflasi adalah ketika harga turun dari waktu ke waktu, yang menyebabkan upah berkontraksi yang selanjutnya menekan harga. Ketika siklus deflasi tidak terkendali, orang-orang dan bisnis berhenti belanja, yang akibatnya merongrong perekonomian.
Contohnya, pada 1990-an, Jepang harus berjuang melawan deflasi yang membuatnya terpuruk dalam resesi.
Baca Juga: Pulihkan kondisi sosial-ekonomi di tahun 2021, berikut tujuh strategi pemerintah
- Perubahan teknologi
Penemuan baru meningkatkan produktivitas dan membantu perekonomian dalam jangka panjang. Tetapi, mungkin ada periode jangka pendek penyesuaian terhadap terobosan teknologi.
Pada abad ke-19, Revolusi Industri membuat seluruh profesi tergusur teknologi, memicu resesi dan masa-masa sulit. Saat ini, beberapa ekonom khawatir kecerdasan buatan (AI) dan robot bisa menyebabkan resesi dengan menghilangkan seluruh kategori pekerjaan.
Dampak resesi
Dampak resesi sangat terasa dan efeknya bersifat domino pada kegiatan ekonomi. Contohnya, ketika investasi anjlok saat resesi, secara otomatis akan mengilangkan sejumlah lapangan pekerjaan yang membuat angka PHK naik signifikan.
Produksi atas barang dan jasa juga merosot sehingga menurunkan PDB nasional. Jika tak segera diatasi, efek domino resesi akan menyebar ke berbagai sektor, seperti kredit perbankan macet dan inflasi atau deflasi yang sulit terkendali.
Lalu, neraca perdagangan yang minus dan berimbas langsung pada cadangan devisa. Dalam skala riilnya, banyak orang kehilangan rumah karena tak sanggup membayar cicilan, daya beli melemah. Lalu, banyak bisnis terpaksa harus gulung tikar.
Pada 2010, negara tetangga, Thailand sempat mengalami resesi ekonomi saat PDB-nya terus merosot.
Baca Juga: Resesi mengintai, digibank by DBS mempermudah nasabah investasi obligasi dan valas
Pada 2008-2009, resesi pernah terjadi di sebagian negara Eropa, di mana situasi sulit ini juga sempat membuat ekonomi Indonesia melemah. Indonesia sendiri sempat mengalami resesi cukup parah pada tahun 1998.
Banyak resesi global juga terjadi karena faktor eksternal yang berada di luar kendali. Misalnya, dinamika global perang dagang China dan AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News