SEJARAH - Sejarah Rowo Bayu Banyuwangi yang akan dipaparkan dalam artikel ini. Menteri BUMN Erick Thohir juga penasaran dengan lokasi asli dari KKN di Desa Penari yang kabarnya terletak di sebuah desa di Banyuwangi, Jawa Timur. Menurut keterangan Sudirman, pengelola dan penjaga Rawa atau Rowo Bayu, lokasi KKN di Desa Penari ada di Desa Rowo Bayu, Banyuwangi, Jawa Timur.
Sudirman menjelaskan bahwa kejadian KKN yang menelan korban jiwa itu terjadi pada 2008. Enam orang mahasiswa dari sebuah kampus di Surabaya melakukan kuliah kerja nyata di Desa Rowo Bayu. Dua dari mahasiswa tersebut terlibat asmara sehingga menimbulkan masalah yang tak terduga.
Namun, cerita yang disampaikan oleh Sudirman sedikit berbeda dari tulisan di utas SimpleMan. Saat sedang menjelajahi Rowo Bayu, dua mahasiswa tersesat dan bertemu dengan seseorang di bagian utara desa.
Baca Juga: Film KKN di Desa Penari Tembus 6 Juta Penonton
"Di situ, keduanya ketemu dengan seseorang yang mengajaknya mampir," kata Sudirman seperti dikutip Kompas.com dari akun Instagram Erick Thohir, Rabu (18/5/2022).
Keduanya lalu dijamu dan diberi oleh-oleh makanan yang dibungkus oleh kertas koran. Desa yang didatangi oleh keduanya adalah desa lelembut yang bernama Desa Penari.
Sudirman lalu menjelaskan kedua mahasiswa yang berkunjung ke Desa Penari meninggal dunia. "Si laki-lakinya yang mahasiswa itu langsung pingsan. Dalam beberapa hari kemudian meninggal. Kemudian si ceweknya menyusul satu bulan kemudian," kata Sudirman.
Lantas, seperti apa sejarah Rowo Bayu Banyuwangi?
Baca Juga: 8 Drakor Rating Tertinggi di Minggu Kedua Mei 2022, Ini Perolehan Woori The Virgin
Sejarah Rowo Bayu Banyuwangi
Sejarah Rowo Bayu Banyuwangi berkaitan dengan sejarah Prabu Tawang Alun, salah satu Raja Kerajaan Blambangan termasyhur.
Dirangkum dari laman Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Timur, pada 1767 ketika ekspedisi militer VOC datang ke Blambangan untuk membantu kerajaan ini melepaskan diri dari pengaruh kerajaan-kerajaan di Bali. Hanya dalam sebulan, pasukan VOC mengalahkan pasukan Bali pada Februari 1867.
Namun, ketenangan rakyat terusik empat bulan kemudian setelah Wong Agung Wilis, saudara tiri Pangeran Adipati Danuningrat (1736-1764), melakukan pemberontakan.
Pasukan VOC mampu mengalahkan Wilis dalam tempo setahun dan menunjuk keluarga bupati Surabaya menjadi bupati Blambangan tahun 1771 untuk program Jawanisasi dan Islamisasi di Blambangan guna memutus pertalian Blambangan dengan Bali.
Baca Juga: Jadwal dan Prediksi One Piece 1050, Luffy Diburu Pasukan Elit Pemerintah Dunia
Tapi, rakyat Blambangan tidak suka sehingga muncul pemberontakan yang dipimpin Jagapati yang mendirikan benteng di Desa Bayu. Berbekal bantuan Kerajaan Mengwi, Jagapati mengalahkan pasukan VOC dalam pertempuran besar pada 18 Desember 1771.
Kematian pimpinan VOC, Vaandrig Schaar dan Cornet Tinne dalam pertempuran itu membuat Belanda marah. Setahun kemudian, VOC mendatangkan ribuan prajurit tambahan dari Madura, Surabaya, dan Besuki.
VOC lalu mendirikan benteng di Desa Bayu dan membakar lumbung-lumbung padi milik pasukan Jagapati hingga merebak kelaparan. Dalam kondisi kesulitan inilah pasukan Jagapati diserang habis-habisan oleh tentara Belanda.
Baca Juga: 11 Cara Top Up Saldo TIX ID untuk Pesan Tiket Bioskop Online, Bisa di Alfamart
Pertempuan di Desa Bayu ini dikenal dengan Puputan Bayu atau perang habis-habisan dalam istilah Bali. Kekalahan pasukan Jagapati membuat populasi rakyat Blambangan menyusut drastis dari 80.000 jiwa menjadi 8.000 jiwa.
Menurut sejarawan Universitas Gajah Mada, Sri Margana, Puputan Bayu pada 11 Oktober 1772 ini dikenal sebagai salah satu perang yang paling sadis di Indonesia. Pasukan VOC memenggal kepala pasukan Jagapati dan menggantung di pepohonan di sekitar Rawa Bayu.
Untuk mengenang peperangan ini, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi membangun monumen Puputan Bayu di pintu masuk Desa Bayu. Monumen ini hanya berjarak lima kilometer dari lokasi Puputan Bayu.
Baca Juga: Ini 4 Film Indonesia yang Pernah Dibintangi Tissa Biani! Banyak Horornya Loh!
Jadi lokasi wisata Rowo Bayu Banyuwangi
Lokasi pertempuran yang dikenal dengan nama Rowo Bayu ini menjadi tujuan wisata alam karena pemandangan yang menarik dan suasananya yang tenang dan damai. Pemeluk Hindu di Banyuwangi dan Bali menjadikan Rowo Bayu sebagai tempat bersuci maupun semedi dan sembahyang
Selain itu, di kawasan Rowo Bayu banyak mengalir mata air (sendang) yang semua alirannya mengalir menjadi satu ke danau (Rowo Bayu). Bahkan, beberapa mata airnya diyakini memiliki khasiat bagi yang meminumnya. Salah satunya, bikin awet muda.
Rowo Bayu juga beraura mistis. Ada aturan main saat berkunjung di tempat asri nan dingin tersebut. Tak semua pengunjung tahu aturan tak tertulis tersebut. Aturan tersebut, pengunjung diminta untuk tidak berputar arah jika menyusuri jalan setapak yang mengelilingi danau.
Nah, itulah sejarah Rowo Bayu Banyuwangi, tempat yang diyakini sebagai lokasi KKN di Desa Penari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News