Profil lengkap 10 negara anggota ASEAN, pelajari yuk!

Selasa, 04 Agustus 2020 | 07:49 WIB   Penulis: Virdita Ratriani
Profil lengkap 10 negara anggota ASEAN, pelajari yuk!

ILUSTRASI. A woman passes ASEAN Summit flags at Suntec Convention Centre in Singapore, November 11, 2018. REUTERS/Edgar Su


ASEAN - Situasi konflik antara China dan Amerika Serikat di Laut China Selatan semakin memanas. 

Konflik tersebut turut membawa dampak yang luar biasa untuk negara-negara di sekitar Laut China Selatan, termasuk ASEAN atau Asia Tenggara. Sebab, negara-negara ASEAN juga punya klaim di perairan itu.

Dikutip dari pemberitaan Kontan, bahkan pada Selasa (28/7), Vietnam menandatangani perjanjian pinjaman dengan Japan International Cooperation Agency (JICA) sebesar 36,63 miliar yen (US$ 348,2 juta) untuk membangun enam kapal patroli di tengah meningkatnya ketegangan di Laut China Selatan. 

Sebenarnya, Association of Southeast Asia Nations (ASEAN) adalah organisasi kawasan yang mewadahi kerja sama 10 negara di Asia Tenggara.

Mengutip laman resmi Sekretariat Nasional ASEAN, bicara sejarah, organisasi kawasan ini terbentuk pada 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand oleh lima negara pendiri ASEAN. Yakni, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand melalui penandatanganan Deklarasi Bangkok.

10 negara ASEAN, berdasarkan tanggal menjadi anggota, adalah Indonesia (8 Agustus 1967), Malaysia (8 Agustus 1967), Singapura (8 Agustus 1967), Thailand (8 Agustus 1967), Filipina (8 Agustus 1967), Brunei Darussalam (8 Januari 1984), Vietnam (28 Juli 1995), Laos (23 Juli 1997), Myanmar (23 Juli 1997), dan Kamboja (30 April 1999).

Baca Juga: Mengenal lima negara pendiri ASEAN, termasuk Indonesia

Profil 10 negara anggota ASEAN

1. Brunei Darussalam 

Negara yang dipimpin oleh Sultan ini merayakan hari kemerdekaannya setiap 23 Februari. Beribu kota di Bandar Seri Begawan, Brunei menggunakan Bahasa Melayu, Inggris, dan Mandarin sebagai bahasa resminya. 

Negara ini berpenduduk 423.196 jiwa dengan mata uang Dollar Brunei. Sementara jumlah PDB per kapitanya mencapai US$ 27.561 pada 2017 dan memiliki luas wilayah 5.765 km persegi. 

2. Kamboja

Kepala negara Kamboja adalah Raja sementara kepala pemerintahannya yakni Perdana Menteri.  Ibu kota negara dengan luas wilayah 181.035 km persegi ini adalah Phnom Penh. 

Negara berpenduduk 15,76 juta jiwa ini merayakan hari kemerdekaan pada 9 November. Selain itu, negara ini memiliki PDB sebanyak US$ 20,9 miliar pada 2017 dan menggunakan Riel (KHR) sebagai mata uang resmi. 

3. Indonesia

Indonesia memiliki kepala negara dan kepala pemerintahan yang sama yakni Presiden. Negara yang beribu kota di Jakarta ini merayakan hari kemerdekaannya setiap 17 Agustus. 

Bahasa resmi yang digunakan adalah Bahasa Indonesia dengan Rupiah sebagai mata uangnya. Indonesia merupakan negara terbesar di ASEAN dengan luas wilayah 1,9 juta meter persegi dan 261,1 juta penduduk. Total PDB Indonesia mencapai US$ 1.015 pada 2017. 

Baca Juga: Presiden Filipina Rodrigo Duterte akan menerapkan kembali hukuman suntik mati

4. Laos

Laos merupakan satu-satunya negara di ASEAN yang tidak memiliki laut dengan luas wilayah 237.955 km persegi. Kepala negara di Laos adalah Presiden sementara kepala pemerintahan adalah Perdana Menteri. 

Negara yang beribu kota di Vientiane ini merayakan hari kemerdekaannya setiap 2 Desember. Bahasa resmi negara berpenduduk 6,76 juta jiwa tersebut adalah Lao, Perancis, dan Inggris. Sementara GPD Laos mencapai 14,8 miliar dollar AS pada 2017. 

5. Malaysia

Malaysia memiliki kepala negara seorang Raja dan Perdana Menteri sebagai kepala pemerintahan. Negara yang beribu kota di Kuala Lumpur ini merayakan hari kemerdekaannya setiap 31 Agustus.

Bahasa resmi Malaysia adalah Melayu, Inggris, China, dan Tamil dengan mata uang Ringgit Malaysia. Negara berpenduduk 31,19 juta jiwa ini memiliki luas wilayah 329.847 km persegi dan PDB US$ 336,3 miliar pada 2017. 

6. Myanmar

Myanmar memiliki kepala negara dan kepala pemerintahan yang sama yakni Presiden. Negara yang beribu kota di Nay Pyi Taw ini merayakan hari kemerdekaannya setiap 4 Januari. 

