Kisah Perang Jawa yang dipimpin Pangeran Diponegoro melawan penjajahan Belanda

Selasa, 10 Agustus 2021 | 10:54 WIB   Penulis: Tiyas Septiana
Kisah Perang Jawa yang dipimpin Pangeran Diponegoro melawan penjajahan Belanda

ILUSTRASI. Kisah Perang Jawa yang dipimpin Pangeran Diponegoro melawan penjajahan Belanda.


Pecahnya Perang Jawa pimpinan Pangeran Diponegoro

Perang Jawa dimulai pada tahun 1825. Namun sebelum perang tersebut pecah, Pangeran Diponegoro sempat akan ditangkap. 

Pada hari Rabu tanggal 20 Juli 1825, sebelum perang pecah, pihak istana mengutus dua bupati keraton senior yang memimpin pasukan Jawa-Belanda untuk menangkap Pangeran Diponegoro dan Mangkubumo di Tegalrejo. 

Pangeran dan sebagian pengikutnya berhasil selamat meski kediaman beliau jatuh dan dibakar. Hal ini dikarenakan Pangeran Diponegoro lebih memahami medan di Tegalrejo. 

Beliau beserta keluarga dan pasukannya bergerak ke arah barat hingga Desa Dekso di Kabupaten Kulonprogo. 

Kemudian Diponegoro meneruskan perjalanannya ke selatan hingga keesokan harinya tiba di Goa Selarong yang berada di 5 kilometer arah abrat Kota Bantul. 

Pangeran Diponegoro tidak berdiam diri, beliau kemudian pindah ke Selangor yang dijadikan sebagai markas besarnya. Selangor merupakan daerah berbukit dan menjadikan Goa Selangor sebagai basisnya. 

Baca Juga: Sedang cari kerja? Ada lowongan di holding pertambangan ini untuk semua jurusan

Goa tersebut terletak di Dusun Kentolan Low, Guwisari Pajang Bantul. Diponegoro menggunakan Goa Kakung yang berada di sebelah barat sebagai tempat pertapaan. 

Sedangkan goa di sebelah timur bernama Goa Putri ditempati oleh Raden Ayu Retnaningsih. Beliau adalah selir Pangeran Diponegoro yang paling setia menemani setelah dua istri Pangeran wafat. 

Penyerangan di Tegalrejo tersebut menjadi permulaan dimulainya Perang Diponegoro atau Perang jawa.

Masyarakat bergabung lawan penjajahan Belanda

Perang tersebut berlangsung selama lima tahun (1825-1830) dan dipimpin oleh Pangeran Diponegoro. Beliau memimpin masyarakat Jawa mulai dari petani hingga priyayi yang menyumbangkan harta mereka sebagai dana perang. 

Semangat masyarakat Jawa kala berperang melawan Belanda dikenal dengan “Sadumuk bathuk, sanyari bumi ditohi tekan pati” yang artinya “sejari kepala sejengkal tanah dibela sampai mati”. 

Tidak hanya dari kalangan masyarakat biasa saja, banyak pangeran yang ikut bergabung dalam Perang Diponegoro. Sebanyak 15 pangeran dari 19 pangeran bergabung dengan Diponegoro untuk melawan penjajahan Belanda. 

Hebatnya, Pangeran Diponegoro berhasil memobilisasi para bandit profesional yang sebelumnya ditakuti oleh penduduk pedesaan, meskipun mobilisasi ini menjadi kontroversi tersendiri. 

Banyak tokoh penting yang juga turut membantu Diponegoro dalam Perang Jawa tersebut. Beliau dibantu oleh Kyai Mojo yang juga menjadi pemimpin spiritual pemberontakan. 

Pangeran Diponegoro juga berkoordinasi dengan I.S.K.S. Pakubuwono VI serta Raden Tumenggung Prawirodigdoyo Bupati Gagatan selama Perang Jawa berlangsung. 

Editor: Tiyas Septiana

Terbaru