​Tari Piring Berasal dari Sumatera Barat: Ini Makna Gerakan, Properti, dan Sejarahnya

Senin, 24 Januari 2022 | 08:39 WIB   Penulis: Virdita Ratriani
​Tari Piring Berasal dari Sumatera Barat: Ini Makna Gerakan, Properti, dan Sejarahnya

ILUSTRASI. Tari Piring berasal dari daerah Sumatera Barat.


BUDAYA - Tari piring berasal dari daerah Solok, Sumatera Barat. Properti tari piring atau dalam bahasa Minang disebut tari piriang  menggunakan piring. 

Dirangkum dari laman resmi Kementerian Luar Negeri, dalam tari piring para penari mengayunkan piring di tangan mengikuti gerakan-gerakan cepat yang teratur, tanpa satu pun piring terlepas dari tangan. 

Gerakan tari piring diambil dari langkah dalam silat Minangkabau atau silek. 

Baca Juga: Pasar Siti Nurbaya angkat budaya khas Sumbar

Makna gerakan tari piring 

Tari Piring berasal dari Sumatera Barat

Gerakan tari piring adalah meletakkan dua piring di atas dua telapak tangan. Penari mengayunkan piring dalam gerakan-gerakan yang cepat, diselingi dengan mendentingkan piring atau dua cincin di jari penari terhadap piring yang dibawanya. 

Makna gerakan tari piring melambangkan kerja sama ketika warganya berada di sawah. Dikutip dari laman Warisan Budaya Kemdikbud, koreografi gerakan tari piring meniru cara petani bercocok tanam dan menunjukkan ungkapan rasa syukur mereka saat menuai hasil panen yang bakal menghidupi seisi rumah. 

Piring di tangan mereka diisi makanan yang lezat untuk dipersembahkan kepada dewa. Pada akhir gerakan tari piring, penari akan melemparkan piring ke lantai. Lantas, para penari akan menari di atas pecahan-pecahan piring. 

Jumlah penari tari piring biasanya berjumlah ganjil yang terdiri dari tiga sampai tujuh orang. Kostum untuk penari piring yakni berwarna cerah dengan nuansa warna merah dan kuning keemasan serta tutup kepala.

Iringan tari piring adalah kombinasi alat musik talempong dan saluang. Tempo alunan musik untuk iringan tari piring awalnya lembut dan teratur, kemudian lama-kelamaan berubah menjadi lebih cepat.

Baca Juga: Love for Sale 2, pria misterius yang didatangi Arini adalah Adipati Dolken

Busana atau kostum tari piring 

Busana yang dikenakan penari lelaki berupa baju rang mudo atau baju gunting China yang berlengan lebar berhias renda emas (missia) dengan bawahan “saran galembong” celana berukuran besar yang bagian tengahnya (pisak) berwarna sama dengan atasannya. 

Dirangkum dari laman Encyclopedia Pemerintah DKI Jakarta, aksesoris yang dikenakan terdiri dari “sisamping”, “cawek”, dan “destar”. 

Sisamping adalah kain songket yang dililitkan di pinggang dengan panjang sebatas lutut, sedangkan cawek adalah ikat pinggang yang juga terbuat dari songket dengan hiasan rumbai di bagian ujungnya.

Baca Juga: Catat, ada festival khas Minang di lap Banteng

Sementara destar atau deta adalah penutup kepala yang terbuat dari bahan songket berbentuk segi tiga, dikenakan dengan cara mengikatnya di kepala. 

Sedangkan busana atau kostum penari perempuan terdiri baju kurung berbahan satin atau beludru dengan bawahan berupa kain songket. Aksesoris yang dikenakan berupa selendang dan “tikuluak tanduak balapak”. 

Selendang berbahan songket dikenakan di bagian kiri badan, sedangkan “tikuluak tanduak balapak” adalah penutup kepala khas perempuan Minang yang juga berbahan songket dan bentuknya menyerupai tanduk kerbau. Perhiasan yang dikenakan berupa kalung rumbai dan kalung gadang serta subang atau giwang.

Baca Juga: Festival Saribu Rumah Gadang di Tour de Singkarak

Sejarah tari piring

Tari Piring berasal dari daerah Sumatera Barat

Tidak dapat dipastikan dengan tepat mengenai sejarah Tari Piring. Namun, dipercaya bahwa sejarah tari piring di kepulauan Melayu sejak lebih 800 tahun yang lalu. 

Tarian ini dipercayai telah bertapak di Sumatra Barat atau lebih dikenali sebagai Minangkabau, dan berkembang hingga ke zaman Sriwijaya. 

Kemunculan kerajaan Majapahit pada kurun ke 16, yang menjatuhkan kerajaan Sriwijaya telah mendorong perkembangan Tari Piring ke negeri-negeri Melayu bersama-sama orang-orang pelarian Sriwijaya ketika itu.

Baca Juga: Persembahan Satu Cinta Indonesia dari LTMKB UI

Pada saat itu, tari piring merupakan ritual ucapan rasa syukur masyarakat setempat kepada dewa-dewa setelah mendapatkan hasil panen yang melimpah ruah. Ritual dilakukan dengan membawa sesaji dalam bentuk makanan yang diletakkan di dalam piring sembari melangkah dengan gerakan yang dinamis.  

Setelah masuknya agama Islam ke Minangkabau, tari piring tidak lagi digunakan sebagai ritual ucapan rasa syukur kepada dewa-dewa. Akan tetapi, tari piring digunakan sebagai sarana hiburan bagi masyarakat yang ditampilkan pada acara-acara keramaian serta untuk menyambut tamu kehormatan. 

Itulah mengenai tari piring berasal dari daerah Minangkabau, Sumatera Barat. Serta mengenai gerakan tari piring, properti tari piring, dan iringan tari piring. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Halaman   1 2 3 Tampilkan Semua
Editor: Virdita Ratriani

Terbaru