Bahasa resmi yang digunakan adalah Burma dan menggunakan Kyat sebagai mata uang. Negara berpenduduk 52,89 juta jiwa ini memiliki luas wilayah 676.578 km persegi. Total GDP Myanmar mencapai US$ 75,7 miliar pada 2017.

Baca Juga: Persetujuan penghindaran pajak berganda dapat menjadi pemanis untuk investasi asing

7. Filipina

Filipina memiliki kepala negara dan kepala pemerintahan yang sama yakni Presiden. Negara yang beribu kota di Manila ini merayakan hari kemerdekaannya setiap 12 Juni. 

Bahasa resmi yang digunakan adalah Tagalog dan Inggris serta menggunakan Kyat sebagai mata uang. Total PDB Filipina mencapai US$ 348,6 miliar pada 2017. Filipina memiliki 103,3 juta jiwa penduduk dengan luas wilayah mencapai 343.448 km persegi. 

8. Singapura

Singapura memiliki jumlah penduduk 5,61 juta jiwa dan luas wilayah 721,5 km persegi. Kepala negara Singapura adalah Presiden sementara kepala pemerintahannya adalah Perdana Menteri. 

Ibu kota negara ini yakni Singapura serta menggunakan Bahasa Inggris, China Mandarin, Melayu, dan Tamil sebagai bahasa resmi. Negara yang merayakan hari kemerdekaan setiap 9 Agustus ini memiliki PDB sebanyak US$ 311,3 miliar. 

Baca Juga: Kabar baik dari Asia Tenggara: 4 negara laporkan 0 kematian virus corona

9. Thailand

Thailand memiliki kepala negara seorang Raja dan Perdana Menteri sebagai kepala pemerintahan. Negara yang beribu kota di Bangkok ini merayakan hari kemerdekaannya setiap 5 Desember.

Bahasa resmi negara yang menggunakan mata uang Baht ini adalah Thai. Negara berpenduduk 68,86 juta jiwa ini memiliki luas wilayah 513.120 km persegi dan PDB US$ 403,6 miliar pada 2017. 

10. Vietnam 

Vietnam memiliki kepala negara seorang Presiden dan Perdana Menteri sebagai kepala pemerintahan. Negara yang beribu kota di Ho Chi Minh ini merayakan hari kemerdekaannya setiap 5 September.

Bahasa resmi negara yang menggunakan mata uang Dong ini adalah Vietnam. Negara berpenduduk 92,7 juta jiwa ini memiliki luas wilayah 331.230,8 km persegi dan PDB US$ 215,9 miliar pada 2017. 

Lantas, apa yang melatarbelakangi pendirian ASEAN?

Baca Juga: Jokowi usulkan protokol penelusuran kontak dan investigasi Covid-19 di KTT Asean

Sejarah Asia Tenggara

ASEAN berdiri karena keinginan kuat dari para pendirinya untuk menciptakan kawasan Asia Tenggara yang damai, aman, stabil dan sejahtera. 

Hal tersebut mengemuka karena situasi di kawasan pada era 1960-an berhadapan dengan situasi rawan konflik. 

Misalnya, perebutan pengaruh ideologi negara-negara besar dan konflik antarnegara di kawasan. Kalau ini dibiarkan, jelas bisa mengganggu stabilitas kawasan sehingga menghambat pembangunan.

Tujuan pembentukan ASEAN

Tujuan pembentukan ASEAN seperti yang tercantum dalam Deklarasi Bangkok adalah untuk:

  1. Mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial serta pengembangan kebudayaan di kawasan ini melalui usaha bersama dalam semangat kesamaan dan persahabatan. Ini untuk memperkokoh landasan sebuah masyarakat bangsa-bangsa Asia Tenggara yang sejahtera dan damai.
  2. Meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional dengan jalan menghormati keadilan dan tertib hukum di dalam hubungan antara negara-negara di kawasan ini, serta mematuhi prinsip-prinsip Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.
  3. Meningkatkan kerjasama yang aktif dan saling membantu dalam masalah-masalah yang menjadi kepentingan bersama di bidang-bidang ekonomi, sosial, teknik, ilmu pengetahuan, dan administrasi.
  4. Saling memberikan bantuan dalam bentuk saran-sarana pelatihan dan penelitian dalam bidang pendidikan, profesi, teknik, dan admistrasi.
  5. Bekerja sama secara lebih efektif guna meningkatkan pemanfaatan pertanian dan industri mereka, memperluas perdagangan dan pengkajian masalah-masalah komoditi internsional.  Juga, memperbaiki sarana-sarana pengangkutan dan komunikasi serta meningkatkan taraf hidup rakyat mereka.
  6. Memajukan pengkajian mengenai Asia Tenggara.
  7. Memelihara kerja sama yang erat dan berguna dengan berbagai organisasi internasional dan regional yang mempunyai tujuan yang serupa. Dan, untuk menjajaki segala kemungkinan untuk saling bekerja sama secara erat di antara mereka sendiri.

Baca Juga: Indonesia jangan bernegosiasi dengan China soal Natuna, ini 4 alasannya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Halaman   1 2 3 Tampilkan Semua
Editor: Virdita Ratriani

Terbaru