​Mengenal Sungai Bengawan Solo, sungai terpanjang dan terbesar di Pulau Jawa

Jumat, 12 Maret 2021 | 12:16 WIB   Penulis: Virdita Ratriani
​Mengenal Sungai Bengawan Solo, sungai terpanjang dan terbesar di Pulau Jawa


Pembangunan infrastruktur di Bengawan Solo

Dirangkum dari laman Kementerian PUPR, pembangunan infrastruktur SDA di WS Bengawan Solo telah dimulai pada abad ke-18 oleh Pemerintah Kolonial Belanda melalui pembangunan kanal Solo Vallei Werken dan sudetan Bengawan Solo dari Plangwot – Sidayu Lawas, namun terhenti karena alasan biaya.

Pada Tahun 1880 guna menghindari sedimentasi di Pelabuhan Tanjung Perak, muara Sungai Bengawan Solo dialihkan dari Selat Madura ke Ujung Pangkah. 

Untuk keperluan irigasi, Pemerintah Belanda membangun Waduk Pacal (1935) di Kabupaten Bojonegoro dan Waduk Prijetan (1916) di Kabupaten Lamongan.

Setelah banjir besar pada tahun 1966 yang menenggelamkan sebagian besar Kota Solo, Pemerintah mulai menangani pembangunan infrastruktur pengendali banjir Bengawan Solo. 

Dengan bantuan teknis Pemerintah Jepang (OTCA) pada tahun 1974, dirumuskan Master Plan Pengembangan Wilayah Sungai Bengawan Solo.

Baca Juga: ​Sejarah Pithecanthropus erectus dan ciri-cirinya

Untuk mengendalikan banjir dan mendukung pengembangan wilayah, Master Plan WS Bengawan Solo (1974), antara lain merekomendasikan pem-bangunan 4 waduk serbaguna, yakni : (i) Waduk Wonogiri, (ii) Waduk Jipang, (iii) Waduk Bendo dan (iv) Waduk Badegan. 

Master Plan juga merekomendasikan 25 lokasi waduk-waduk irigasi di anak-anak sungai Bengawan Solo yang potensial untuk dibangun.

Disamping itu, Master Plan merekomendasikan pekerjaan perbaikan dan pengaturan sungai Bengawan Solo Hulu ruas Nguter – Jurug, Kali Madiun ruas Catur – Kwadungan dan Bengawan Solo Hilir ruas Cepu – Tanjung Kepolo.

Waduk Serbaguna Wonogiri yang telah dibangun pada Tahun 1978-1981 telah berfungsi untuk pengendali banjir di wilayah Bengawan Solo Hulu, terutama untuk melindungi Kota Solo, serta penyediaan air irigasi seluas ± 30.000 Ha di wilayah kabupaten-kabupaten Wonogiri, Sukoharjo, Klaten, Karanganyar dan Sragen. 

Waduk Wonogiri juga memberikan manfaat PLTA (12,4 MW), perikanan dan pariwisata.

Selanjutnya: Dorong daya saing, Kemenperin terapkan industri hijau dan circular economy

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Virdita Ratriani

Terbaru