CARI TAHU - Klitih adalah fenomena yang kembali terjadi di Yogyakarta. Dikutip dari Kompas.com (4/4/2022), remaja asal Kebumen bernama Dafa Adzin Albasith tewas diduga karena sabetan gir anggota klitih.
Peristiwa nahas tersebut terjadi pada dini hari, saat Dafa dan teman-temannya hendak mencari makan sahur. Dalam perjalanan, rombongan Dafa bertemu dengan klitih.
Lantas, apa arti klitih di Jogja dan penyebab klitih?
Baca Juga: Waspada Klitih Masih Ada, Ini Dia Penjelasan Fenomena Kriminalitas di Yogyakarta
Klitih adalah kata yang mengalami pergeseran makna
Dirangkum dari laman Repository.umy.ac.id, klitih adalah istilah yang merujuk kepada Pasar Klitikan Jogja.
Dulu, arti klitih adalah melakukan aktivitas yang tidak jelas dan bersifat santai sambil mencari barang bekas di Pasar Klitikan. Sementara istilah Nglitih digunakan untuk menggambarkan kegiatan jalan-jalan santai.
Sehingga, klitih adalah melakukan kegiatan di luar rumah pada malam hari. Klitih istilah yang digunakan pemuda di Yogyakarta untuk berjalan-jalan
dan bermain bersama teman-teman.
Baca Juga: Jelang Libur Lebaran, Eastparc Hotel (EAST) Naikkan Tarif Kamar Hotel Sekitar 15%
Sementara dikutip dari Kompas.com (6/4/2022), Sosiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Arie Sujito menuturkan, makna asli istilah klitih adalah kegiatan keluar rumah di malam hari untuk menghilangkan kepenatan.
“Klitih dulu sebetulnya hanya aktivitas orang keluar malam mencari kegiatan untuk mengatasi kepenatan,” terangnya saat dihubungi Kompas.com (5/4/2022).
Senada, sosiolog UGM Sunyoto Usman juga menyatakan, makna klitih adalah mengisi waktu luang. Tak ada konotasi negatif pada makna asli klitih.
“Dulu klitih hanya bermakna mengisi waktu luang, seperti tanda kutip tidak ada pekerjaan kemudian nglitih,” terangnya.
Jadi, awalnya kata klitih adalah sama sekali tidak berbau dengan kekerasan. Seiring berjalannya waktu, klitih mengalami pergeseran makna.
Baca Juga: Pembangunan Tol Yogyakarta - Bawen Resmi Dimulai
Pergeseran makna klitih
Klitih kini identik dengan aksi kekerasan yang dilakukan oleh pelajar SMP dan SMA. Tidak ada yang tahu kapan pertama kali istilah ini muncul dan mengalami pergeseran makna.
Namun disinyalir, istilah klitih muncul untuk mengganti kata tawuran, setelah peristiwa pembacokan yang marak terjadi sepanjang 2011 sampai 2012.
Klitih sempat redup sekitar tahun 2013, ketika kepolisian setempat mampu meredam aksi kekerasan yang dilakukan oleh kalangan pelajar ini hingga jauh berkurang.
Namun, istilah klitih kembali populer setelah tahun 2014, korban kembali berjatuhan akibat klitih. Korban tidak hanya sesama pelajar, tapi juga mahasiswa dan masyarakat umum.
Baca Juga: Kementerian PUPR: Pembangunan Tol Yogyakarta - Bawen Dimulai
Pelaku klitih biasanya terdiri lebih dari satu orang menggunakan senjata tajam, seperti pedang, golok, dan ada juga gir sepeda motor yang telah dimodifikasi.
Aksi klitih kebanyakan dilakukan pelaku di malam hari. Para pelaku melakukan aksi kekerasan tidak pandang bulu. Bahkan kebanyakan mereka menyerang orang yang tidak dikenalnya.
Ruas jalan yang sepi hingga tempat nongkrong, seperti warung bubur kacang ijo (burjo) atau warung kopi menjadi incaran para pelaku klitih. Beberapa kejadian klitih bahkan membuat nyawa orang tak bersalah melayang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News