CLOSE [X]

Sejarah Hari Juang Kartika TNI AD, Pertempuran 4 Hari 4 Malam di Ambarawa

Rabu, 13 Desember 2023 | 11:51 WIB   Penulis: Virdita Ratriani
Sejarah Hari Juang Kartika TNI AD, Pertempuran 4 Hari 4 Malam di Ambarawa

ILUSTRASI. Monumen Palagan Ambarawa dan Pertempuran Ambarawa.


SEJARAH - 15 Desember diperingati sebagai Hari Infanteri atau kini dikenal sebagai Hari Juang Kartika TNI AD. Sejarah Hari Juang Kartika TNI AD adalah hari untuk mengenang pertempuran di Ambarawa. 

Pada Desember 1945, Perjuangan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang dipimpin Jenderal Soedirman berhasil membuat tentara sekutu mundur dari Ambarawa menuju Semarang. 

Keberhasilan pasukan TKR dan Jenderal Soedirman ini akhirnya diabadikan dalam bentuk monumen Palagan Ambarawa. TNI AD lalu memperingati tanggal tersebut setiap tahun sebagai Hari Infanteri. 

Berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 163/1999, Hari Infanteri kemudian diganti dengan nama Hari Juang Kartika. 

Lantas, seperti apa sejarah Hari Juang Kartika TNI AD 2023?

Baca Juga: 27 Ucapan Hari Juang Kartika TNI AD 15 Desember 2023, Yuk Ramaikan di Media Sosial!

Sejarah Hari Juang Kartika TNI AD 

Sejarah hari juang kartika TNI AD

Sejarah Hari Juang Kartika TNI AD tidak lepas dari pertempuran pembebasan Ambarawa yang berlangsung selama empat hari empat malam dari tanggal 12 Desember hingga 15 Desember 1945. 

Proklamasi Indonesia Merdeka pada 17 Agustus 1945 tidak mampu menghentikan langkah Belanda untuk kembali menjajah. Belanda pun menyusup ke barisan sekutu yang bertugas di Indonesia. 

Oleh sebab itu, kehadiran sekutu meningkatkan ketegangan di Sumatera dan Jawa. Sehingga, pasca-kemerdekaan berkobar berbagai pertempuran di Surabaya, Ambarawa, Bandung, dan Medan. 

Dirangkum dari laman Kebudayaan.kemdikbud.go.id, pada 20 Oktober 1945 tentara sekutu yang harusnya mengurus tawanan perang di penjara Ambarawa dan Magelang justru memboncengi NICA yang mempersenjatai tawanan tersebut. 

Baca Juga: 20 Twibbon Hari Juang Kartika TNI AD 15 Desember 2023, Yuk Ramaikan di Media Sosial!

Hal itu menyulut kebencian serta perasaan tidak senang pribumi sehingga pecah insiden antara Tentara Keamanan Rakyat atau TKR dan tentara sekutu pada 26 Oktober 1945. 

Pihak Inggris kemudian menuju Magelang dan Ambarawa untuk membebaskan 10.000 tawanan Indo-Eropa dan Eropa dari wilayah pedalaman Jawa demi mengatasi bentrokan tersebut.

Pada 2 November 1945, Soekarno dan Brigjen Bethel melakukan perundingan gencatan senjata. Akhirnya, diperoleh kata sepakat antar kedua belah pihak bahwa sekutu tetap bertanggungjawab atas tugasnya, jalan raya Ambarawa-Magelang terbuka untuk republik dan serikat. 

Kemudian sekutu tidak mengakui aktivitas NICA. Namun, sekutu mengabaikan perjanjian tersebut sehingga meletuslah pertempuran 20 November 1945. Kemudian menjalar ke dalam kota pada 22 November 1945. 

Tentara sekutu pun melakukan pemboman ke pedalaman Ambarawa untuk mengancam kedudukan TKR. 

Baca Juga: 20 Ucapan Hari Artileri Nasional 2023, Cocok Jadi Caption Media Sosial

Sekutu melancarkan aksinya di Ambarawa karena daerah tersebut sangat strategis untuk mencapai Surakarta, Magelang dan Yogyakarta yang saat itu jadi tempat kedudukan markas tertinggi TKR. 

Pihak republik melakukan pembalasan untuk mempertahankan wilayah dari sekutu. Sejak itu medan Ambarawa terbagi 4 sektor, yaitu sektor utara, sektor Selatan, sektor Timur dan sektor Barat.

Pada 26 November terjadi pertempuran yang menewaskan Kolonel Isdiman yang digantikan oleh Kolonel Soedirman. Selanjutnya pada 11 November 1945, Kolonel Soedirman mengumpulkan para komandan sektor dan menginstruksikan pukulan terakhir bagi sekutu.

Baca Juga: 30 Ucapan HUT Marinir 2023, Selamat Ulang Tahun ke 78 Korps Marinir TNI AL  

Pada 5 Desember 1945 pasukan sekutu berhasil diusir dari desa Banyubiru yang saat itu merupakan garis pertahanan terdepan.

Kemudian tepat 12 Desember 1945 pasukan berhasil menyerang sekutu di dalam kota. Kekuatan sekutu yang berada di Benteng Willem berhasil dikepung TKR selama empat hari empat malam. Hal itu menyebabkan kedudukan sekutu terjepit dan mundur dari Ambarawa tepat 15 Desember 1945. 

Dengan semboyan ”Rawe-rawe rantas malang-malang putung, patah tumbuh hilang berganti”, pasukan TKR memiliki tekad bulat membebaskan Ambarawa atau dengan pilihan lain gugur di pangkuan ibu pertiwi.

Tanggal 15 Desember inilah yang dijadikan Hari Juang Kartika TNI AD. 

Baca Juga: Kumpulan Ucapan Hari Armada Republik Indonesia 2023, Cocok Jadi Caption Instagram

Monumen Palagan


Monumen peristiwa Palagan Ambarawa

Monumen Palagan Ambarawa adalah bukti nyata kerasnya pejuang yang saat ini berusaha mati-matian untuk mempertahankan wilayah kekuasaan Indonesia.

Dirangkum dari laman Badan Otorita Borobudur, Monumen Palagan dibangun untuk mengingat pertempuran pada 12-15 Desember 1945 silam. 

Di dalam monumen juga dibangun Museum Isdiman untuk mengenang jasa Letkol Isdiman yang telah gugur dalam pertempuran merebut dua desa di Ambarawa.

Letkol Isdiman adalah perwira terbaik dari Komandan Divisi V Banyumas yang kini lebih dikenal sebagai Panglima Besar Jenderal Soedirman. 

Baca Juga: 10 Daftar Destinasi Wisata Kota Salatiga Terpopuler 2023 yang Wajib Didatangi

Di dalam museum tersebut tersimpan banyak koleksi senjata serta pakaian yang dipakai semasa pertempuran Ambarawa.

Beberapa senjata yang masih tersimpan di dalam Museum Isdiman meliputi bom Molotov dan bambu runcing yang merupakan senjata khas pejuang Indonesia. 

Beberapa senjata tentara sekutu juga dipamerkan dalam museum tersebut, seperti mobil angkutan personil, meriam dan pesawat Mustang P-51 milik Belanda.

Demikian sejarah Hari Juang TNI AD dan Monumen Palagan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Virdita Ratriani

Terbaru