LUAR ANGKASA - JAKARTA. Penelitian terkini mengonfirmasi bahwa ruang di sekitar kita berkembang lebih cepat daripada yang dapat dijelaskan oleh hukum fisika yang ada. Temuan ini berasal dari pengukuran yang sangat akurat terhadap sebuah gugus galaksi yang terletak lebih dari 300 juta tahun cahaya dari Bumi.
Selama lebih dari satu abad, para astronom telah memahami bahwa alam semesta yang awalnya merupakan konsentrasi massa dan energi yang terkunci dalam ruang terbatas kini menjadi penyebaran galaksi yang tersebar dalam laut kekosongan yang terus berkembang.
Namun, bagaimana kondisi ini bisa terjadi masih merupakan teka-teki besar dalam fisika, terutama yang berkaitan dengan medan kuantum inflasi yang mengalahkan gaya gravitasi yang sangat lemah, energi repulsif yang misterius, serta bentuk tarik menarik yang juga sulit dijelaskan.
Baca Juga: Sulit Hula Hoop? Temuan Ilmiah Ungkap Penyebabnya
Pengertian Konstanta Hubble dan Pentingnya Pengukuran Kecepatan Ekspansi
Mengutip sciencealert, konstanta Hubble adalah angka yang digunakan untuk mengukur kecepatan ekspansi alam semesta. Nilai ini penting dalam menentukan sejauh mana galaksi-galaksi di luar sana menjauh dari kita.
Kecepatan ini diukur berdasarkan jarak antara Bumi dan objek di alam semesta serta perbedaan dalam spektrum cahaya yang diterima dari objek-objek tersebut. Dalam model kosmologi yang diterima secara luas, galaksi-galaksi yang lebih jauh akan menjauh lebih cepat, sesuai dengan teori ekspansi alam semesta.
Namun, terdapat ketegangan yang muncul karena metode yang digunakan untuk mengukur konstanta Hubble menghasilkan nilai yang berbeda.
Beberapa pengukuran berdasarkan pengamatan langsung terhadap galaksi terdekat memberikan angka sekitar 76,5 kilometer per detik per megaparsek, sedangkan pengukuran lainnya yang didasarkan pada pengamatan cahaya kuno dari alam semesta primitif memperkirakan angka yang jauh lebih rendah, yaitu 67,4 kilometer per detik per megaparsek.
Ketidaksesuaian antara kedua angka ini menimbulkan ketegangan besar dalam kosmologi modern.
Baca Juga: Lubang Hitam Supermasif Menunjukkan Fenomena Baru yang Tertangkap Kamera
Krisis Konstanta Hubble: Apa yang Ditemukan oleh Tim Peneliti?
Dalam upaya untuk menyelesaikan ketegangan ini, Dan Scolnic dari Universitas Duke bersama timnya melakukan penelitian untuk mengukur kembali konstanta Hubble dengan menggunakan data dari Dark Energy Spectroscopic Instrument (DESI).
Instrumen ini sebelumnya digunakan untuk mengukur hubungan antara perenggangan ruang dan jarak yang tepat ke gugus galaksi Coma, yang terletak sekitar 320 juta tahun cahaya dari Bumi.
Dengan mengetahui jarak yang tepat antara Bumi dan gugus galaksi ini, para ilmuwan dapat lebih percaya diri dalam menghitung laju ekspansi ruang. Pengukuran yang akurat terhadap gugus galaksi Coma ini menjadi langkah pertama yang sangat penting dalam meningkatkan akurasi pengukuran konstanta Hubble.
Baca Juga: Ilmuwan Temukan Tanda-tanda Struktur Tersembunyi di Dalam Inti Bumi
Untuk memperbaiki ketidaktepatan pengukuran, tim Scolnic menggunakan spektrum panjang gelombang dan intensitas dari galaksi yang cocok dengan cahaya dari supernova tipe Ia.
Supernova tipe Ia adalah ledakan bintang yang sangat terang dan memiliki karakteristik tertentu, yang memungkinkan para ilmuwan untuk menghitung jarak galaksi yang lebih jauh dengan tingkat akurasi yang tinggi.
Dengan menggunakan teknik ini, mereka dapat memastikan bahwa gugus galaksi Coma berjarak sekitar 321 juta tahun cahaya, yang berada di tengah rentang perkiraan sebelumnya. Pengetahuan yang lebih pasti tentang jarak ini meningkatkan keyakinan dalam pengukuran kecepatan ekspansi alam semesta.
Tantangan di Balik Disrepansi Pengukuran Konstanta Hubble
Meskipun pengukuran yang lebih akurat telah dilakukan, masih ada perbedaan signifikan antara hasil yang diperoleh dengan dua metode pengukuran yang berbeda.
Pengukuran yang lebih baru, yang didasarkan pada pengamatan cahaya kuno yang ada sejak awal alam semesta, menghasilkan angka yang lebih rendah, yaitu 67,4 kilometer per detik per megaparsek. Perbedaan ini menciptakan suatu krisis besar dalam kosmologi, yang belum dapat dijelaskan sepenuhnya.
Baca Juga: Rotasi Bumi Mengalami Perlambatan, Apa Pengaruhnya terhadap Kehidupan Manusia?
Ada dua kemungkinan besar yang dapat menjelaskan perbedaan ini. Pertama, para ilmuwan mungkin telah membuat asumsi yang salah dalam salah satu metode pengukuran.
Jika ada asumsi yang keliru, menemukan dan memperbaikinya bisa menyelesaikan ketegangan ini. Namun, kemungkinan lainnya adalah bahwa perbedaan ini mengindikasikan adanya fenomena fisika baru yang belum diketahui sebelumnya.
Para ilmuwan berharap bahwa dengan terus memperbaiki teknik pengukuran dan mengembangkan teori-teori baru, kita dapat menemukan jawaban yang akan mengungkapkan apakah kita telah salah paham tentang alam semesta ataukah ada hukum fisika yang belum ditemukan yang dapat mengubah cara kita memandang alam semesta.
Selanjutnya: 5 Kebiasaan Sehat yang Harus Diajarkan kepada Anak Setiap Hari, Orang Tua Wajib Tahu!
Menarik Dibaca: 5 Kebiasaan Sehat yang Harus Diajarkan kepada Anak Setiap Hari, Orang Tua Wajib Tahu!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News