ALAM SEMESTA - Kenali fenomena sunspot yang diklaim pengaruhi kemarau basah di Indonesia. Kondisi iklim di Indonesia memasuki kemarau, tetapi tidak jarang beberapa daerah masih mengalami hujan lebat.
Media sosial tengah ramai dengan adanya fenomena bintik hitam pada Matahari. Lalu, apa sebenarnya sunspot dan pengaruhnya? Intip informasi selengkapnya
Sunspot atau bintik matahari adalah area gelap di permukaan Matahari yang memiliki suhu lebih rendah dibandingkan area sekitarnya, dan muncul akibat aktivitas magnetik tinggi.
Meski tampak gelap, sebenarnya sunspot tetap sangat panas, hanya tampak lebih gelap karena kontras dengan bagian Matahari yang jauh lebih terang.
Baca Juga: Kenapa Musim Kemarau Belum Merata di Indonesia? Ini Penjelasan BMKG
Apa Itu Sunspot?
Sunspot adalah fenomena magnetik di fotosfer (permukaan Matahari) yang menghambat aliran panas dari dalam Matahari. Suhu sunspot bisa mencapai sekitar 3.000–4.500 Kelvin, lebih rendah dari suhu normal permukaan Matahari (sekitar 5.800 Kelvin).
Matahari terdiri dari plasma, yaitu gas yang bermuatan listrik. Gas bermuatan listrik ini dapat memengaruhi garis-garis medan magnet, menyebabkan garis-garis tersebut berputar, melintir, dan saling bertautan seiring pergerakan plasma.
Kusutnya medan magnet ini menghalangi aliran panas menuju permukaan, sehingga menciptakan area yang lebih gelap dan lebih dingin yang membentu bintik matahari (sunspot). Suhu bintik matahari biasanya sekitar 6.000 derajat Fahrenheit, sedangkan suhu bagian lain dari fotosfer mencapai sekitar 10.000 derajat Fahrenheit.
Baca Juga: Apa Itu Kemarau Basah? Ini Arti, Tanda-Tanda, dan Prediksi BMKG
Sunspot Bantu Ilmuwan Pantau Aktivitas Matahari
Jumlah total bintik matahari di Matahari bervariasi selama siklus matahari. Seiring dengan pergerakan Matahari dalam siklus alaminya yang naik-turun setiap kurang lebih 11 tahun.
NASA dan NOAA memantau bintik matahari untuk menentukan dan memprediksi perkembangan siklus matahari dan pada akhirnya aktivitas matahari secara keseluruhan.
Fase minimum matahari ditandai dengan sedikitnya jumlah bintik matahari, sementara fase maksimum ditandai dengan jumlah bintik yang banyak.
Siklus Matahari ke-25, yaitu siklus matahari ke-25 sejak para ilmuwan mulai melacaknya, dimulai pada tahun 2019.
Sunspot biasanya muncul berkelompok dan dapat bertahan dari beberapa hari hingga beberapa minggu.
Baca Juga: Musim Kemarau Bikin Kulit Kering? Ini Alasan Anda Butuh Air Cooler!
Jenis-Jenis Sunspot
1. Umbra
- Bagian paling gelap dari sunspot dan terdapat pada pusat area magnetik yang kuat.
2. Penumbra
- Area lebih terang di sekitar umbra dan memiliki medan magnet yang lebih lemah dibanding umbra.
3. Kelompok Sunspot
- Sekumpulan sunspot yang muncul berdekatan, membentuk pola kompleks. Sering dikaitkan dengan ledakan matahari (flare) dan CME (coronal mass ejection).
Siklus Sunspot
Sunspot memiliki siklus 11 tahun: jumlahnya naik dan turun secara berkala. Saat aktivitas sunspot tinggi, disebut solar maximum. Saat sunspot sedikit, disebut solar minimum.
Baca Juga: Iklim Kemarau Basah Membuat Petani Buah Gelisah
Kaitannya dengan Kemarau Basah
Fenomena kemarau basah adalah kondisi ketika musim kemarau masih terjadi hujan cukup sering, yang menyimpang dari pola iklim normal. Melansir dari laman IPB University, Sunspot menjadi salah satu faktor terjadinya kemarau basah.
Menurut Ahli Meteorologi IPB University, Sonni Setiawan, SSi, MSi, La Niña saat ini terdeteksi dalam kondisi lemah hingga sedang dan berkontribusi pada peningkatan curah hujan selama musim kemarau.
Sementara itu, IOD–yang menunjukkan perbedaan suhu laut di Samudra Hindia– berada dalam kondisi netral. Karena itu, sebut Sonny, dampaknya terhadap kemarau basah tahun ini relatif kecil.
Baca Juga: Masuk Bulan Juni Baru 15% Wilayah Indonesia Masuk Musim Kemarau 2025, Ini Penyebabnya
“Saat ini tidak ada indikasi kuat El Niño atau La Niña, begitu pula dengan IOD. Yang menarik justru adalah aktivitas sunspot yang berulang setiap 11 tahun dan sedang berada pada puncaknya sejak 2024 dan masih aktif pada 2025,” ungkapnya.
“Sunspot juga memperbesar gradien potensial listrik dalam awan, sehingga hujan disertai petir lebih sering terjadi. Inilah salah satu faktor yang membuat curah hujan meningkat, bahkan di musim kemarau,” kata Sonni.
Sunspot bukan sekadar fenomena di luar angkasa, tapi berpengaruh langsung pada cuaca dan iklim Bumi. Itulah informasi terkait apa itu Sunspot Matahari hingga kaitan dengan fenomena kemarau basah.
Tonton: Tekanan Ekonomi Picu Lonjakan Kredit Macet Rumah Tangga
Selanjutnya: Implementasi Zero ODOL Bertahap, Membutuhkan Waktu 7 Tahun - 10 Tahun
Menarik Dibaca: Oppo F9 Harga Juni 2025 Masih Dicari, Ini Fitur dan Performa Terkininya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News