IMLEK - Ketahui apa makna Kue Keranjang saat Perayaan Tahun Baru Imlek. Memasuki penghujung bulan Januari 2025, tentu masyarakat bersiap untuk merayakan Imlek 2574 Kongzili.
Kue keranjang merupakan salah satu hidangan khas yang identik dengan perayaan Tahun Baru Imlek. Walaupun tidak semua orang Indonesia merayakan Imlek, kue keranjang telah dikenal luas dan sering dijumpai di berbagai tempat selama perayaan tersebut.
Dengan rasa manis dan tekstur kenyal, kue ini bukan hanya menjadi hidangan lezat, tetapi juga mengandung makna mendalam yang melambangkan harapan akan keberuntungan dan kemakmuran.
Baca Juga: Sambut Imlek 2025, BCA Digital Tawarkan Fitur Kelola Angpao
Kue keranjang, yang juga dikenal sebagai Nian gao (年糕 /nyen-gao/ atau 'kue tahun'), adalah kue manis yang dibuat dari tepung ketan dan gula.
Kue ini dipercaya membawa keberuntungan dalam perayaan Imlek. Namun, bagaimana sejarah dan makna sebenarnya dari kue keranjang dalam perayaan Tahun Baru Imlek?
Makna kue keranjang di tahun baru Imlek
Kue keranjang dalam bahasa Mandarin disebut juga Nian gao atau Niangao adalah 年糕 dalam bahasa China.
Melansir dari laman China Highlights, karakter 年 berarti 'tahun', dan karakter 糕 berarti 'kue', yang pengucapannya sama dengan 高 (/gao/), yang berarti 'tinggi'. Jadi, pengucapan niangao terdengar seperti 'tahun tinggi' (年高), yang melambangkan pendapatan yang lebih tinggi, kedudukan yang lebih tinggi, anak-anak yang bertumbuh.
Secara umum makna kue keranjang dalam tradisi Tionghoa adalah pengharapan atas tahun yang lebih baik. Oleh karena itu, memakan niangao atau kue keranjang saat tahun baru Imlek dianggap membawa keberuntungan.
Baca Juga: Kue Keranjang Menjadi Pembawa Sederet Makna di Balik Tradisi Imlek
Asal-usul kue keranjang di tahun baru Imlek
Legenda kue keranjang yang diolah dari ketan manis diyakini sebagai persembahan untuk Dewa Dapur yang bersemayam di setiap rumah.
Pada setiap akhir tahun, Dewa Dapur memberikan laporan kepada Kaisar Langit mengenai kondisi rumah yang dia diami.
Untuk mencegahnya menjelek-jelekkan rumah mereka, para penghuni rumah menyajikan kue keranjang untuk menutup mulutnya. Oleh karena itu, kue keranjang disajikan untuk dipersembahkan sebelum tahun baru Imlek.
Baca Juga: Catat 7 Tempat Wisata di Medan yang Menarik Dikunjungi Saat Imlek 2025
Legenda terkait kue keranjang
Selain legenda yang telah disebutkan, ada kisah lain yang berkaitan dengan kue keranjang dalam perayaan Tahun Baru Imlek.
Sekitar 2.500 tahun lalu, setelah wafatnya Wu Zixu (伍子胥, 559–484 SM), seorang jenderal dan politisi dari kerajaan Wu pada masa Periode Musim Semi dan Musim Gugur (771–476 SM), terjadi serangan terhadap ibukota Wu.
Banyak tentara dan penduduk kota terjebak tanpa akses makanan, sehingga banyak yang meninggal karena kelaparan selama pengepungan.
Baca Juga: Apa Makna Angpao Na Lai? Ini Arti, Tujuan, Aturan, dan Cara Membalasnya
Wu Zixu pernah berpesan bahwa jika negara berada dalam kondisi genting dan rakyatnya kekurangan makanan, mereka harus menggali tiga kaki di bawah tembok kota untuk menemukan sumber makanan.
Para prajurit mengikuti arahannya dan menemukan bahwa fondasi tembok kota terbuat dari batu bata yang dibuat dari tepung beras ketan.
Makanan tersebut menyelamatkan banyak nyawa dari kelaparan. Batu bata berbahan dasar ketan ini dianggap sebagai niangao atau bentuk awal dari kue keranjang.
Baca Juga: Perbedaan Sincia dan Imlek saat Perayaan Tahun Baru 2576 Kongzili, Apa Saja?
Sejak saat itu, masyarakat membuat kue keranjang setiap tahun untuk mengenang Wu Zixu.
Seiring waktu, niangao berubah menjadi kue yang dikenal sebagai kue keranjang, yang menjadi salah satu sajian penting dalam perayaan Tahun Baru Imlek.
Itulah penjelasan terkait makna kue keranjang dan cerita di balik popularitasnya dalam Perayaan Tahun Baru Imlek.
Tonton: Awas, Makanan Cepat Saji Meningkatkan Risiko Diabetes
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News