KONTAN.CO.ID - Pendakian gunung menjadi salah satu aktivitas populer di Indonesia, baik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.
Beberapa waktu lalu, terjadi insiden jatuhnya wisatawan asing di Gunung Rinjani yang membuat publik penasaran dengan tingkat kesulitan pendakian gunung di Indonesia.
Perlu Anda ketahui bahwa tidak semua jalur pendakian memiliki tingkat kesulitan yang sama. Ada jalur yang relatif mudah dilalui pemula, dan ada pula yang menuntut keahlian serta perlengkapan khusus.
Baca Juga: Multipolar (MLPT) Siapkan Strategi Data, Platform, dan Keamanan di Era Agentic AI
Untuk itulah sistem grading jalur pendakian disusun oleh Kementerian Kehutanan (Kemenhut) agar pendaki lebih memahami risiko.
Merangkum dari laman Kemenhut dan dokumen resmi Grading Jalur Pendakian Gunung dari Kemenhut, berikut penjelasan tentang grading jalur pendakian di gunung-gunung Indonesia.
Apa Itu Grading Jalur Pendakian?
Grading jalur pendakian adalah sistem klasifikasi tingkat kesulitan jalur gunung berbasis risiko.
Sistem ini menilai berbagai aspek seperti morfologi jalur, aksesibilitas, cuaca, navigasi, potensi bahaya, hingga keberadaan satwa liar.
Menurut KLHK, sistem ini penting bukan hanya untuk keselamatan pendaki, tetapi juga sebagai acuan pengelola dalam menyiapkan SOP, mitigasi risiko, dan sarana prasarana yang memadai.
Mengapa Grading Penting bagi Pendaki?
Dengan adanya grading, pendaki bisa menyesuaikan tujuan pendakian dengan kemampuan diri.
Jalur dengan grade tinggi menuntut pengalaman, fisik prima, dan peralatan lengkap. Sementara itu, grade rendah cocok bagi pemula atau pendaki rekreasional.
Sistem ini juga mendukung prinsip zero accident serta pengelolaan ekowisata berbasis konservasi.
Pada akhirnya, grading membantu menciptakan pendakian yang lebih aman, nyaman, dan berkelanjutan
Baca Juga: Mendorong Inovasi Kecerdasan Buatan, AWS Luncurkan AWS AI League
Lima Tingkat Grading Gunung di Indonesia
Berdasarkan informasidari Buku Grading Jalur Pendakian Gunung, jalur pendakian dibagi ke dalam lima grade, yakni:
- Grade I (sangat mudah): Jalur jelas, pendek, dan aman untuk pemula, seperti jalur Pura–Puncak di Gunung Bromo.
- Grade II (mudah): Jalur menantang ringan dengan potensi bahaya minimal, contohnya Kawah Ijen.
- Grade III (menengah): Membutuhkan persiapan lebih, biasanya melibatkan bermalam, seperti jalur Gunung Merbabu dan Ciremai.
- Grade IV (berat): Jalur panjang, curam, dan berisiko tinggi, misalnya pendakian ke Semeru, Rinjani, atau Kerinci.
- Grade V (sangat berat): Jalur ekstrem dengan medan sulit, cuaca ekstrem, dan lokasi terpencil. Contohnya jalur Carstensz Pyramid, Gunung Leuser, dan Trikora
Untuk memudahkan gambaran, berikut beberapa gunung populer di Indonesia dengan hasil grading resminya:
- Gunung Bromo (Grade I): Jalur Pura - Puncak sangat mudah, cocok untuk wisatawan umum.
- Gunung Ijen (Grade II): Jalur Paltuding - Puncak tergolong mudah, populer dengan fenomena api biru.
- Gunung Merbabu (Grade III): Jalur Cuntel, Suwanting, dan Wekas menantang menengah, cocok untuk pendaki dengan persiapan fisik.
- Gunung Ciremai (Grade III): Jalur Linggarjati dan Apuy termasuk menengah dengan trek cukup panjang.
- Gunung Semeru (Grade IV): Jalur Ranupane - Puncak Mahameru sangat berat, membutuhkan stamina dan pengalaman.
- Gunung Rinjani (Grade IV): Jalur Sembalun, Senaru, hingga Torean terkenal sulit dan menuntut fisik prima.
- Gunung Kerinci (Grade IV): Jalur Kersik Tuo masuk kategori berat, mengingat ketinggian di atas 3.800 mdpl.
- Carstensz Pyramid (Grade V): Jalur Lembah Kuning - Puncak ekstrem, hanya untuk pendaki profesional.
- Gunung Leuser (Grade V): Jalur Blangkejeren penuh tantangan dengan medan terjal dan akses terbatas.
- Gunung Trikora (Grade V): Jalur Habema - Puncak sangat berat dengan cuaca ekstrem di Papua
Tonton: Sri Mulyani Pastikan Tak Ada Kenaikan Gaji PNS di 2026, APBN Habis Buat Program Prioritas
Demikian informasi tentang grading gunung-gunung yang ada di Indonesia. Dengan adanya panduan ini diharapkan masyarakat, khususnya pendaki dan pelaku wisata, bisa mendapatkan informasi yang cukup agar lebih siap untuk mendaki gunung-gunung di Indonesia.
Jangan karena FOMO (Fear of Missing Out) dengan banyaknya foto dan video pendakian gunung, Anda tergoda untuk ikut mendaki tanpa tahu tingkatan kesulitan gunung, pengalaman yang kurang, dan fisik kurang prima.
Selanjutnya: Multipolar (MLPT) Siapkan Strategi Data, Platform, dan Keamanan di Era Agentic AI
Menarik Dibaca: Cara Logout Akun Google Tanpa Menghapus Data di Ponsel Maupun Laptop,Cek di Sini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News