Biografi Siddhartha Gautama, Pendiri Agama Buddha

Jumat, 02 Juni 2023 | 11:30 WIB   Penulis: Virdita Ratriani
Biografi Siddhartha Gautama, Pendiri Agama Buddha


AGAMA DAN KEPERCAYAAN - Agama Buddha adalah salah satu agama yang memiliki banyak pengikut di dunia, termasuk di Indonesia. Pendiri agama Buddha adalah Siddhartha Gautama atau dikenal sebagai sang Buddha. 

Hari raya agama Buddha yakni Waisak pun dirayakan untuk memperingati hari kelahiran Siddhartha Gautama. 

Siddhartha Gautama adalah seorang filsuf, guru, dan pemimpin spiritual agama Buddha. Lantas, seperti apa kisah hidup atau biografi Siddhartha Gautama? 

Baca Juga: Penumpang Kereta Api Jarak Jauh Naik 22% Jelang Long Weekend

Biografi Siddhartha Gautama 

Siddhartha Gautama dilahirkan pada 563 SM di Lumbini, yang kini adalah Nepal. Pada saat Siddhartha Gautama lahir, agama dominan di India adalah Hinduisme. 

Dirangkum dari laman World History, pada saat itu, Siddhartha Gautama diyakini juga merupakan pangeran Hindu yang meninggalkan kedudukan dan kekayaannya untuk mencari pencerahan sebagai pertapa spiritual.

Baca Juga: Jelang Libur Panjang, Kemenhub Terbitkan SKB Pembatasan Operasional Angkutan Barang

Siddhartha Gautama menyebarkan ajarannya dan mendirikan agama Buddha di India pada abad ke-6 hingga ke-5 SM.

Menurut teks Buddhis, pada saat Siddhartha Gautama lahir, terdapat sebuah ramalan bahwa dia akan menjadi raja yang kuat atau pemimpin spiritual yang hebat. 

Nmaun, ayahnya takut jika Siddhartha Gautama menjadi pemimpin spiritual maka tidak akan dapat melanjutkan kerajaannya. Untuk itu, menurut peramal bahwa ayahnya harus melindunginya dari empat hal, yaitu:

Baca Juga: Kumpulan Twibbon Hari Anak Internasional 1 Juni, International Children's Day

  • Orang tua
  • Orang sakit
  • Orang mati
  • Seorang pertapa

Jika melihat keempat hal itu, maka dapat menyadarkan Siddhartha Gautama bahwa dia bisa juga sakit, menjadi tua, mati, dan kehilangan semua yang dia cintai. 

Melalui tanda-tanda ini, dia menyadari bahwa dia juga bisa sakit, menjadi tua, mati, dan kehilangan semua yang dia cintai.

Baca Juga: Tanggal 1 dan 2 Juni Tanggal Merah, Cek Lagi Daftar Libur Bulan Juni 2023

Masa kecil dan pernikahan Siddhartha Gautama 

Siddhartha Gautama hidup di antara kemewahan istana. Sejak kecil Siddharta Gautama adalah anak yang cerdas dan sangat pandai. 

Pada usia 7 tahun, Siddharta memiliki tiga kolam bunga teratai, yakni kolam bunga teratai berwarna biru (uppala), kolam bunga teratai berwarna merah (paduma), dan kolam bunga teratai berwarna putih (pundarika).

Baca Juga: 50 Ucapan Hari Raya Waisak 2023 Penuh Harapan dan Doa yang Menyentuh Hati

Pada usia itu, Siddharta sudah mempelajari berbagai ilmu pengetahuan denga baik. Pada usia 16 tahun, Siddharta menikah dengan Putri Yasodhara.

Pada usia itu juga, Pangeran Siddharta memiliki tiga istana, yakni, Istana Musim Dingin (Ramma) Istana Musim Panas (Suramma), dan Istana Musim Hujan (Subha). 

Kemudian, pada usia 29 tahun, Siddhartha Gautama memiliki seorang putra bernama Rahula.  

Baca Juga: Daftar Cuti Bersama hingga Hari Besar Nasional dan Internasional di Bulan Juni 2023

Menjadi Buddha

Pada suatu hari, Siddharta Gautama minta izin untuk berjalan keluar istana. Di jalanan Kapilavasta menemukan empat kondisi yang berati, yakni orang tua, orang sakit, orang mati dan seorang pertapa.

Ia merasa sedih dan bertanya pada diri sendiri. Tidak ada hal yang mempersiapkan untuk pengalaman semacam itu selama hidupnya. Ia berpikir bahwa hanya kehidupan suci yang akan memberikan semua jawaban itu.

Baca Juga: 50 Twibbon Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2023, Ayo Cegah Orang Terdekat dari Rokok

Suatu malam, setelah melihat semua benda berharga yang melekat padanya dan istri serta putranya yang sedang tidur, dia berjalan keluar istana, meninggalkan pakaiannya yang bagus, mengenakan jubah seorang pertapa, dan berangkat ke hutan. 

Dirangkum dari Kompas.com (7/5/2020), Siddharta Gautama pergi untuk menjadi seorang pertapa yang bertujuan menemukan cara untuk menghilangkan penderitaan atau membebaskan manusia dari usia tua, sakit, dan mati.

Perjuangan Siddharta Gautama dalam memaknai kehidupan dan mengupayakan terciptanya bangunan spiritualitas yang paripurna merupakan perjuangan yang berangkat dari hati nurani dan akal budi. 

Baca Juga: Perdagangan Pekan Ini Cuma 3 Hari, Simak 16 Saham Rekomendasi Indo Premier Sekuritas

Siddharta Gautama, kemudian bermeditasi menggunakan berbagai guru spiritual yang membimbingnya. Ia bermediasi di bawah pohon Bodhi untuk mendapatkan penerangan Agung. 

Pada akhirnya di bawah pohon Bodhi, ia memperoleh apa yang dicita-citakannya, yakni ajaran tentang sebab akibat penderitaan dan cara-cara mendapatkan kelepasan yang tersimpul dalam pandangan filosofis. 

Pertapa Siddharta telah mencapai Pencerahan Sempurna dan menjadi Samyaksam-Buddha (Sammasam-Buddha), tepat pada saat bulan Purnama Siddhi di bulan Waisak ketika ia berusia 35 tahun. 

Baca Juga: Simak 5 Tips Rayakan Festival Lampion Waisak 2023 di Candi Borobudur

Saat mencapai pencerahan sempurna, tubuh Siddharta memancar enam sinar Buddha dengan warna biru (nila) yang berarti bhakti, kuning (pita) yang berarti kebijaksanaan dan pengetahuan. 

Warna merah (lohita) yang berarti kasih sayang dan belas kasih, putih (Avadata) mengandung arti suci, jingga (mangasta) berarti semangat, dan dan campuran sinar tersebut (prabhasvara).

Demikian penjelasan mengenai biografi Siddharta Gautama sebagai pendiri agama Buddha. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Virdita Ratriani

Terbaru