MUDIK LEBARAN - Apa arti kata mudik saat lebaran? Simak penjelasan terkait istilah, sejarah, dan maknanya. Kata Mudik bukan merupakan sebuah singkatan dari beberapa suku kata.
Mudik adalah tradisi tahunan di Indonesia yang merujuk pada aktivitas pulang ke kampung halaman, terutama menjelang hari raya seperti Lebaran (Idul Fitri).
Melansir dari jurnal laman UGM, Mudik dapat diartikan sebagai "pulang kampung," meskipun secara harfiah berasal dari kata udik, yang berarti desa. Oleh karena itu, mudik dapat diterjemahkan sebagai "pulang kampung," sebuah tradisi yang selalu dilakukan masyarakat Indonesia menjelang perayaan Idulfitri.
Ada juga beberapa anggapan dikatikan dengan bahasa Jawa, yaitu "mulih dilik", yang berarti “pulang sebentar.”
Baca Juga: Siap Mudik? Simak Aturan Contraflow, One Way, dan Ganjil Genap pada Lebaran 2025
Umumnya, mudik Lebaran dilakukan oleh umat Islam yang merantau atau tinggal jauh dari kampung halaman. Kebiasaan ini biasanya dimulai tujuh hari sebelum Lebaran hingga tujuh hari setelahnya.
Lama kepulangan setiap orang berbeda-beda, tergantung pada masa liburan yang diberikan oleh majikan atau tempat mereka bekerja di kota.
Namun, jangka waktu satu minggu sebelum hingga satu minggu sesudah Lebaran adalah periode terlama yang biasanya digunakan untuk perjalanan mudik.
Baca Juga: Mengapa Warga Batam Pilih Mudik Lewat Malaysia? Ini Alasannya
Sejarah Mudik
Dalam perkembangannya, kata mudik lebih sering digunakan untuk menyebut perantau yang kembali ke daerah asalnya saat momen tertentu.
Mudik sudah ada sejak zaman kerajaan di Nusantara, namun mulai populer pada era kolonial Belanda. Sebab, pada masyarakat Melayu yang tinggal di hulu sungai pada masa lampau sering bepergian ke hilir sungai menggunakan perahu atau biduk.
Setelah selesai urusannya, maka kembali pulang ke hulu pada sore harinya. Berikut beberapa fase perkembangan mudik:
- Zaman Kolonial (1800-an – 1945): Banyak penduduk pedesaan merantau ke kota untuk bekerja di perkebunan atau sektor industri. Saat hari besar agama atau acara adat, mereka kembali ke kampung halaman.
- Era Orde Baru (1970-an – 1990-an): Urbanisasi meningkat pesat, terutama ke Jakarta dan kota besar lainnya. Pemerintah mulai menyadari pentingnya arus mudik dan mulai membangun infrastruktur jalan.
- Era Modern (2000-an – Sekarang): Mudik menjadi fenomena nasional dengan dukungan teknologi dan transportasi yang lebih canggih. Pemerintah kini menyediakan fasilitas seperti mudik gratis, e-toll, dan sistem pemesanan tiket online.
Baca Juga: Resmi, PNS WFA Sebelum Idul Fitri, Cek Jadwal Cuti Bersama Lebaran 2025 Sebelum Mudik
Makna dan Tujuan Mudik
Mudik bukan sekadar perjalanan fisik, tetapi juga memiliki makna sosial dan emosional yang mendalam:
- Silaturahmi: Setiap indiividu dapat bertemu dengan keluarga besar dan sanak saudara.
- Pulang ke Akar Budaya: Anda dapat mengingat kembali asal-usul dan nilai tradisional.
- Refleksi Diri: Sebagai momentum untuk bersyukur dan introspeksi setelah setahun merantau.
Selain itu, mudik juga memberikan dampak ekonomi yang besar, terutama bagi daerah asal perantau, karena meningkatnya aktivitas ekonomi selama periode ini.
Itulah informasi terkait arti kata mudik, sejarah, hingga maknanya tradisi saat lebaran Idul Fitri di Indonesia ini.
Selanjutnya: Pizza Hut Indonesia Gelar Bukber Pizza 100 Meter di TMII
Menarik Dibaca: Pizza Hut Indonesia Gelar Bukber Pizza 100 Meter di TMII
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News