Jusuf Hamka, Bos Jalan Tol yang Tak Pernah Lulus Kuliah

Jumat, 25 Maret 2022 | 12:10 WIB   Penulis: Virdita Ratriani
Jusuf Hamka, Bos Jalan Tol yang Tak Pernah Lulus Kuliah

ILUSTRASI. Pengusaha Jusuf Hamka.


PROFIL - Jusuf Hamka terlahir dengan nama Alun Josef di Sawah Besar, Jakarta Pusat, pada 5 Desember 1957.

Ia mendapatkan nama Jusuf Hamka saat dirinya memeluk Islam pada 1981. Nama belakangnya didapat dari tokoh Muslim Indonesia Buya Hamka.

Dirangkum dari laman NU Online dan Ensiklopedia Jakarta, anak keempat dari 7 bersaudara semasa muda terhitung bengal. Pernah mengenyam banyak pendidikan perguruan tinggi tapi tidak ada yang selesai. 

Jusuf pernah berkuliah di Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta pada 1974 (tidak lulus) dan Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, Jakarta, 1974 (tidak lulus).

Kemudian, di Bisnis Administrasi Columbia College, Vancouver, Kanada, 1977 (tidak lulus) dan Administrasi Negara FISIP Universitas Jayabaya, Jakarta, 1980 (tidak lulus).

Baca Juga: Pengakuan Pengusaha Jusuf Hamka yang 35 Tahun Tidak Bayar Pajak dengan Benar

Baginya, sekolah hanya untuk mengetahui sistematika berpikir, belajar, dan mengerti. Jadi, dia merasa tidak perlu gelar. 

Setelah berkali-kali drop out dari bangku kuliah dan terbang ke Kalimantan mencoba peruntungan di usaha kayu, kariernya mulai melejit pada 1990. Sejak saat itu sampai sekarang, sejumlah jabatan mentereng hinggap padanya.

Di antaranya, penasihat Sinar Mas, komisaris Artha Graha Investama, komisaris independen dan penasihat perusahaan otomotif PT Indomobil Sukses Internasional, dan komisaris independen dan penasihat televisi swasta nasional PT Indosiar Visual Mandiri.

Lalu, komisaris independen perusahaan semen PT Indocement Tunggal Prakarsa serta direktur utama dan penasihat perusahaan infrastruktur jalan tol PT Citra Marga Nusaphala Persada.

Baca Juga: Bersyukur ada Tax Amnesty, Jusuf Hamka Mengaku 35 Tahun Tak Bayar Pajak dengan Benar

Pernah hampir mati karena tenggelam di sungai

Alun Josef pernah hampir meninggal. Saat masih kecil, dia pernah tenggelam dan terbawa arus Kali Ciliwung di samping Masjid Istiqlal, Jakarta. 

Nyawanya benar-benar nyaris tak tertolong. Peristiwa celaka itu terjadi saat bocah Jusuf sedang cekcok dengan seorang kawan. 

Ia enggan meminjamkan ban ke temannya itu. Di masa itu, tahun 1960-1970an, ban biasa digunakan sebagai alat bantu untuk menyusuri sungai.

Akhirnya, temannya itu mendorong Jusuf Hamka dan membuatnya jatuh ke sungai dan terbawa arus, hampir masuk ke pintu air. 

Alun teriak-teriak,  dadanya sesak, tiap kali mencoba bernapas, paru-parunya terisi air hingga dadanya seperti mau meledak.

Pintu maut serasa begitu dekat.  Seorang tunawisma dari atas rel kereta lompat langsung ke sungai untuk menolong Jusuf Hamka. 

Sesaat setelah Jusuf selamat, dia langsung mengeluarkan semua uang yang dimiliki dan es mambo untuk diberikan ke penolongnya yang bernama Zabir, tukang sepatu. 

Jusuf dan Zabir lalu menjadi sahabat. Keduanya berteman dekat di jalanan. Sekarang Jusuf tidak tahu Zabir di mana. Jika masih hidup Jusuf ingin berbalas budi baik.

Baca Juga: Menginisiasi Perdamaian Jusuf Hamka & Bank Syariah, Iggi: Ini Kemenangan Bersama

Menjadi mualaf dibimbing Buya Hamka

Alun Josef memeluk Islam saat bertemu Buya di usia 23 tahun pada tahun 1981. Waktu itu, ia melihat di Majalah Tempo, ada orang masuk Islam (disyahadatkan) di Masjid Al-Azhar. 

Alun langsung ke sana, bertemu Ustaz Zaimi, Sekretaris Masjid Agung Al-Azhar, dan menyatakan niatnya masuk Islam. Alun kemudian dibawa ke rumah Buya Hamka di Jalan Raden Fatah.

Di bawah bimbingan Buya, Alun pun mengucapkan dua kalimat syahadat dan namanya diganti Buya Hamka menjadi Jusuf Hamka.

Jusuf tidak tahu sama sekali siapa Buya Hamka. Ia pernah melihat Buya Hamka ribut sama Menteri Agama dan Pak Harto saat perkara fatwa haram MUI soal perayaan Natal bersama bagi muslim. 

Baca Juga: Inilah Susunan Pengurus PBNU 2022-2027, Banyak Pejabat dan Tokoh Perempuan

Kala itu, Buya Hamka dan pemerintah berbeda pendapat, dan berakhir dengan pilihan Buya untuk meletakkan jabatannya di MUI.

Jusuf menjadi mualaf tahun 1981 tanpa penolakan keluarga. Orangtua Jusuf  tergolong moderat. Bapaknya dosen, ibunya guru. Bahkan, waktu puasa pertama, ibunya yang membeli penggorengan baru buat masak untuknya.

Jusuf Hamka membangun masjid Abah Alun berlokasi di kolong tol, bergaya arsitektur China, dan berhias aksara Mandarin di atas pintu masuknya. Biaya pembangungan masjid mencapai Rp 5,5 miliar. 

Selain itu, Jusuf Hamka juga membuat warung pojok halal menjual nasi kuning dengan harga teramat murah yang ia gagas di samping gerbang utama kantornya, CMNP.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Halaman   1 2 Tampilkan Semua
Editor: Virdita Ratriani
Terbaru