W.R. Supratman, pencipta lagu Indonesia Raya yang dikumandangkan saat Sumpah Pemuda

Rabu, 28 Oktober 2020 | 10:41 WIB   Penulis: Virdita Ratriani
W.R. Supratman, pencipta lagu Indonesia Raya yang dikumandangkan saat Sumpah Pemuda

ILUSTRASI. W. R. Supratman


SEJARAH - Wage Rudolf Soepratman atau yang lebih sering dipanggil W.R. Supratman adalah tokoh bangsa yang dikenal sebagai pencipta Lagu Indonesia Raya. 

Lagu tersebut pertama kali dikumandangkan pada 28 Oktober 1928 saat Kongres Pemuda II yang berhasil merumuskan Sumpah Pemuda. 

Dirangkum dari laman Museum Sumpah Pemuda dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, W.R. Supratman lahir pada Jumat Wage, 19 Maret 1903 di Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.

Tiga bulan setelah lahir, orang tuanya membawanya ke Jatinegara. Ayah W.R. Supratman, Sersan Jumeno Senen adalah seorang tentara KNIL pun segera mencatatkan kelahiran anaknya. 

Untuk memudahkan, maka Akte Kelahiran W.R. Supratman dibuat di Jatinegara, sehingga banyak yang menuliskan W.R. Supratman lahir di Jatinegara.

Baca Juga: ​Sejarah dan isi Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928

Biografi W.R. Supratman

Pada 1907, W.R. Supratman memulai pendidikan di Frobelschool setara taman kanak-kanak di Jakarta saat usianya 4 tahun. 

Kemudian, dia tinggal bersama kakaknya Ny. Rukiyem di Makasar dan menyelesaikan pendidikan di Tweede Inlandscheschool (Sekolah Angka Dua) pada 1917. 

Pada 1919,  W.R. Supratman lulus ujian Klein Ambtenaar Examen (KAE), ujian untuk calon pegawai rendahan. Setelah lulus KAE, Wage melanjutkan pendidikan ke Normaalschool (Sekolah Pendidikan Guru).  

Baca Juga: Museum Sumpah Pemuda, lokasi ikrar Sumpah Pemuda yang berawal dari rumah tinggal

Karier bermusik W.R. Supratman dan Sumpah Pemuda

Ilustrasi Sumpah Pemuda. W.R. Supratman salah satu tokoh dalam Sumpah Pemuda

Kariernya dalam bermusik tidak terlepas dari peran kakak iparnya W.M. Van Eldick, W.R. Supratman. Saat ulang tahunnya ke-17, dia diberikan hadiah oleh Van Eldick sebuah biola. 

Bersama dengan Van Eldik, Ia mendirikan Grup Jazz Band bernama Black And White. W.R. Supratman juga menciptakan sejumlah lagu perjuangan, yang salah satu diantaranya ditetapkan sebagai Lagu Kebangsaan Republik Indonesia, Indonesia Raya.

W.R. Supratman juga pernah menjadi wartawan pada surat kabar Kaoem Moeda pada tahun 1924. Setahun kemudian, ia pindah ke Jakarta dan menjadi wartawan Surat Kabar Sin Po. 

Baca Juga: Hari Sumpah Pemuda, BEM SI: 1.000 Mahasiswa akan demo tolak UU Cipta Kerja di Jakarta

Sejak saat itu ia rajin menghadiri rapat-rapat organisasi pemuda dan rapat-rapat partai politik di Gedung Pertemuan di Batavia dan berkenalan dengan tokoh-tokoh pergerakan.

Lalu, pada Kongres Pemuda II tanggal 27-28 Oktober 1928, WR Supratman ikut terlibat. Untuk pertama kalinya ia memperdengarkan lagu Indonesia Raya diiringi gesekan biola di depan seluruh peserta kongres sebelum dibacakannya Putusan Kongres Pemuda yang dikenal sebagai Sumpah Pemuda.

Setelah itu, kehidupan WR Supratman tidak lagi tenang karena dimata-matai oleh polisi Belanda lantaran kata “Merdeka, Merdeka” pada lagu karangannya tersebut. Sehingga pada tahun 1930 Pemerintah Hindia Belanda melarang rakyat Indonesia menyanyikan lagu Indonesia Raya di depan umum.

Baca Juga: Bakal ada demo di Jakarta, simak rekayasa lalu lintas di 3 kawasan ini

Meninggal di Surabaya

Tahun 1933-1937 ia berpindah-pindah tempat dari Jakarta ke Cimahi, lalu ke Pemalang. Lalu, pada April 1937 ia dibawa oleh kakaknya Ny. Rukiyem Supratiyah ke Surabaya dalam keadaan sakit. 

Kedatangan W.R. Supratman di Surabaya segera diketahui oleh teman-teman seperjuangannya. Mereka datang menjenguk W.R Supratman yang masih lemah setelah sakit.

Tanggal 7 Agustus 1938, W.R. Supratman ditangkap Belanda di studio Radio NIROM (Nederlandsch Indische Radio Omroep) di Jalan Embong Malang Surabaya. Dia ditangkap karena lagunya berjudul “Matahari Terbit” dinyanyikan pandu-pandu KBI (Kepanduan Bangsa Indonesia) di radio dianggap wujud simpati terhadap Kekaisaran Jepang. 

W.R. Supratman kemudian dibebaskan dari tahanan setelah Belanda tidak dapat menemukan bukti-bukti bahwa dirinya bersimpati kepada Jepang.

Baca Juga: Kemenperin: Bonus demografi menjadi peluang untuk bangun industri

Kondisi kesehatannya pun semakin menurun, pada 17 Agustus 1938 (Rabu Wage) W.R. Soepratman meninggal dunia di Jalan Mangga No. 21 Tambak Sari Surabaya karena gangguan jantung yang dideritanya. 

Alm. W.R Supratman dimakamkan di Pemakaman Umum Kapasan Jalan Tambak Segaran Wetan Surabaya. Atas jasa-jasanya dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, WR Supratman mendapatkan penghargaan berupa pemindahan dan perbaikan makam. 

Kemudian pada 17 Agustus 1960 pemerintah RI memberikan anugerah Bintang Mahaputra Anumerta III. Setelah itu melalui surat keputusan Presiden RI No.16/SK/1971 tanggal 20 Mei 1971 telah menganugerahkan gelar “Pahlawan Nasional kepada W.R. Supratman. 

Lalu, melalui Surat Keputusan Presiden RI No.017/TK/1974 tanggal 19 Juni 1974 Presiden RI menganugerahkan Tanda Kehormatan Bintang Mahaputra Utama kepada W.R. Supratman.

Selanjutnya: ​Mohammad Yamin, tokoh yang merumuskan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Halaman   1 2 3 Tampilkan Semua
Editor: Virdita Ratriani

Terbaru