Stagnasi Karier Akibat Job Hugging: Apa yang Harus Dilakukan?

Jumat, 12 September 2025 | 16:31 WIB
Stagnasi Karier Akibat Job Hugging: Apa yang Harus Dilakukan?

ILUSTRASI. Stagnasi Karier Akibat Job Hugging: Apa yang Harus Dilakukan?


Sumber: Badan Pusat Statistik,Investopedia  | Editor: Tiyas Septiana

KONTAN.CO.ID -  Setelah era "The Great Resignation" yang ditandai dengan pekerja berani berpindah kerja, kini muncul fenomena yang berkebalikan. 

Tren ini, yang disebut 'job hugging', menggambarkan karyawan yang "memeluk" atau bertahan di pekerjaan mereka, bahkan jika pekerjaan itu tidak ideal, karena didorong oleh ketakutan dan ketidakpastian di pasar kerja.

Baca Juga: Pajak Karyawan Hotel Hingga Cafe Bakal Ditanggung Pemerintah di Semester II-2025

Mengapa Terjadi 'Job Hugging' di Kalangan Pekerja Muda?

Fenomena ini bukanlah sekadar isu mental, tetapi respons langsung terhadap kondisi ekonomi yang ada. Berbagai publikasi bisnis internasional mengidentifikasi beberapa faktor utama yang mendorong perilaku ini:

  • Ketidakpastian Ekonomi

Seperti yang diulas oleh Investopedia, kekhawatiran akan perlambatan ekonomi dan inflasi membuat banyak pekerja enggan mengambil risiko. 

Mereka memilih keamanan dari pekerjaan yang sudah ada dibandingkan menghadapi ketidakpastian dalam mencari pekerjaan baru.

  • Ancaman PHK

Laporan dari Entrepreneur menunjukkan bahwa gelombang PHK di perusahaan-perusahaan besar menciptakan kekhawatiran bagi karyawan. 

Mereka takut jika berpindah pekerjaan, mereka justru akan menjadi "yang pertama dipecat" jika perusahaan baru melakukan perampingan.

  • Persaingan Pasar Kerja yang Lebih Ketat

Berdasarkan data BPS, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Agustus 2024 adalah sebesar 4,91 persen. 

Angka ini, terutama di kalangan usia produktif, mencerminkan ketatnya persaingan di pasar tenaga kerja yang mendorong pekerja untuk mempertahankan posisi mereka. 

Para ahli di The HR Digest mencatat bahwa bursa kerja saat ini juga menuntut lebih banyak keahlian baru, terutama di bidang teknologi, yang juga membuat banyak pekerja merasa tidak percaya diri untuk bersaing.

Tonton: RI-China Gencar Buang Dolar Lewat LCT & QRIS, Skema Ini SIngkirkan US$ 6,23 Miliar per Juli 2025

Dampak Negatif bagi Karier dan Mental

Meskipun memberikan rasa aman sementara, "job hugging" dapat memiliki dampak serius bagi pekerja, terutama dari kalangan milenial dan Gen Z:

  • Stagnasi Karier: Bertahan di satu posisi terlalu lama, apalagi di lingkungan yang tidak mendukung, akan menghentikan pertumbuhan profesional. Pekerja bisa kehilangan kesempatan untuk belajar keterampilan baru, mendapatkan promosi, atau meningkatkan gaji.
  • Kerusakan Kesehatan Mental: Bekerja di lingkungan yang tidak sehat dapat menyebabkan stres kronis, kelelahan (burnout), dan hilangnya motivasi. Hal ini tidak hanya memengaruhi kinerja, tetapi juga kualitas hidup secara keseluruhan.
  • Hilangnya Kesempatan Lebih Baik: Dengan terlalu fokus pada keamanan saat ini, pekerja bisa melewatkan peluang-peluang emas di tempat lain yang menawarkan gaji lebih tinggi, lingkungan kerja yang lebih baik, dan peluang pengembangan diri yang lebih besar.

Pada akhirnya, tren ini menunjukkan dilema yang dihadapi oleh banyak pekerja muda: memilih antara keamanan yang rapuh atau mengambil risiko untuk pertumbuhan. 

Ini menjadi pengingat bagi perusahaan untuk menciptakan lingkungan kerja yang tidak hanya aman, tetapi juga sehat dan suportif agar karyawan dapat berkembang tanpa harus merasa terjebak.

Selanjutnya: Jasa Marga (JSMR) Beri Kisi-Kisi Dividen Buku Tahun 2025

Menarik Dibaca: Pasar Kripto Bergairah, Simak Jawara Top Gainers 24 Jam Terakhir

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Terbaru