KESEHATAN - JAKARTA. Simak apa itu Multitasking dan dampak buruknya untuk kesehatan. Istilah ini tentu kerap didengar dan menjadi pembahasan terkait produktivitas seseorang.
Multitasking pada dasarnya merupakan kemampuan untuk melakukan beberapa tugas atau aktivitas secara bersamaan.
Multitasking yang dapat terjadi ketika seseorang mencoba melakukan dua tugas secara bersamaan, berpindah dari satu tugas ke tugas lainnya, atau melakukan dua atau lebih tugas secara berurutan dengan cepat.
Baca Juga: Apa itu Jam Koma? Istilah yang Ramai Digunakan oleh Gen Z
Penelitian terkait Multitasking
Untuk menentukan kinerja mental dengan ibarat seseirang sedang "berjuggling" seperti ini, para psikolog melakukan eksperimen terkait pergantian tugas.
Dengan membandingkan berapa lama waktu yang dibutuhkan seseorang untuk menyelesaikan semua tugas, para psikolog dapat mengukur biaya waktu akibat pergantian tugas.
Peneliti juga menilai bagaimana berbagai aspek dari tugas, seperti kompleksitas atau familiaritas, mempengaruhi tambahan biaya waktu saat berpindah tugas.
Baca Juga: Catat 10 Tanda-Tanda Laptop Terkena Virus Malware yang Perlu Diwaspadai
Melansir dari laman APA ORG penelitian Robert Rogers, PhD, dan Stephen Monsell, D.Phil pada pertengahan 1990-an, ungkap hasil terkait kebiasaan multitasking mengganggu kinerja otak manusia.
Seseorang berpindah antara dua tugas secara sepenuhnya terprediksi setiap dua atau empat percobaan, mereka tetap lebih lambat pada percobaan pergantian tugas atau multitasking dibandingkan percobaan pengulangan tugas.
Dalam konteks sehari-hari, ini berarti seseorang mencoba mengerjakan lebih dari satu hal dalam waktu yang sama, misalnya menjawab pesan sambil bekerja, atau mendengarkan musik sambil belajar.
Baca Juga: Begini 9 Cara Mengatasi Kelelahan Terus-Menerus, Coba yuk!
Contoh penerapan multitasking:
- Di tempat kerja: Menulis email sambil mengikuti rapat virtual.
- Dalam kehidupan sehari-hari: Memasak sambil menonton televisi atau mendengarkan podcast.
- Menggunakan teknologi: Membuka beberapa aplikasi di smartphone secara bersamaan, seperti menjawab chat sambil menonton video.
Kekurangan Multitasking
Meski terdapat klaim dapat membantu menyelesaikan beberapa tugas dalam waktu lebih singkat, sayangnya hal tersebut membuat efek buruk.
Multitasking secara singkat dapat meningkatkan tingkat stres, yang menyebabkan tekanan darah dan detak jantung naik.
Melansir dari Brown Health, Multitasking juga dikaitkan dengan gejala depresi dan kecemasan. Efek ini mungkin bersifat sementara, namun tekanan darah dan stres yang meningkat secara kronis dapat memiliki dampak permanen pada otak dengan meningkatkan risiko penyakit serebrovaskular dan gangguan kognitif.
Baca Juga: Pengertian Short Attention Span, Penyebab, hingga Langkah Pencegahan
Efek Buruk multitasking:
- Penurunan kualitas kerja: Melakukan banyak tugas sekaligus bisa membuat kita tidak fokus, sehingga hasil pekerjaan mungkin kurang optimal atau penuh kesalahan.
- Stres: Membagi perhatian antara beberapa hal bisa membuat seseorang lebih cepat lelah dan stres.
- Waktu penyelesaian lebih lama: Sering kali multitasking justru membuat tugas selesai lebih lama karena sering teralihkan antara tugas satu dan lainnya.
Secara keseluruhan, multitasking dapat memberikan dampak negatif pada kesehatan mental dan fisik, terutama jika dilakukan terus-menerus.
Meskipun efeknya bisa bersifat sementara, kebiasaan multitasking yang berkelanjutan dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan serius.
Oleh karena itu, penting untuk menyadari batasan diri dan berusaha fokus pada satu tugas pada satu waktu demi menjaga kesejahteraan jangka panjang.
Tonton: Susu Ikan Masuk Menu Makan Bergizi Gratis, Cek Kandungan & Manfaatnya untuk Kesehatan
Selanjutnya: Promo KFC Super Family Special & Tebus Murah 1 Ayam Rp 4.545
Menarik Dibaca: Promo KFC Super Family Special & Tebus Murah 1 Ayam Rp 4.545
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News