Pertempuan di Desa Bayu ini dikenal dengan Puputan Bayu atau perang habis-habisan dalam istilah Bali. Kekalahan pasukan Jagapati membuat populasi rakyat Blambangan menyusut drastis dari 80.000 jiwa menjadi 8.000 jiwa.
Menurut sejarawan Universitas Gajah Mada, Sri Margana, Puputan Bayu pada 11 Oktober 1772 ini dikenal sebagai salah satu perang yang paling sadis di Indonesia. Pasukan VOC memenggal kepala pasukan Jagapati dan menggantung di pepohonan di sekitar Rawa Bayu.
Untuk mengenang peperangan ini, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi membangun monumen Puputan Bayu di pintu masuk Desa Bayu. Monumen ini hanya berjarak lima kilometer dari lokasi Puputan Bayu.
Baca Juga: Ini 4 Film Indonesia yang Pernah Dibintangi Tissa Biani! Banyak Horornya Loh!
Jadi lokasi wisata Rowo Bayu Banyuwangi
Lokasi pertempuran yang dikenal dengan nama Rowo Bayu ini menjadi tujuan wisata alam karena pemandangan yang menarik dan suasananya yang tenang dan damai. Pemeluk Hindu di Banyuwangi dan Bali menjadikan Rowo Bayu sebagai tempat bersuci maupun semedi dan sembahyang
Selain itu, di kawasan Rowo Bayu banyak mengalir mata air (sendang) yang semua alirannya mengalir menjadi satu ke danau (Rowo Bayu). Bahkan, beberapa mata airnya diyakini memiliki khasiat bagi yang meminumnya. Salah satunya, bikin awet muda.
Rowo Bayu juga beraura mistis. Ada aturan main saat berkunjung di tempat asri nan dingin tersebut. Tak semua pengunjung tahu aturan tak tertulis tersebut. Aturan tersebut, pengunjung diminta untuk tidak berputar arah jika menyusuri jalan setapak yang mengelilingi danau.
Nah, itulah sejarah Rowo Bayu Banyuwangi, tempat yang diyakini sebagai lokasi KKN di Desa Penari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News