CARI TAHU - JAKARTA. Pahami perbedaan gempa vulkanik dan gempa tektonik yang terjadi di bumi. Fenomena bencana alam ini tentu sering dijumpai di beberapa wilayah atau negara yang diteliti rawan karena gunung berapi dan lempengan benua.
Melansir dari Unacademy, Fenomena gempa bumi dapat dijelaskan dengan prinsip dasar teori tektonika lempeng, yang menyatakan bahwa kerak bumi terdiri dari lempeng-lempeng tektonik yang bergerak secara relatif satu terhadap yang lain.
Gempa bumi terutama terjadi di sepanjang batas lempeng tektonik, di mana energi yang disimpan akibat gesekan antarlempeng dilepaskan dalam bentuk gempa.
Salah satu kutipan yang menjelaskan teori ini dapat diambil dari teori tektonika lempeng sendiri.
Baca Juga: BMKG: Ada Sesar Baru yang Jadi Penyebab Gempa Sumedang
Melansir dari laman Earthquake USGS, terdapat penelitian perpindahan permukaan tanah yang menyertai gempa bumi tahun 1906, Henry Fielding Reid, Profesor Geologi di Universitas Johns Hopkins.
Sang Ahli menyimpulkan bahwa gempa tersebut pasti melibatkan "pantulan elastis" dari tegangan elastis yang tersimpan sebelumnya.
Ini seperti karet gelang yang diregangkan putus atau terpotong, energi elastis yang tersimpan di dalam karet gelang selama peregangan akan tiba-tiba terlepas. Demikian pula, kerak bumi secara bertahap dapat menyimpan tegangan elastis yang dilepaskan secara tiba-tiba saat terjadi gempa bumi.
Akumulasi bertahap dan pelepasan tegangan dan regangan ini sekarang disebut sebagai "teori rebound elastis" dari gempa bumi. Sebagian besar gempa bumi disebabkan oleh pantulan elastis energi yang tersimpan sebelumnya secara tiba-tiba.
Baca Juga: Apa itu Episentrum dan Hiposentrum? Kenali Perbedaan Titik Terkait Gempa Bumi
Ketika lempeng-lempeng tektonik ini berinteraksi, tekanan yang terakumulasi dapat melebihi ketahanan batuan, menyebabkan batuan pecah dan melepaskan energi dalam bentuk gempa.
Teori ini menjadi dasar pemahaman tentang bagaimana dan mengapa gempa bumi terjadi di berbagai belahan dunia, terutama di sepanjang lingkungan tektonik yang aktif.
Lalu, hal ini membuat teori baru bahwa Gempa tidak hanya terjadi karena lempeng tektonik, tetapi juga karena aktivitas kegempaan dari gunung berapi.
Apa bedanya Gempa Vulkanik dan Tektonik?
Sehingga, pada dasarnya gempa bumi terjadi karena pelepasan energi yang disimpan di dalam kerak bumi. Dan ini akan membuat dua jenis gempa bumi yang paling umum terjadi, yaitu gempa tektonik dan gempa vulkanik.
Lalu apa saja perbedaan gempa vulkanik dan tektonik? Pahami perbedaan gempa vulkanik dan gempa tektonik dari penjelasan berikut.
Gempa Tektonik
Gempa tektonik adalah gempa bumi yang disebabkan oleh pergerakan lempeng bumi. Lempeng bumi adalah potongan-potongan kerak bumi yang bergerak secara terus menerus. Pergerakan lempeng bumi dapat berupa tumbukan, pergeseran, atau pemisahan.
Ketika lempeng bumi saling bertumbukan, salah satu lempeng akan terdorong ke bawah lempeng lainnya. Hal ini menyebabkan tekanan yang sangat besar di bawah permukaan bumi. Tekanan yang sangat besar tersebut akhirnya akan dilepaskan secara tiba-tiba, sehingga menyebabkan gempa bumi.
- Penyebab: Gempa tektonik terjadi akibat pergeseran atau pelepasan energi yang disimpan di dalam lempeng tektonik di permukaan bumi. Lempeng tektonik ini bergerak secara lambat namun konstan. Ketika lempeng ini bertabrakan, berpisah, atau saling meluncur satu sama lain, terjadi pelepasan energi yang menyebabkan gempa bumi.
- Lokasi: Gempa tektonik umumnya terjadi di sepanjang batas lempeng tektonik, baik itu batas konvergen (bertabrakan), divergen (berpisah), atau transform (salah satu lempeng meluncur melewati lempeng lainnya).
- Sifat Guncangan: Gempa tektonik cenderung memiliki guncangan yang kuat dan dapat menyebabkan kerusakan yang signifikan.
Contoh gempa tektonik
Berikut adalah beberapa contoh gempa tektonik yang pernah terjadi di Indonesia:
- Gempa Aceh (2004) dengan kekuatan 9,1 skala Richter
- Gempa Palu (2018) dengan kekuatan 7,5 skala Richter
- Gempa Lombok (2018) dengan kekuatan 7,0 skala Richter
- Gempa Jawa Tengah (2006) dengan kekuatan 6,3 skala Richter.
Gempa Vulkanik
Gempa vulkanik adalah gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas gunung berapi. Aktivitas gunung berapi dapat berupa letusan, pergerakan magma, atau pembentukan gunung berapi baru. Ketika gunung berapi meletus, magma yang berada di bawah permukaan bumi akan naik ke permukaan.
Hal ini menyebabkan tekanan yang besar pada permukaan bumi. Tekanan yang besar tersebut akhirnya akan dilepaskan secara tiba-tiba, sehingga menyebabkan gempa bumi.
- Penyebab: Gempa vulkanik terjadi di sekitar gunung berapi dan disebabkan oleh pergerakan magma di dalam saluran vulkanik. Ketika magma bergerak ke atas atau saat terjadi penimbunan magma di bawah permukaan bumi, tekanan yang dihasilkan dapat menyebabkan gempa vulkanik.
- Lokasi: Gempa vulkanik umumnya terkait dengan aktivitas vulkanik, terutama di daerah dengan gunung berapi aktif.
- Sifat Guncangan: Gempa vulkanik seringkali memiliki guncangan yang lebih lokal dan mungkin tidak sekuat gempa tektonik. Namun, guncangannya bisa bersifat berulang dan terjadi selama periode aktivitas vulkanik.
Contoh gempa vulkanik
Berikut adalah beberapa contoh gempa vulkanik yang pernah terjadi di Indonesia:
- Gempa Gunung Merapi (2021) dengan kekuatan 6,2 skala Richter
- Gempa Gunung Sinabung (2018) dengan kekuatan 6,1 skala Richter
- Gempa Gunung Bromo (2011) dengan kekuatan 5,2 skala Richter
- Gempa Gunung Krakatau (1883) dengan kekuatan 6,5 skala Richter
Perbedaan mendasar antara keduanya terletak pada penyebab utama gempa dan lokasi terjadinya. Gempa tektonik berkaitan dengan pergerakan lempeng tektonik, sementara gempa vulkanik terjadi di sekitar gunung berapi akibat aktivitas magma.
Itulah penjelasan dari perbedaan gempa vulkanik dan gempa tektonik dari pengertian hingga contoh peristiwanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News