​Mengenal bendungan kering Ciawi dan Sukamahi, bendungan kering pertama di Indonesia

Rabu, 17 Februari 2021 | 11:24 WIB   Penulis: Virdita Ratriani
​Mengenal bendungan kering Ciawi dan Sukamahi, bendungan kering pertama di Indonesia

ILUSTRASI. Bendungan Sukamahi


BENDUNGAN DI INDONESIA -  Bendungan kering adalah bangunan bendung yang dibangun untuk mengontrol banjir. Biasanya tidak mengandung turbin ataupun pintu air, dan ditujukan untuk membiarkan saluran (sungai dsb) untuk mengalir dengan bebas selama kondisi normal. 

Pada periode dengan curah hujan tinggi yang berpotensi menimbulkan banjir, bendungan ini menahan kelebihan air dan mengalirkannya secara terkontrol.

Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi di Bogor yang tengah dibangun oleh Kementerian PUPR adalah bendungan kering pertama di Indonesia.

Kedua bendungan ini bukan untuk keperluan irigasi atau air baku, namun untuk meningkatkan kapasitas pengendalian banjir.

Kedua bendungan ini baru akan digenangi air pada musim hujan. Sementara pada musim kemarau bendungan ini kering.

Baca Juga: Pedagang pasar tradisional sebut harga cabai masih belum terkendali

Bendungan kering Ciawi

Dikutip dari laman Setkab, kontrak pekerjaan bendungan kering Ciawi ditandatangani pada 23 November 2016 dengan kontraktor pelaksana PT. Brantas Abipraya dan PT. Sacna. 

Pembangunannya telah mulai pada 2 Desember 2016. Pada Desember 2020 lalu, progres pembangunan Bendungan Ciawi sudah sebesar 73 persen.  Progres konstruksi bendungan ini lebih cepat dari rencana sebesar 71,5 persen. 

Pengadaan lahan kedua bendungan dilakukan dengan skema dana talangan, kontraktor membiayai terlebih dahulu dan nantinya akan dibayarkan melalui Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN).

Bendungan Ciawi direncanakan memiliki volume tampung 6,05 juta meter kubik dan luas genangan 39,40 hektare dengan biaya pembangunan sebesar Rp 798,7 miliar. 

Bendungan ini didesain untuk mengurangi debit banjir yang masuk ke Jakarta dengan menahan aliran air dari Gunung Gede dan Gunung Pangrango sebelum sampai ke Bendung Katulampa yang kemudian mengalir ke Sungai Ciliwung.

Rampungnya pembangunan Bendungan Ciawi akan mereduksi banjir sebesar 111,75 meter kubik per detik.

Baca Juga: Pemerintah targetkan pembangunan PLTS terapung capai 1,9 GW

Bendungan Sukamahi

Pembangunan Bendungan Sukamahi yang sudah direncanakan sejak tahun 1990-an, mulai dibangun tahun 2017 dan progresnya saat ini sudah mencapai 60 persen. 

Sedangkan progres lahan yang sudah bebas telah mencapai 40,86 hektare atau 92,67 persen dari kebutuhan 46,7 hektare.

Pekerjaan berjalan kini meliputi galian tubuh bendungan, grouting tubuh bendungan, bangunan pelimpah (clearing dan pengecoran), pekerjaan hidromekanikal, pembangunan fasilitas umum (gardu pandang, masjid, gudang, landscaping), dan clearing area lahan.

Kontrak pembangunan Bendungan Sukamahi senilai Rp447,39 miliar ditandatangani pada 20 Desember 2016 dengan kontraktor PT. Wijaya Karya-Basuki KSO.  Bendungan Sukamahi memiliki daya tampung 1,68 juta meter kubik dan luas area genangan 5,23 hektare.

Baca Juga: Ikkapi sebut sejumlah harga pangan masih belum stabil

Dari penelusuran debit banjir kala ulang 50 tahun, dengan dibangunnya Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi mengurangi debit banjir di Pintu Air Manggarai sebesar 577,05 meter kubik per detik. 

Bila dikurangi dengan debit Sungai Ciliwung yang nantinya dialirkan Kanal Banjir Timur melalui Sodetan Ciliwung sebesar 60 meter kubik per detik maka debit di Pintu Air Manggarai sebesar 517,05 meter kubik per detik.

Di samping pembangunan infrastruktur fisik, Kementerian PUPR juga memiliki sistem peringatan dini banjir telemetri yang mencatat tinggi muka air di beberapa pintu air dan pos pengamatan seperti Pos Katulampa, Pintu Air Depok, dan Pintu Air Manggarai. 

Selain itu juga telah diatur tingkat siaga dan kewenangan buka tutup pintu air.

Kementerian PUPR melalui BBWSCC setiap jamnya melakukan pembaharuan informasi Tinggi Muka Air (TMA) sungai di pintu air/pos pengamatan, cuaca di lokasi dan kategori statusnya, tidak hanya di Sungai Ciliwung tetapi juga sungai-sungai lainnya di area Jabodetabek.

Selanjutnya: ​Mengenal Bendungan Prijetan, bendungan tertua di Indonesia sejak zaman Belanda

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Halaman   1 2 Tampilkan Semua
Editor: Virdita Ratriani

Terbaru