Mengenal Profil Wilmar Group, Anak Usaha, Perkembangan, hingga Kontroversinya

Selasa, 21 Oktober 2025 | 13:56 WIB
Mengenal Profil Wilmar Group, Anak Usaha, Perkembangan, hingga Kontroversinya

ILUSTRASI. Wilmar Scholarship Program, Workshop and Graduation di Serang (18/2). Acara tersebut juga menjadi momen kelulusan bagi penerima beasiswa yang telah menyelesaikan ikatan dinas selama delapan tahun dengan perusahaan.


Penulis: Bimo Kresnomurti  | Editor: Bimo Kresnomurti

KONTAN.CO.ID - Mengenal Wilmar Group dan anak-anak usahanya yang ramai pada kasus CPO. Baru-baru ini Kejaksaan Agung mengembalikan uang Rp 13,2 Triliun kerugian negara dari kasus CPO yang menyeret Wilmar Group.

Pihak Wilmar Group adalah salah satu konglomerat agribisnis terbesar di Asia yang bermarkas di Singapura dan berdiri pada tahun 1991 oleh dua pendiri yaitu Kuok Khoon Hong (Singapura) dan Martua Sitorus (Indonesia). 

Perusahaan ini menerapkan model bisnis terintegrasi vertikal penuh. Aktivitas tersebut mulai dari budidaya kelapa sawit, penggilingan, penyulingan minyak nabati, pemrosesan gula dan beras, hingga produksi barang konsumen (edible oils, produk makanan siap saji), oleokimia, biodiesel, pupuk, dan lainnya.

Dengan lebih dari 500 pabrik manufaktur di lebih dari 30 negara serta jaringan distribusi ke lebih dari 50 negara, Wilmar memiliki tenaga kerja multinasional sekitar 90.000–100.000 orang.

Lalu, seperti apa awal mulanya perusahaan ini berdiri? Cek informasi selengkapnya.

Baca Juga: Kejaksaan Agung Serahkan Rp 13,2 Triliun Hasil Penyitaan Kasus Korupsi CPO ke Negara

Jejak dan Perkembangan

Pada awal berdirinya (1991), Wilmar memulai dengan modal kecil dan kegiatan ekspor/ perdagangan komoditas, kemudian cepat mengembangkan bisnis budidaya kelapa sawit di Indonesia, khususnya di Sumatera Barat, dan memperluas ke pengolahan di Sumatera Utara dan Riau. 

Melansir dari laman Wilmar, konglomerasi ini juga masuk ke segmen konsumen: meluncurkan minyak goreng bermerek seperti Sania, dan memperluas portofolio ke produk-produk konsumen lainnya serta memperkuat lini oleokimia, pupuk, gula dan sektor agribisnis lainnya di Indonesia dan Asia. 

Perusahaan tercatat di Bursa Efek Singapura (SGX) dan dikenal sebagai salah satu perusahaan dengan kapitalisasi pasar tertinggi di kawasan. 

Wilmar juga berkomitmen pada praktik keberlanjutan (sustainability) dan pengelolaan rantai pasok secara terintegrasi dengan sasaran efisiensi dan sinergi operasional. 

Baca Juga: Prabowo Akan Menambah Anggaran LPDP Rp 13 Triliun dari Uang Sitaan Korupsi CPO

Aktivitas Utama

  • Budidaya kelapa sawit dan penggilingan di Indonesia dan Asia Tenggara
  • Crushing/penyulingan biji minyak dan kopra
  • Produksi dan distribusi minyak nabati, margarin, lemak khusus (specialty fats)
  • Produksi gula, beras, tepung serta produk pangan konsumen siap pakai
  • Oleokimia, biodiesel, pupuk dan bahan industri agribisnis
  • Distribusi dan jaringan konsumen global

Baca Juga: Prabowo Bakal Tambah Dana LPDP, Gunakan Hasil Sitaan Korupsi CPO Rp 13 Triliun

Anak Usaha dan Operasi di Indonesia

Di Indonesia, Wilmar melalui anak usahanya mengoperasikan perkebunan, pabrik pengolahan, penyulingan minyak nabati, serta distribusi produk konsumen. Berikut beberapa entitas dan lini usaha penting:

  • PT Wilmar Nabati Indonesia adalah produsen minyak goreng kemasan bermerek. 
  • PT Multimas Nabati Asahan adalah pabrik kelapa sawit dan inti sawit di Sumatera. 
  • PT Wilmar Bioenergi Indonesia adalah unit yang memproduksi biodiesel dari CPO. 
  • PT Sinar Alam Permai adalah salah satu anak usaha dalam pengolahan kelapa sawit dan inti sawit di Sulawesi. 
  • PT Padi Indonesia Maju (PIM) adalah unit usaha untuk beras premium.

