Arie Hanggara - Pada 8 November 1984, Arie Hanggara meninggal karena dianiaya oleh ayah dan ibu tirinya selama berhari-hari.
Kasus Arie Hanggara ini menjadi begitu besar karena besarnya perhatian media massa untuk mengangkat tragedi tersebut.
Begitu besarnya animo masyarakat, membuat kasus tersebut diangkat menjadi sebuah film, Arie Hanggara, yang diproduksi oleh PT Tobali Indah Film pada 1985, dan cukup sukses dalam pemasaran.
Baca Juga: Ancaman Muslim AS ke Biden: Tak Ada Gencatan Senjata di Gaza, Tak Ada Perolehan Suara
Meninggalnya Arie Hanggara
Arie Hanggara Machtino (7) terlahir sebagai anak kedua dari pasangan Machtino Eddiwan dan Dahlia Nasution.
Namun, saat kedua orang tuanya bercerai, Arie bersama dua orang saudaranya dibawa sang ayah untuk hidup bersama perempuan selingkuhannya bernama Santi.
Dirangkum dari buku "Kisah Arie Hanggara dan Kekerasan Terhadap Anak", Machtino dan Dahlia bercerai pada Agustus 1982. Tiga orang anak ikut ayahnya, sedangkan anak ketiganya yang berusia 5 tahun ikut ibunya.
Baca Juga: Adaptasi Kasus Nyata, Ini Rekomendasi 5 Dokumenter True Crime Netflix
Kasus pembunuhan Arie Hanggara oleh ayahnya terungkap pada Kamis dinihari 8 November sekitar pukul 03.30. Pada waktu itu, Machtino mengantar Arie, anak kedua dari empat bersaudara ke RSCM dalam keadaan tidak bernyawa.
Kepada petugas, Machtino menyatakan bahwa anaknya cedera akibat kecelakaan lalu lintas. Namun, petugas tidak percaya karena melihat sekujur tubuh Arie penuh dengan luka bekas penganiayaan.
Polisi pun dihubungi dan esok harinya saat hendak mengambil jenazah Arie di kamar mayat, Machtino ditangkap. Akhirnya, Machtino mengakui bahwa Arie meninggal karena penganiayaan.
Pada Jumat, 9 November, Arie dikuburkan di pemakaman Jeruk Purut, Jakarta Selatan.
Baca Juga: Presiden Jokowi Mengecam Keras Tindak Kekerasan yang Terjadi di Gaza
Kronologi penyiksaan terhadap Arie Hanggara
Penyiksaan terhadap Arie sebenarnya sudah dimulai sejak Agustus, sewaktu dalam tas sekolahnya ditemukan uang Rp 8.500.
Ketika itu, Arie mengaku mengambilnya dari tas seorang teman. Tapi, ketika gurunya, Hadijah menanyakan, ternyata tidak ada seorang pun merasa kehilangan uang.
Padahal, Machtino menganggur sehingga tidak pernah merasa memberikan uang sebanyak itu. Jadi, entah dari mana Arie memperolehnya. Pada waktu itu, ayahnya sempat memukul dan menghukum Arie. Pada 3 November, di tas Arie kembali ditemukan uang Rp 8.000.
Machtino dan Santi pun naik pitam dan Arie dihajar dengan tangan dan gagang sapu. Santi lalu membenturkan kepaa Arie ke tembok.
Baca Juga: Presiden Jokowi Mengecam Keras Tindak Kekerasan yang Terjadi di Gaza
Keesokannya, Arie dihukum agar mengangkat kedua tangannya yang terikat dengan wajah menghadap tembok. Kedua kaki Arie juga diikat.
Arie hanya diperbolehkan minum pada pukul 14.00 dan makan pada pukul 20.00. Lalu, pada 5 hingga 7 November, Arie tidak diperbolehkan masuk sekolah.
Puncaknya, pada 7 November malam, Arie mengalami siksaan berkepanjangan. Sejak pukul 20.00, ia disuruh menghadap tembok dan diperintahkan jongkok dan berdiri berganti-ganti.
Baca Juga: Daftar Hari Besar Nasional dan Internasional Bulan November 2023
Jika tidak kuat, Arie langsung dihajar. Dengan tangan masih terikat dan bertelanjang dada, Arie masih disuruh berdiri menghadap tembok sewaktu ayahnya pergi tidur.
Pada 24.00 ayah Arie kembali naik pitam ketika melihat anak tersebut sudah duduk di kursi. Kemudian, Machtino kembali menghajarnya dengan pukulan dan sabetan gagang sapu bertubi-tubi.
Pukul 03.00 dia terjatuh dan pingsan. Kemudian, Arie meninggal saat ayahnya, Machtino membawanya ke RSCM.
Demikian kisah meninggalnya Arie Hanggara pada 8 November 1984 karena dianiaya oleh orang tuanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News