Inilah makna dan filosofi ketupat yang menjadi makanan khas Lebaran

Kamis, 13 Mei 2021 | 06:30 WIB   Penulis: Virdita Ratriani
Inilah makna dan filosofi ketupat yang menjadi makanan khas Lebaran


Filosofi ketupat 

Ketupat memiliki beberapa filosofi, mulai dari bentuk anyaman hingga lauk ketupat. Anyaman rumit pembungkusnya menunjukkan kesalahan manusia. 

Sementara, isi ketupat yakni nasi yang berwarna putih mencerminkan kebersihan dan kesucian hati manusia setelah memaafkan orang lain. 

Selain itu, nasi putih diartikan sebagai simbol kemakmuran dan kebahagiaan.  Bentuk ketupat yakni persegi empat yang sempurna melambangkan kemenangan umat Islam setelah sebulan berpuasa menjelang Idul Fitri. 

Bungkus hijau kekuningan dianggap sebagai salah satu penolakan bala atau penolakan nasib buruk. 

Proses menggantungkan ketupat setelah dimasak di depan rumah dilambangkan sebagai salah satu bentuk atau tradisi mengusir roh jahat. Oleh karena itu, ketupat sering digantung di depan pintu untuk mencegah roh jahat memasuki rumah. 

Baca Juga: Tes acak, 4.123 pemudik dinyatakan positif Covid-19!

Seringkali ketupat diolah dengan cara yang berbeda-beda, salah satunya dengan menggunakan santan sebagai media perebusan sebagai pengganti air. 

Santan adalah simbol permintaan maaf. Santan dalam bahasa Jawa disebut “santen” yang artinya “pangapunten” atau permintaan maaf. 

Ada puisi dalam bahasa Jawa yang berbunyi “kulo lepat nyuwun ngapunten,” yang artinya “Maafkan saya, saya melakukan kesalahan”. 

Seorang antropolog Indonesia mengartikan ketupat sebagai salah satu simbol solidaritas sosial atau hubungan timbal balik / memberi-dan-menerima yang dikenal dengan hukum timbal balik. 

Hubungan timbal balik tersebut terkait dengan kebiasaan saling memberi ketupat. 

Selanjutnya: Libur Lebaran tiba, sederet kegiatan ini perlu dicermati di tengah pandemi

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Virdita Ratriani

Terbaru