Profil Mochtar Riady: Kekayaan dan Jejak Bisnis Perbankan hingga LippoBank

Rabu, 16 Maret 2022 | 12:02 WIB   Penulis: Virdita Ratriani
Profil Mochtar Riady: Kekayaan dan Jejak Bisnis Perbankan hingga LippoBank


PROFIL - Mochtar Riady yang memiliki nama Tionghoa Li Moe Tie adalah seorang pengusaha Indonesia yang dikenal sebagai pendiri Lippo Group. Pada 2021, Mochtar Riady menjadi orang terkaya ke-23 dalam daftar 50 orang terkaya di Indonesia versi Forbes. 

Ayah Mochtar Riady bernama Li A Pi (1898-1959), yang berasal dari Desa Sin Tian, Provinsi Hokkian, China. Mochtar Riady bercita-cita untuk menjadi bankir lantaran terpesona dengan gedung-gedung megah bergaya Eropa saat pergi ke sekolah. 

Namun, saat Mochtar Riady berusia 20-an tahun, dia malah jadi pengelola toko milik mertuanya di Jember, Jawa Timur. 

Dikutip dalam memoarnya, Otobiografi Mochtar Riady: Manusia Ide (2016), demi mimpinya, Mochtar Riady meninggalkan hidup sebagai pengelola toko milik mertua dan memilih hijrah ke Jakarta. Namun, kesempatan menjadi pegawai bank tak langsung datang, dan ia memilih berbisnis di Jakarta. 

Sayangnya, melakukan kegiatan bisnis di zaman demokrasi liberal (1950-1959) bukan hal mudah bagi para keturunan Tionghoa. Mochtar Riady tetap memutuskan untuk berbisnis sepeda, namun tetap ingin bekerja kantoran sebagai pegawai bank. 

Baca Juga: Profil Grace Tahir, Anak Orang Terkaya di Indonesia yang Sindir Indra Kenz

Jejak Mochtar Riady di bisnis perbankan

Pada 1959, ia berkenalan dengan Andi Gappa, kakak kandung dari Andi Muhamad Jusuf yang jadi menteri dan Panglima ABRI di zaman Pemerintahan Soeharto. Andi Gappa yang merupakan pemilik Bank Kemakmuran mengajak Mochtar Riady bergabung sebagai mitra usaha. 

Ketika itu, aset bank tersebut sekitar US$ 3 juta dan modal kerja sekitar US$ 100 ribu. "Syarat menjadi mitra baru harus menyuntik modal segar US$ 200 ribu untuk mengusai 66 persen saham,” kata Mochtar dalam memoarnya Manusia Ide (2016:39).

Pada saat itu, posisi Mochtar Riady adalah sebagai presiden direktur meski dia tidak bisa membaca laporan keuangan. Namun, diam-diam Mochtar Riady belajar cara membaca laporan keuangan. 

“Di Bank Kemakmuran, saya banyak mendapat pelajaran dan pengalaman sehingga bisa mengenal sifat manusia yang umumnya serakah dan egoistik,” aku Mochtar dalam memoarnya (2016:41-43).

Baca Juga: Restrukturisasi Obligasi Anak Usaha Modernland (MDLN) Tinggal Selangkah Lagi

Kemudian, Mochtar Riady berpikir untuk mencari partner yang berperilaku baik sekaligus memiliki modal yang lebih kuat untuk menjadi mitra dalam membangun bank baru. Mochtar Riady lalu bermitra dengan Lim Tek Chang, Oey Guan Chang, Tan Kang Su, dan Tan Song Kie. 

Semua mitra Mochtar Riady dikenal sebagai pedagang komoditas hasil bumi. Para mitra barunya pun bertugas membuat badan PT dan tugas Mochtar mencari bank yang hendak mereka akuisisi. 

Saat itu, kebetulan kawannya yang bernama Ma Zhong, pemilik Bank Buana, sedang merugi karena menajemen yang tidak beres. Bank Buana diakuisisi Mochtar dan para mitranya kemudian mulai beroperasi pada 1963. 

Dalam kurun waktu 1962-1965, Bank Buana telah berada di peringkat enam besar di antara bank-bank di Indonesia. Ketika krisis perbankan antara 1965-1966, Bank Buana termasuk bank yang selamat.

Baca Juga: Ping An Dikabarkan Berniat Akuisisi Bank Nationalnobu (NOBU) Milik Mochtar Riady

Berkebalikan dengan Bank Buana, Bank Kemakmuran yang ditinggalkan Mochtar malah bernasib suram kena krisis. Akhirnya, Bank Kemakmuran diambilalih oleh Mochtar. 

Belakangan, pada 1971, Bank Industri dan Dagang Indonesia (BIDI), Bank Industri Jaya Indonesia, dan Bank Kemakmuran dimerger menjadi satu bank baru. Bank itu pun dinamai: Pan Indonesia Bank yang belakangan dikenal sebagai Panin Bank.

Selanjutnya, dalam suatu penerbangan menuju Hong Kong, Mochtar Riady secara kebetulan duduk di samping Liem Sioe Liong.

Dalam perjalanan kurang lebih empat jam, mereka bertukar pikiran dan Liem Sioe Liong mengajaknya untuk bergabung dengan salah satu bank miliknya, yakni Bank Windu Kencana, Bank Dewa Ruci, dan Bank Central Asia (BCA). 

Baca Juga: Inilah datar terbaru 10 orang terkaya di Indonesia, ada siapa saja?

Mochtar Riady pun memilih untuk bergabung dengan BCA yang saat itu dalam keadaan kurang lancar. Setelah berhasil membesarkan BCA, Mochtar Riady melakukan pembagian aset perusahaan dengan Liem Sioe Liong.

Hal itu lantaran ada peyempitan di saluran jantung Mochtar Riady yang memerlukan operasi besar pemasangan bypass

Pembagian aset dilakukan untuk berjaga-jaga jika operasi pemasangan bypass gagal gagal. Dalam kondisi tersebut, ada tiga rencana pembagian aset salah satunya tukar guling saham BCA dan LippoBank tanpa syarat.

Mochtar Riady berhasil mengembangkan BCA hingga mencapai tingkat clearing house kedua setelah Bank Indonesia. Sehingga, dia pun mengupayakan LippoBank mencapai posisi yang sama. 

Baca Juga: Punya Pengendali Baru, Matahari (LPPF) Masih Dikuasai Keluarga Riady

Kekayaan Mochtar Riady

Berdasarkan laporan Forbes, nilai kekayaan Mochtar Riady mencapai USD 1,8 miliar atau sekitar Rp 25,92 triliun (kurs Rp 14.400) per 15 Maret 2022. 

Total kekayaan tersebut membuat Mochtar Riady orang terkaya nomor 23 di Indonesia dalam daftar 50 orang terkaya di Indonesia tahun 2021.

Sumber kekayaan Mochtar Riady salah satunya dari grup Lippo yang dia dirikan. Namun, saat ini operasional perusahaan dijalankan oleh anak Mochtar Riady, James dan Stephen Riady. 

Saat ini, usaha grup Lippo mencakup real estate, ritel, perawatan kesehatan, media, dan pendidikan. 

Selain itu, anak Mochtar Riady, Stephen Riady juga mengelola perusahaan properti Singapura OUE, yang pada Juli 2020 setuju untuk menjual Menara Bank AS yang ikonik di pusat kota Los Angeles.

Sementara cucu Mochtar Riady, John Riady merupakan lulusan MBA dari Wharon dan kini menjabat sebagai CEO Lippo Karawaci.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Halaman   1 2 3 Tampilkan Semua
Editor: Virdita Ratriani

Terbaru