KONTAN.CO.ID - Intip tema Hari Perdamaian Internasional setiap tanggal 21 September. Masyarakat dunia bersama-sama memperingati Hari Perdamaian Internasional atau International Day of Peace (IDP), sebuah momen penting yang ditetapkan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Peringatan ini hadir sebagai kesempatan untuk meneguhkan komitmen global terhadap perdamaian, menolak kekerasan, serta memperkuat nilai toleransi di tengah keberagaman.
Lalu, seperti apa latar belakang munculnya Hari Perdamaian Internasional setiap tanggal 21 September? Cek informasi berikut ini.
Baca Juga: PBB: Israel Genosida di Gaza, 65.000 Warga Palestina Tewas, Ini Daftar Buktinya
Sejarah Hari Perdamaian Internasional
Melansir dari laman United Nations, Hari Perdamaian Internasional pertama kali dideklarasikan pada tahun 1981, kemudian pada 2001 ditetapkan secara khusus sebagai hari gencatan senjata dan bebas kekerasan selama 24 jam.
Penetapan ini bertujuan untuk mengingatkan umat manusia agar selalu menempatkan perdamaian sebagai prioritas utama di atas segala perbedaan.
Seiring perjalanan waktu, pesan yang dibawa semakin relevan dengan tantangan dunia yang kerap diwarnai konflik dan ketidakadilan.
Baca Juga: Temuan PBB: Israel Lakukan Genosida di Gaza, Netanyahu Diduga Terlibat Penghasutan
Tema 2025
Pada tahun 2025, tema yang diusung adalah “Act Now for a Peaceful World” atau “Bertindak Sekarang untuk Dunia yang Damai”. Tema ini mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk tidak sekadar berharap, tetapi juga melakukan langkah nyata dalam menjaga keharmonisan.
PBB menekankan bahwa perdamaian bisa dimulai dari tindakan sederhana, baik dengan menghentikan ujaran kebencian, menghargai perbedaan, mendukung komunitas yang rentan, hingga memastikan informasi yang dibagikan tidak menimbulkan perpecahan.
Upaya kecil yang dilakukan individu maupun kelompok akan berkontribusi besar pada terwujudnya dunia yang lebih damai.
Baca Juga: PBB Sahkan Deklarasi New York, Indonesia Dukung Solusi Dua Negara, Palestina Merdeka
Melalui kerja sama, solidaritas lintas negara, serta keterlibatan generasi muda, PBB terus mendorong terbentuknya budaya perdamaian global.
Tahun 2025 sekaligus menjadi penanda dua dekade Komisi Pembangunan Perdamaian PBB yang terus berkomitmen mengatasi akar permasalahan konflik seperti kemiskinan, diskriminasi, dan ketidaksetaraan.
Adapun, PBB aktif menangani beberapa konflik yang melibatkan kawasan negara di dunia.
Baca Juga: PBB: Korea Utara Hukum Mati Lebih Banyak Warganya karena Tonton Film dan TV Asing
Perkembangan & Tantangan
1. Konflik Global Terus Meningkat
Catatan PBB bahwa pada 2024 ada sekitar 61 konflik aktif, jumlah tertinggi sejak Perang Dunia II (1966-1946), menurut data dari Uppsala Conflict Data Program. Kondisi ini menyebabkan operasi peacekeeping menjadi semakin terbebani.
2. Tekanan terhadap Operasi Peacekeeping
Para pejabat PBB memperingatkan bahwa peacekeeping saat ini berada dalam risiko tinggi karena berbagai operasi kekurangan mandat yang jelas, sumber daya yang terbatas (baik personel dan dana), serta seringkali menghadapi medan yang sangat berbahaya.
3. Misi Khusus untuk Mencegah Konflik Meluas
Contohnya, di Timur Tengah, misi UNIFIL (di Lebanon), yang mengawasi garis perbatasan (Blue Line) antara Lebanon dan Israel, menjadi garda penting dalam mencegah eskalasi setelah bentrokan antara kelompok Hizbullah dan Israel.
Misi ini terus diminta untuk memperkuat kehadiran, mendukung pemerintahan lokal dalam mengendalikan senjata non-negara, dan menjaga supaya wilayah perbatasan tidak menjadi sumber konflik lagi.
Dengan semangat Hari Perdamaian Internasional 2025, dunia diajak untuk menjadikan perdamaian sebagai fondasi masa depan yang lebih adil, inklusif, dan berkelanjutan bagi semua orang.
Tonton: 20.000 Kopdes Merah Putih Dapat Prioritas Kredit Bank
Selanjutnya: Belum Punya BPJS Kesehatan tapi Mau Bikin SIM? Tenang, Ini Aturan dan Caranya
Menarik Dibaca: Apakah Kunyit Berbahaya untuk Ginjal atau Tidak? Kata Dokter Begini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News