Apa Itu Lebaran Ketupat saat Bulan Syawal? Ini Arti dan Sejarah Tradisi

Minggu, 06 April 2025 | 14:00 WIB   Penulis: Bimo Kresnomurti
Apa Itu Lebaran Ketupat saat Bulan Syawal? Ini Arti dan Sejarah Tradisi

ILUSTRASI. Pedagang menyelesaikan pembuatan kulit ketupat di kawasan Lamper Kidul, Semarang, Jawa Tengah, Minggu (30/3/2025). Kulit ketupat yang terbuat dari pucuk daun kelapa untuk kebutuhan sajian hidangan makanan pada Hari Raya Idul Fitri 1446 Hijriah itu dijual dengan harga Rp10.000-Rp15.000 per ikat berisi 10 buah. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/foc.


LEBARAN - Sejarah dan tradisi Lebaran Ketupat di masyarakat Jawa sudah terbentuk sejak lama. Orang Jawa umumnya mengenal dua kali pelaksanaan Lebaran, yaitu Idul Fitri dan Lebaran ketupat. 

Idul Fitri dilaksanakan tepat pada tanggal 1 Syawal, sedangkan Lebaran ketupat adalah satu minggu setelahnya, tepatnya pada 8 Syawal.

Jika 1 Syawal 1446 Hijriah diperkirakan jatuh pada hari Senin, 31 Maret 2025, maka Lebaran Ketupat tahun 2025 akan jatuh pada 7 April 2025.

Tradisi ini diselenggarakan setelah umat Islam menyelesaikan puasa sunnah enam hari di bulan Syawal, yang sangat dianjurkan dalam ajaran Nabi Muhammad SAW.

Baca Juga: Ada Libur Idul Fitri & Wafat Yesus, Cek Tanggal Merah & Cuti Bersama April 2025

Tradisi Lebaran Ketupat Idulfitri 1446 Hijriah

Resep Ketupat yang Lembut dan Padat

Sejarah dan tradisi Lebaran Ketupat di masyarakat Jawa telah mengakar kuat sejak lama. Dalam budaya Jawa, dikenal dua momentum Lebaran yang berbeda, yaitu Idulfitri dan Lebaran Ketupat.

Idulfitri dilaksanakan tepat pada tanggal 1 Syawal, sedangkan Lebaran Ketupat dirayakan satu minggu setelahnya, tepatnya pada tanggal 8 Syawal.

Sejarah Lebaran Ketupat di Jawa

Mengutip dari laman NU Online, tradisi Lebaran Ketupat diyakini diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga, salah satu Walisongo yang menyebarkan Islam di tanah Jawa. Ia mengenalkan dua istilah kepada masyarakat, yakni "Bakda Lebaran" yang mengacu pada Idulfitri dan "Bakda Kupat" yang dirayakan seminggu kemudian.

Pada momen Bakda Kupat, masyarakat Jawa biasanya membuat ketupat—makanan dari beras yang dimasukkan ke dalam anyaman janur (daun kelapa muda) berbentuk kantong, kemudian dikukus.

Ketupat ini kemudian dibagikan kepada tetangga dan kerabat sebagai simbol silaturahmi dan ungkapan kasih sayang.

Baca Juga: Catat Jadwal Operasional Bank Indonesia Selama Libur Lebaran Idul Fitri 2025

Makna dan Pelestarian Tradisi

Lebaran Ketupat bukan hanya tentang makanan, tetapi juga sarat makna sosial dan religius. Tradisi ini menjadi simbol kebersamaan, saling memaafkan, dan mempererat ikatan kekeluargaan.

Di beberapa daerah seperti Surabaya, masyarakat masih melestarikan budaya "riyo-yo kupat" dengan membawa ketupat ke masjid atau mushala untuk bancakan bersama warga sekitar.

Ketupat biasanya disajikan bersama hidangan pelengkap seperti sayur lodeh, kare, sambal goreng ati, hingga opor ayam.

Setiap daerah pun memiliki variasi ketupat dengan keunikan tersendiri, seperti ketupat bawang dari Madura, ketupat glabed khas Tegal, atau ketupat bebanci khas Betawi yang disajikan dengan kuah santan dan daging sapi.

Lebaran Ketupat menjadi penutup manis dari rangkaian ibadah dan tradisi Idulfitri, sekaligus refleksi kearifan lokal yang menyatu dengan nilai-nilai Islam.

Itulah sejarah dan tradisi Lebaran Ketupat di masyarakat Jawa yang wajib diketahui oleh masyarakat.

Tonton: Kena Tarif Resiprokal Trump, Indonesia Siap Bernegosiasi dengan Pemerintah AS

Selanjutnya: Indonesia Kena Tarif Resiprokal, Serikat Pekerja Minta Pemerintah Perhatikan Hal Ini

Menarik Dibaca: Cara Membuat Foto ala Studio Ghibli dengan Bantuan ChatGPT, Simak Tutorialnya!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Bimo Kresnomurti
Terbaru