​Mengenal jembatan tertua di Indonesia, Jembatan Kota Intan di Jakarta Barat

Kamis, 04 November 2021 | 14:56 WIB   Penulis: Virdita Ratriani
​Mengenal jembatan tertua di Indonesia, Jembatan Kota Intan di Jakarta Barat

ILUSTRASI. Jembatan Kota Intan


SEJARAH - Jakarta. Jembatan tertua di Indonesia adalah Jembatan Kota Intan di Kawasan Kota Tua, Jakarta Barat. Dikutip dari akun Instagram resmi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Jembatan Kota Intan dibangun pada tahun 1628 oleh Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC).

Jembatan pertama di Indonesia ini telah berganti nama beberapa kali. Mulai dari Engelse Burg (Jembatan Inggris), Hoenderpasarburg (Jembatan Pasar Ayam), Het Middelpunt Burg (Jembatan Pusat), hingga Jembatan Ratu Juliana.

Barulah setelah kemerdekaan Indonesia, namanya menjadi Jembatan Kota Intan, sesuai dengan lokasinya yang berada di ujung Kastil Batavia Bastiin Diamont (Intan).

Meski namanya sering berganti, namun bentuk dan gaya arsitekturnya tidak berubah. Lantas, seperti apa sejarah jembatan tertua di Indonesia ini? 

Baca Juga: Wajah baru Kali Besar Kota Tua Jakarta

Sejarah Jembatan Kota Intan 

Dirangkum dari laman resmi Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, jembatan ini terletak di bagian utara yang mengubungkan Jalan Nelayan dan Kalibesar. 

Jembatan Kota Intan dibangun tahun 1628 dan merupakan jembatan jungkit (ophaalbrug/drawbridge) satu-satunya yang tersisa di Indonesia.

Jembatan ini juga merupakan jembatan jungkit pertama di Batavia.

Jembatan jungkit ini terdiri atas dua bagian yang sama terletak di seberang sungai yang saling berhadapan, lantai jembatan yang terbuat dari kayu dan dihubungkan dengan kabel besi. 

Pada zaman Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC), jembatan ini disebut “ophaalbrug”.

Baca Juga: Jembatan Musi IV mulai dibuka pekan ini

Hingga awal abad ke-20 perahu-perahu masih dapat berlabuh di tepi Kalibesar, sehingga lantai jembatan ditarik ke atas.

Selama kurun waktu abad ke 17 dan 18, VOC telah membangun beberapa jembatan serupa di Batavia. Namun, jembatan-jembatan itu sudah tidak ada lagi, satu-satunya yang tersisa hanyalah Jembatan Kota Intan. 

Tahun 1655 jembatan ini diperbaiki setelah jembatan yang lama yang terbuat dari kayu hancur pada waktu banjir.

Pada tahun 1937, jembatan ini dipugar oleh Oudheidskundige Dienst (Dinas Purbakala). Bentuk dan gayanya tidak berubah hanya namanya berubah menjadi Ophaalbrug Juliana.

Baca Juga: Ini dua alasan Anies Baswedan akan robohkan JPO di bundaran HI

Setelah Proklamasi Kemerdekaan, nama jembatan tersebut berubah menjadi "Jembatan Kota Intan" sesuai dengan nama lokasi setempat karena letaknya dekat dengan salah satu Bastion Kastil Batavia bernama Bastion Diamant (intan). 

Untuk melestarikan keberadaannya, maka pada 7 September 1972 Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, menetapkan Jembatan Kota Intan sebagai Benda Cagar Budaya. Pada tahun 2000 dipugar oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Ketika revitalisasi Jakarta kota pada awal 1970 terjadi perubahan pada kedua sisi ujung jembatan yang sebelumnya ramp diganti tangga. Alas jembatan terbuat dari kayu. 

Jembatan ini juga dilengkapi dengan birai kayu sebagai pegangan orang yang melewati jembatan ini.

Selanjutnya: Wajah baru Kali Besar Kota Tua Jakarta

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Halaman   1 2 Tampilkan Semua
Editor: Virdita Ratriani
Terbaru