Fenomena Aphelion Bikin Cuaca Dingin? Cek Fakta Penyebab Udara Dingin Akhir-Akhir Ini

Selasa, 16 Juli 2024 | 07:20 WIB   Penulis: Tiyas Septiana
Fenomena Aphelion Bikin Cuaca Dingin? Cek Fakta Penyebab Udara Dingin Akhir-Akhir Ini

ILUSTRASI. Fenomena Aphelion Bikin Cuaca Dingin? Cek Fakta Penyebab Udara Dingin Akhir-Akhir Ini. ANTARA FOTO/Idhad Zakaria/foc.


EDUKASI -  Beberapa hari terakhir tersebar informasi tentang fenomena aphelion yang menyebabkan cuaca di beberapa daerah di Pulau Jawa semakin dingin. 

Benarkah fenomena ini membuat suhu menjadi lebih dingin? 

Mengutip dari Kompas.com (9/7), ternyata fenomena turunnya suhu di Pulau Jawa tidak dipengaruhi oleh fenomena aphelion. 

Turunnya suhu di beberapa wilayah di Pulau Jawa ini umum terjadi ketika musim kemarau tiba. 

Suhu dingin atau bediding ini akan terjadi selama musim kemarau dan mencapai puncaknya pada bulan Agustus hingga September. 

Lalu apa itu fenomena aphelion yang dituding sebagai penyebab turunnya cuaca akhir-akhir ini?

Baca Juga: Mahahasiswa Baru Catat, Ini 10 Istilah Perkuliahan yang Perlu Anda Pahami

Mengenal fenomena aphelion

Bumi mengalami beberapa fenomena unik di waktu-waktu tertentu bahkan setiap tahun. Salah satunya adalah fenomena aphelion ini. 

Bersumber dari situs Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), fenomena aphelion rutin terjadi setiap bulan Juli di Undonesia. 

Fenomena astronomis ini membuat posisi matahari menjadi lebih jauh dari bumi dibandingkan biasanya. 

Jarak terdekat Bumi dengan Matahari saat bulan Januari yakni 142,1 juta km. Fenomena ini disebut dengan perihelion. 

Sedangkan saat aphelion, Bumi dan Matahari akan berada di titik terjauhnya yakni 152,1 juta km. 

Meskipun lebih jauh, nyatanya fenomena aphelion ini tidak terlalu banyak memberikan efek pada kondisi cuaca di Bumi, khususnya di Indonesia.

Penyebab udara dingin akhir-akhir ini

Lebih lanjut, BMKG menjelaskan bahwa suhu dingin sepekan ini terjadi akibat perubahan musim ke musim kemarau. 

Pada periode ini angin bergerak dari arah timur-tenggara yang berasal dari Benua Australia. 

Pada bulan Juli, negara tetangga kita, Australia, sedang mengalami musim dingin.  

Masa udara yang bergerak dari Australia menuju Indonesia relatif tinggi atau disebut dengan monsoon dingin Australia. 

Udara ini kemudian melewati perairan Samudra Indonesia yang memiliki suhu yang dingin. 

Baca Juga: Undip Buka Lagi Jalur Mandiri S1 2024, Cek Syarat dan Jurusan yang Buka Jalur Ini

Hal ini menyebabkan udara yang berhembus di beberapa wilayah di Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara menjadi lebih dingin. 

Berkurangnya hujan dan awan juga menyebabkan suhu di Pulau Jawa hingga Nusa Tenggara menjadi turun. 

Mengapa hujan dan awan membuat suhu lebih hangat? 

Ketika tidak ada awan dan hujan, tidak ada uap dan air yang menyimpan energi radiasi yang dilepaskan Bumi. 

Selain itu, awan juga berfungsi memantulkan energi radiasi ini sehingga suhu menjadi hangat. 

Ketika tidak ada awan, energi radiasi akan langsung dilepas ke atmosfer yang mengakibatkan udara lebih dingin. 

Itulah mengapa saat memasuki musim kemarau, justru di beberapa tempat di Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara mengalami penurunan suhu. 

Bahkan di Dieng, dan beberapa dataran tinggi lainnya, suhu bisa turun di bawah 10 derajat Celcius hingga terjadi embun es.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tiyas Septiana

Terbaru