​Kenapa disebut Black Friday? Ini penjelasan lengkapnya

Jumat, 27 November 2020 | 15:55 WIB   Penulis: Virdita Ratriani
​Kenapa disebut Black Friday? Ini penjelasan lengkapnya

ILUSTRASI. Masyarakat berbelanja saat momen Black Friday. REUTERS/Stephanie Keith


BELANJA ONLINE - Black Friday identik dengan adanya diskon besar-besaran pada Hari Jumat setelah perayaan Thanksgiving di Amerika Serikat. Ada beberapa versi tentang sejarah Black Friday. 

Namun, mengutip dari laman History.com, istilah Black Friday telah digunakan pada 1950-an ketika polisi di kota Philadelphia menggunakan istilah tersebut untuk menggambarkan kekacauan yang terjadi pada hari setelah Thanksgiving. 

Pada saat itu terdapat gerombolan pembeli dan turis pinggiran kota membanjiri kota sebelum pertandingan sepak bola Angkatan Darat-Angkatan Laut. 

Para polisi di Philadelphia harus bekerja dalam shift ekstra panjang untuk menangani kerumunan dan lalu lintas tambahan. Pengutil juga akan memanfaatkan hiruk pikuk di toko-toko untuk mencuri barang-barang dan menambah berat pekerjaan polisi. 

Baca Juga: Hore! PUBG Mobile hadirkan event Cyber Week, berikan diskon hingga hadiah item gratis

Black Friday dan belanja

Belanja Black Friday

Namun, pada 1961, istilah Black Friday kembali digunakan oleh polisi Philadelphia untuk menggambarkan fenomena kemacetan panjang di sepanjang kota. 

Kemacetan terjadi di mana-mana karena banyak orang yang berbondong-bondong antre di sekitar gerai yang menawarkan diskon. Inilah menjadi hari suram (black) bagi polisi karena harus mengamankan kota.

Sebenarnya, ada keinginan untuk mengubah istilah Black Friday dengan Big Friday, tapi upaya ini gagal. Keinginan tersebut lantaran Black Friday berkonotasi negatif, padahal tak serta merta begitu.

Black Friday tetap menciptakan kegembiraan baik bagi peritel maupun konsumen. Peritel bahagia karena lonjakan transaksi, konsumen senang mendapatkan barang impian.

Baca Juga: Ahli: Bakal ada belanja balas dendam di Hari Jomblo China

Black Friday menjadi semakin sohor pasca iklan di majalah The American Philatelist pada tahun 1966. Akhir 1980-an, istilah tersebut semakin dikenal di kalangan peritel yang kemudian mengaitkannya dengan penjualan pasca-Thanksgiving.

Para peritel menemukan sesuatu yang positif tentang Black Friday dan dapat mengubah hasil penjualan dari merah yakni rugi menjadi hitam alias untung. 

Black Friday juga menjadi sebuah gagasan bahwa sehari setelah Thanksgiving menandai peristiwa ketika toko-toko Amerika akhirnya menghasilkan keuntungan. 

Kini, Black Friday menjadi momen belanja terbesar di AS setiap tahun. Toko-toko memotong harga untuk meningkatkan penjualan dan keuntungan.

Black Friday turut menyebar ke berbagai negara, termasuk di Indonesia. Banyak e-commerce di Indonesia juga memanfaatkan momen tersebut untuk menggelar diskon. 

Selanjutnya: ​Apa itu Singles Day di 11.11? Ini penjelasannya

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Virdita Ratriani

Terbaru