TNI - Presiden Joko Widodo (Jokowi) memimpin upacara peringatan HUT ke-75 Tentara Nasional Indonesia atau TNI yang digelar di Istana Negara, Jakarta, Senin (5/10) pagi. Peringatan HUT TNI kali ini mengusung tema Sinergi untuk Negeri.
Mengawali amanatnya, Presiden mengucapkan selamat hari ulang tahun TNI kepada seluruh perwira, purnawirawan, dan prajurit TNI. “Atas nama rakyat, bangsa, dan negara saya menyampaikan ucapan selamat hari ulang tahun Tentara Nasional Indonesia yang ke-75," katanya.
"Hari ulang tahun TNI bukan hanya dirayakan oleh anggota dan keluarga besar TNI di manapun berada, tetapi juga oleh segenap rakyat Indonesia,” ujar Jokowi dilansir dari laman Sekretariat Kabinet.
Presiden mengatakan, TNI adalah penjaga utama kedaulatan negara, yang menjaga keutuhan wilayah NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Serta, melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.
Baca Juga: Jokowi tegaskan kebijakan investasi pertahanan di Hari TNI
Sejarah TNI
Dirangkum dari laman resmi TNI AD, TNI lahir dalam kancah perjuangan bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaan dari ancaman Belanda yang berambisi untuk kembali menjajah negeri ini melalui kekerasan senjata.
TNI merupakan perkembangan organisasi yang berawal dari Badan Keamanan Rakyat (BKR). Selanjutnya pada 5 Oktober 1945 menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR), dan untuk memperbaiki susunan yang sesuai dengan dasar militer international, diubah menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI).
Kemudian, pada 3 Juni 1947, Presiden Soekarno mengesahkan dengan resmi berdirinya Tentara Nasional Indonesia (TNI) untuk mempersatukan dua kekuatan bersenjata, yaitu TRI sebagai tentara regular dan badan-badan perjuangan rakyat.
Baca Juga: HUT ke-75 TNI, Jokowi anugerahkan tanda kehormatan kepada tiga prajurit
Pada saat-saat kritis selama Perang Kemerdekaan (1945-1949), TNI berhasil mewujudkan dirinya sebagai tentara rakyat, tentara revolusi, dan tentara nasional. Pada waktu bersamaan, TNI harus menghadapi tantangan baik dari dalam maupun luar negeri.
Pada saat baru berdiri, dari dalam negeri, TNI menghadapi rongrongan-rongrongan baik yang berdimensi politik maupun dimensi militer bersumber dari golongan komunis yang ingin menempatkan TNI di bawah pengaruh mereka.
Sedangkan tantangan dari dalam negeri yang berdimensi militer yaitu TNI menghadapi pergolakan bersenjata di beberapa daerah dan pemberontakan PKI di Madiun serta Darul Islam (DI) di Jawa Barat yang dapat mengancam integritas nasional.
Sementara tantangan dari luar negeri yaitu TNI dua kali menghadapi Agresi Militer Belanda yang memiliki organisasi dan persenjataan yang lebih modern.
Baca Juga: Lulusan SMP bisa daftar, rekrutmen Tamtama Paskhas TNI AU Gelombang I 2021
TNI digabung dengan Polri menjadi ABRI
Upaya menyatukan organisasi angkatan perang dan Kepolisian Negara menjadi organisasi Angkatan Bersenjata Republika Indonesia (ABRI) pada 1962 merupakan bagian yang penting dari sejarah TNI pada dekade tahun 60-an.
Menyatunya kekuatan Angkatan Bersenjata di bawah satu komando, diharapkan dapat mencapai efektifitas dan efisiensi dalam melaksanakan perannya, serta tidak mudah terpengaruh oleh kepentingan kelompok politik tertentu.
Namun hal tersebut menghadapi berbagai tantangan, terutama dari Partai Komunis Indonesia (PKI) sebagai bagian dari komunisme internasional yang senantiasa gigih berupaya menanamkan pengaruhnya ke dalam tatanan kehidupan bangsa Indonesia.
Baca Juga: Tujuh bulan penanganan Covid-19, Jokowi: Saya ingin menteri kerja lebih baik
Salah satunya dengan masuk ke dalam tubuh ABRI melalui penyusupan dan pembinaan khusus, serta memanfaatkan pengaruh Presiden/Panglima Tertinggi ABRI untuk kepentingan politiknya.
Upaya PKI makin gencar dan memuncak melalui kudeta terhadap pemerintah yang syah oleh G30S/PKI, mengakibatkan bangsa Indonesia saat itu dalam situasi yang sangat kritis.
Dalam kondisi tersebut, TNI berhasil mengatasi situasi kritis menggagalkan kudeta serta menumpas kekuatan pendukungnya bersama-sama dengan kekuatan-kekuatan masyarakat bahkan seluruh rakyat Indonesia.
Kemudian, pada 1 April 1999, TNI dan Polri berpisah. ABRI sebagai tentara dikembalikan menjadi TNI. Lalu, TNI dibagi menjadi tiga angkatan yakni TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan Laut, dan TNI Angkatan Udara.
Selanjutnya: Panglima TNI mutasi 62 perwira tinggi, ada apa?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News