Busana atau kostum tari piring
Busana yang dikenakan penari lelaki berupa baju rang mudo atau baju gunting China yang berlengan lebar berhias renda emas (missia) dengan bawahan “saran galembong” celana berukuran besar yang bagian tengahnya (pisak) berwarna sama dengan atasannya.
Dirangkum dari laman Encyclopedia Pemerintah DKI Jakarta, aksesoris yang dikenakan terdiri dari “sisamping”, “cawek”, dan “destar”.
Sisamping adalah kain songket yang dililitkan di pinggang dengan panjang sebatas lutut, sedangkan cawek adalah ikat pinggang yang juga terbuat dari songket dengan hiasan rumbai di bagian ujungnya.
Baca Juga: Catat, ada festival khas Minang di lap Banteng
Sementara destar atau deta adalah penutup kepala yang terbuat dari bahan songket berbentuk segi tiga, dikenakan dengan cara mengikatnya di kepala.
Sedangkan busana atau kostum penari perempuan terdiri baju kurung berbahan satin atau beludru dengan bawahan berupa kain songket. Aksesoris yang dikenakan berupa selendang dan “tikuluak tanduak balapak”.
Selendang berbahan songket dikenakan di bagian kiri badan, sedangkan “tikuluak tanduak balapak” adalah penutup kepala khas perempuan Minang yang juga berbahan songket dan bentuknya menyerupai tanduk kerbau. Perhiasan yang dikenakan berupa kalung rumbai dan kalung gadang serta subang atau giwang.
Baca Juga: Festival Saribu Rumah Gadang di Tour de Singkarak