Mengenal Pergerakan Satelit Alami Bumi, Bulan, serta Fenomenanya yang Muncul

Jumat, 19 Januari 2024 | 13:49 WIB   Penulis: Tiyas Septiana
Mengenal Pergerakan Satelit Alami Bumi, Bulan, serta Fenomenanya yang Muncul

ILUSTRASI. Mengenal Pergerakan Satelit Alami Bumi, Bulan, serta Fenomenanya yang Muncul.


Pergerakan Satelit Bumi -  Selain satelit buatan, Bumi memiliki satelit alami yang dinamai Bulan. Bulan ini berada dekat dengan Bumi dan bisa dilihat ketika malam tiba. 

Bulan adalah benda langit yang tidak dapat memancarkan cahaya sendiri, melainkan memancarkan cahaya pantulan dari Matahari. 

Bulan mengelilingi Bumi dalam orbitnya yang teratur serta bersama Bumi mengelilingi Matahari. 

Bulan berbentuk bulat mirip dengan planet pada umumnya dengan permukaan yang berupa dataran kering dan tandus, banyak kawah, dan terdapat pegunungan serta dataran tinggi. 

Baca Juga: 5 Tips Sukses Menceritakan Tentang Diri Sendiri saat Interview Kerja

Bulan juga sering mengalami perubahan suhu yang sangat drastis karena tidak terlindungi oleh atmosfer. Di Bulan tidak ada makhluk hidup, tidak ada siklus air, gelap gulita, bahkan bunyi tidak dapat merambat. 

Bulan melakukan tiga gerakan sekaligus, yaitu rotasi, revolusi, dan bergerak bersama-sama dengan Bumi untuk mengelilingi Matahari. 

Bersumber dai situs Direktorat SMP Kemendikbud Ristek, berikut ini penjelasan tentang fenomena-fenomena yang terjadi pada Bulan.

Fase-fase bulan

1. Bulan Baru: Terjadi ketika posisi Bulan berada di antara Bumi dan Matahari. Gerhana matahari tidak selalu terjadi pada posisi ini karena kemiringan bidang orbit bulan terhadap bidang ekliptika sebesar 5°.

2. Bulan Sabit: Terjadi ketika bagian Bulan yang terkena sinar Matahari sekitar seperempat, sehingga permukaan Bulan yang terlihat di Bumi hanya seperempatnya.

3. Bulan Separuh: Terjadi ketika bagian Bulan yang terkena sinar Matahari sekitar separuhnya, sehingga yang terlihat dari Bumi juga separuhnya.

4. Bulan Cembung: Terjadi ketika bagian Bulan yang terkena sinar Matahari tiga perempatnya, yang terlihat dari Bumi hanya tiga perempat bagian Bulan. Akibatnya, kita dapat melihat Bulan Cembung.

5. Bulan Purnama: Terjadi ketika semua bagian Bulan terkena sinar Matahari, begitu juga yang terlihat dari Bumi. Akibatnya, kita dapat melihat Bulan purnama. 

Pasang surut air laut

Pasang dan surut air laut di Bumi dipengaruhi oleh pergerakan bulan. Oleh sebab itu pada masa-masa tertentu, pasang atau surut air laut akan lebih kuat dari hari biasanya. 

Pasang adalah peristiwa naiknya permukaan air laut dan surut adalah peristiwa turunnya permukaan air laut. 

Pasang surut air laut terjadi karena pengaruh gravitasi Matahari dan gravitasi Bulan. 

Akibat Bumi berotasi pada sumbunya, maka daerah yang mengalami pasang surut bergantian sebanyak dua kali. Terdapat 2 jenis pasang air laut, yaitu pasang purnama dan pasang perbani.

Baca Juga: Ini 7 Jurusan Paling Dibutuhkan di Masa Depan & Prospek Kerjanya, Pilihan SNPMB 2024

Pasang purnama diipengaruhi oleh gravitasi Bulan dan terjadi ketika Bulan Purnama. Pasang ini akan maksimum ketika terjadinya gerhana Matahari.

Hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh gravitasi Bulan yang menyebabkan pasang Bulan dan gravitasi Matahari yang menyebabkan pasang Matahari mempunyai arah yang sama atau searah.

Pasang perbani terjadi ketika permukaan air laut turun serendah-rendahnya. Pasang ini terjadi saat Bulan kuartir pertama dan kuartir ketiga.

Gravitasi Bulan dan Matahari yang saling tegak lurus menjadi pengaruh Pasang Perbani ini terjadi.

Bulan sideris dan sinodis

Bulan membutuhkan satu kali berevolusi sekitar 27,3 hari, disebut kala revolusi sideris (satu bulan sideris). 

Namun karena Bumi juga bergerak searah gerak dengan Bulan, maka menurut pengamatan di Bumi, waktu yang dibutuhkan Bulan untuk melakukan satu putaran penuh menjadi lebih panjang dari kala revolusi sideris, yaitu sekitar 29,5 hari. 

Fenomena ini disebut kala revolusi sinodis (satu bulan sinodis). Kala revolusi sinodis dapat ditentukan melalui pengamatan dari saat terjadinya Bulan baru hingga Bulan baru berikutnya. Satu bulan sinodis digunakan sebagai dasar penanggalan Komariyah atau penanggalan Islam. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tiyas Septiana
Terbaru