Baca Juga: Uang Rp 13 Triliun Sitaan Kasus Korupsi CPO, Prabowo: Bisa Renovasi 8.000 Sekolah

Capaian Keuangan & Skala

Untuk tahun 2024, Wilmar melaporkan pendapatan sekitar US$ 67,2 miliar atau sekitar Rp 1.114 Triliun. Wilmar mengoperasikan lebih dari 1.000 pabrik dan manufaktur di seluruh dunia serta melayani pasar global di Asia, Afrika, dan lainnya.

Kontroversi

1. Keterkaitan dengan Deforestasi dan Pembukaan Lahan Ilegal

Melansir dari Reuters, Wilmar, meskipun telah menerapkan kebijakan No Deforestation, No Peat, No Exploitation (NDPE) sejak 2013, tetap dikaitkan dengan sejumlah pemasok yang melakukan pembukaan hutan hujan, lahan gambut, dan habitat satwa langka.

Dalam salah satu kasus, area yang dibuka di kawasan Papua yang berhubungan dengan pemasok Wilmar atau afiliasinya dilaporkan mencakup wilayah seluas dua kali ukuran Paris.

Selain itu, beberapa komunitas adat di Sumatra Barat melaporkan kehilangan akses terhadap lahan mereka, intimidasi, dan bahkan kriminalisasi setelah menyampaikan keberatan atas aktivitas perkebunan yang terkait anak usaha Wilmar.

Baca Juga: Kejagung Serahkan Uang Sitaan Korupsi CPO Rp 13,2 Triliun kepada Negara

2. Kasus Korupsi Pemberian Izin Ekspor CPO

Pada tahun 2025, aparat penegak hukum Indonesia menyita sekitar Rp11,8 triliun dari Wilmar terkait dugaan suap dan pemberian perlakuan khusus dalam proses perizinan ekspor minyak sawit mentah (CPO) serta produk turunannya selama krisis minyak goreng tahun 2022.

Dalam kasus yang sama, sejumlah hakim, pejabat peradilan, dan pihak swasta ditangkap atas dugaan menerima suap agar vonis pembebasan terhadap beberapa perusahaan sawit, termasuk Wilmar, dapat dilakukan.

Kasus ini disebut sebagai salah satu risiko hukum dan reputasi terbesar bagi Wilmar, dengan potensi denda besar, gangguan likuiditas, serta penurunan kepercayaan dari para investor.

3. Kepatuhan Rantai Pasok dan Masalah Jejak Produksi

Walaupun Wilmar telah berkomitmen untuk memutus hubungan dengan pemasok yang terlibat dalam praktik deforestasi atau pelanggaran lingkungan, sebagian besar volume minyak sawit yang diolah masih berasal dari pemasok pihak ketiga dengan sistem pelacakan produksi (traceability) yang belum sepenuhnya transparan.

Kritik menyebut bahwa pengawasan internal terhadap pemasok masih lemah, dan hasil audit menunjukkan bahwa sebagian lahan bermasalah tetap masuk dalam rantai pasok perusahaan.

Demikian informasi mengenai profil Wilmar Group yang ramai lewat kontroversi pada kasus CPO.

Tonton: Purbaya Ungkap Dana Pemda Rp 234 T Menganggur di Bank, Jakarta Tertinggi

Selanjutnya: Harga Emas Antam Hari Ini Melejit Rp 72.000, Tapi Waspada Emas Global Tergelincir

Menarik Dibaca: Harga Emas Antam Hari Ini Melejit Rp 72.000, Tapi Waspada Emas Global Tergelincir

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Terbaru