Cap Go Meh Artinya Apa? Ini Legenda dan Sejarah Perayaan Cap Go Meh

Selasa, 15 Februari 2022 | 15:02 WIB   Penulis: Virdita Ratriani
Cap Go Meh Artinya Apa? Ini Legenda dan Sejarah Perayaan Cap Go Meh

ILUSTRASI. Cap Go Meh artinya perayaan yang dilakukan 15 hari setelah Imlek.


IMLEK - Cap Go Meh 2022 dirayakan pada Selasa, 15 Februari 2022. Cap Go Meh artinya 15 hari atau malam setelah Tahun Baru Imlek. 

Istilah Cap Go Meh berasal dari aksen Hokkien yang jika diartikan 15 hari atau malam setelah Imlek. Saat dipenggal per kata, kata 'cap' memiliki arti 10, sedangkan 'go' berarti 5, dan 'meh' dengan kata lain malam.  

Sehingga, Cap Go Meh artinya perayaan yang dilakukan 15 hari setelah Imlek atau Tahun Baru China 2022. Di China, Cap Go Meh lebih dikenal sebagai Festival Lampion dan merupakan perayaan terakhir selama rangkaian Tahun Baru Imlek. 

Lantas, seperti apa sejarah perayaan Cap Go Meh? 

Baca Juga: Asal Mula Barongsai, Atraksi Khas di Tahun Baru Imlek

Sejarah dan legenda Cap Go Meh 

Cap Go Meh artinya perayaan yang dilakukan 15 hari setelah Imlek

Sejarah perayaan Cap Go Meh dilakukan untuk memberi penghormatan kepada Dewa Thai Yi, dewa tertinggi di Dinasti Han (206 SM-221 M).

Dirangkum dari Britannica, sejarah Cap Go Meh berasal dari Dinasti Han (206 SM hingga 220 M), ketika para biksu Buddha menyalakan lampion pada hari ke-15 Tahun Baru Imlek untuk menghormati Sang Buddha.  

Ritual tersebut kemudian diadopsi oleh masyarakat umum dan menyebar ke seluruh China dan bagian lain Asia.

Baca Juga: Barongsai, atraksi khas saat Tahun Baru Imlek yang sudah ada sejak zaman penjajahan

Selain itu, terdapat legenda yang berhubungan dengan Cap Go Meh yakni kisah Kaisar Langit (You Di), yang menjadi marah terhadap penduduk sebuah kota karena membunuh burung kesayangannya.  

Dia berencana untuk menghancurkan kota tersebut dengan api, tetapi digagalkan oleh Putri Kaisar yang menyarankan orang-orang untuk menyalakan lampion di seluruh kota pada hari penghancuran yang ditentukan.  

Kaisar, yang tertipu oleh semua cahaya, mengira kota itu telah dilalap api. Kota itu terhindar dari bencana, dan sebagai rasa terima kasih orang-orang terus memperingati acara tersebut setiap tahun dengan membawa lampion warna-warni ke seluruh kota.

Baca Juga: Jeruk Lokal, Hampir Tak Pernah Digunakan untuk Imlek

Editor: Virdita Ratriani

Terbaru