Inilah makna dan filosofi ketupat yang menjadi makanan khas Lebaran

Kamis, 13 Mei 2021 | 06:30 WIB   Penulis: Virdita Ratriani
Inilah makna dan filosofi ketupat yang menjadi makanan khas Lebaran


LEBARAN - Ketupat adalah makanan khas yang disajikan bertepatan hari raya Idul Fitri. 

Ketupat dimakan dengan berbagai lauk dan makanan pendamping lainnya seperti opor, sambal goreng kentang, maupun daging, dan sebagainya.

Bahan utama ketupat adalah beras yang dimasukkan dalam anyaman janur atau daun kelapa muda berbentuk persegi empat. 

Tradisi makan ketupat tersebar di seluruh Indonesia; Apalagi setiap daerah punya cara makan ketupatnya masing-masing. Ketupat sudah menjadi bagian dari budaya makanan Indonesia. 

Lantas, seperti apa makna dan filosofi ketupat? 

Baca Juga: Fakta menarik ketupat, hidangan khas yang selalu dihidangkan saat Hari Raya Lebaran

Makna ketupat

Makna dan filosofi ketupat

Dikutip dari Journal of Ethnic Foods (Science Direct, Maret 2018) dari Angelina Rianti dan koleganya, ketupat melambangkan permintaan maaf dan berkah. 

Bahan utama ketupat yakni nasi dan daun kelapa muda memiliki makna khusus.  Nasi dianggap sebagai lambang nafsu, sedangkan daun berarti “jatining nur” (cahaya sejati) dalam Bahasa Jawa yang artinya hati nurani. 

Sehingga, ketupat digambarkan sebagai simbol nafsu dan hati nurani. Artinya, manusia harus bisa menahan nafsu dunia dengan hati nuraninya. 

Dalam bahasa Sunda, ketupat disebut juga dengan “kupat,” yang artinya manusia tidak diperbolehkan untuk “ngupat,” yaitu membicarakan hal-hal buruk kepada orang lain.

Selain itu, makna ketupat atau kupat juga diartikan sebagai “Jarwa dhosok”, yang juga berarti “ngaku lepat”. Dalam hal ini, di dalamnya terdapat pesan bahwa seseorang harus meminta maaf ketika mereka melakukan sesuatu yang salah.

Ketupat juga digunakan sebagai simbol pengakuan kepada Tuhan dan manusia. 

Baca Juga: Airlangga: Bepergian antarwilayah aglomerasi tak memerlukan surat izin

Tingkah laku ini sudah menjadi kebiasaan atau tradisi pada saat hari pertama Syawal atau Idul Fitri. Nah, biasanya pada hari terakhir bulan puasa sudah mulai ditandai dengan makan ketupat beserta beberapa lauk pauk. 

Selain ngaku lepat, makna ketupat juga diartikan sebagai laku papat. Laku papat terdiri dari empat tindakan, yaitu lebaran, luberan, leburan, dan laburan. Lebaran yang artinya “lebar,” artinya pintu permintaan maaf telah dibuka lebar-lebar. Saat manusia mengampuni orang lain, mereka menerima banyak berkah. 

Kata “lebaran” juga berarti bulan puasa telah usai dan dirayakan dengan makan ketupat. Sementara luberan artinya “melimpah,” yang memberikan pesan untuk membagi hartanya dengan orang yang kurang beruntung melalui amal. 

Kemudian, leburan berarti saling memaafkan. Semua kesalahan bisa dimaafkan pada hari itu karena umat manusia dituntut untuk saling memaafkan.  Terakhir, labur dalam bahasa laburan artinya orang suci dan bebas dari dosa manusia. Dalam hal ini, ketupat memberikan pesan untuk menjaga kejujuran diri. 

Oleh karena itu, setelah melakukan leburan (saling memaafkan), masyarakat harus mencerminkan sikap dan tindakan yang baik.

Baca Juga: Pengetatan mudik Polri memeriksa 113.694 kendaraan, sepertiga diminta putar balik

Filosofi ketupat 

Ketupat memiliki beberapa filosofi, mulai dari bentuk anyaman hingga lauk ketupat. Anyaman rumit pembungkusnya menunjukkan kesalahan manusia. 

Sementara, isi ketupat yakni nasi yang berwarna putih mencerminkan kebersihan dan kesucian hati manusia setelah memaafkan orang lain. 

Selain itu, nasi putih diartikan sebagai simbol kemakmuran dan kebahagiaan.  Bentuk ketupat yakni persegi empat yang sempurna melambangkan kemenangan umat Islam setelah sebulan berpuasa menjelang Idul Fitri. 

Bungkus hijau kekuningan dianggap sebagai salah satu penolakan bala atau penolakan nasib buruk. 

Proses menggantungkan ketupat setelah dimasak di depan rumah dilambangkan sebagai salah satu bentuk atau tradisi mengusir roh jahat. Oleh karena itu, ketupat sering digantung di depan pintu untuk mencegah roh jahat memasuki rumah. 

Baca Juga: Tes acak, 4.123 pemudik dinyatakan positif Covid-19!

Seringkali ketupat diolah dengan cara yang berbeda-beda, salah satunya dengan menggunakan santan sebagai media perebusan sebagai pengganti air. 

Santan adalah simbol permintaan maaf. Santan dalam bahasa Jawa disebut “santen” yang artinya “pangapunten” atau permintaan maaf. 

Ada puisi dalam bahasa Jawa yang berbunyi “kulo lepat nyuwun ngapunten,” yang artinya “Maafkan saya, saya melakukan kesalahan”. 

Seorang antropolog Indonesia mengartikan ketupat sebagai salah satu simbol solidaritas sosial atau hubungan timbal balik / memberi-dan-menerima yang dikenal dengan hukum timbal balik. 

Hubungan timbal balik tersebut terkait dengan kebiasaan saling memberi ketupat. 

Selanjutnya: Libur Lebaran tiba, sederet kegiatan ini perlu dicermati di tengah pandemi

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Halaman   1 2 Tampilkan Semua
Editor: Virdita Ratriani
Terbaru