Melansir EurekAlert, studi kedua yang terbit di JAMA Network Open/Emergency Medicine menunjukkan, lansia yang datang ke unit gawat darurat (UGD) rumahsakit kemudian didiagnosis positif Covid-19, sering mengalami delirium ketika mereka tidak menunjukkan gejala khas virus corona, seperti demam dan batuk.
Para peneliti memeriksa 817 pasien berusia 65 tahun atau lebih yang dirawat di UGD dan didiagnosis dengan Covid-19. Mereka menemukan, hampir sepertiga mengalami delirium pada saat mereka tiba di UGD.
Mengigau adalah gejala utama yang muncul dari 16% pasien tersebut, dan 37% tidak memiliki gejala Covid-19 yang khas. Delirium adalah gejala paling umum keenam pada semua pasien.
Temuan ini menunjukkan pentingnya memasukkan delirium dalam daftar periksa yang menunjukkan tanda dan gejala Covid-19 yang memandu skrining, pengujian, dan evaluasi.
"Studi ini menunjukkan, delirium bukan hanya gejala umum Covid-19, tetapi juga mungkin merupakan gejala utama dan mungkin satu-satunya pada orangtua," kata Sharon K. Inouye, Profesor Kedokteran di Harvard Medical School, yang merupakan peneliti senior studi itu.
"Oleh karena itu, delirium harus dianggap sebagai gejala awal penting Covid-19," tegasnya.
Baca Juga: Cara merawat bayi agar aman dari penularan corona
Bersumber dari Healthline, berikut beberapa gejala sesorang menderita delirium:
- sulit fokus dan mudah teralihkan
- suka melamun dan lamban bereaksi
- daya ingat menurun
- kesulitan berbicara
- berhalusinasi
- mudah tersinggung dan mood berubah mendadak
- sering gelisah
- kebiasaan tidur berubah
Di tengah kasus Covid-19 yang semakin bertambah banyak di Indonesia dari hari ke hari, masyarakat harus mengenali gejala-gejala virus corona.
Selanjutnya: Studi terbaru: Virus corona sebabkan kerusakan paru-paru tersembunyi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News