Sejarah Majapahit, kerajaan terbesar di Indonesia dan keruntuhannya

Sabtu, 12 September 2020 | 12:35 WIB   Penulis: Virdita Ratriani
Sejarah Majapahit, kerajaan terbesar di Indonesia dan keruntuhannya


SEJARAH DUNIA - Sejarah Kerajaan Majapahit menarik untuk dikulik. Majapahit merupakan salah satu kerajaan yang berkuasa cukup lama di Indonesia, sekitar 1293 hingga 1500 Masehi. 

Dirangkum dari Britannica, Kerajaan Majapahit didirikan oleh Raden Wijaya, sebutan yang lazim digunakan para sejarawan untuk menyebut pendiri kerajaan.

Dia bertakhta pada 1293 hingga 1309, dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana. Raden Wijaya adalah putra dari Prabu Guru Darmasiksa, Raja Sunda Galuh dan Putri Mahisa Cempaka dari Kerajaan Singasari. 

Sejarah Kerajaan Majapahit

Raden Wijaya mendirikan Majapahit setelah Kerajaan Singasari runtuh akibat pemberontakan Bupati Gelanggelang Jayakatwang pada 1292. 

Baca Juga: Bhayangkara merupakan nama pasukan elite Majapahit pimpinan Gajah Mada

Di 1292, pasukan Mongol datang ke Jawa untuk membalas penghinaan terhadap kaisar China, Kublai Khan, oleh Kertanagara, Raja Singasāri, yang telah digantikan oleh Jayakatwang. 

Raden Wijaya bekerjasama dengan pasukan Mongol dalam mengalahkan Jayakatwang. Namun setelah itu, Raden Wijaya justru berbalik melawan pasukan Mongol dan mengusir mereka dari Jawa.

Pada tangggal 15 bulan Kartika tahun 1215 saka yang bertepatan dengan tanggal 10 November 1293, Raden Wijaya mendirikan Kerajaan Majapahit dan dinobatkan sebagai raja pertama. 

Pusat Kerajaan Majapahit berada di Trowulan yang kini berada di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.

Baca Juga: 5 Bedug tertua di Indonesia

Perekonomian modern Kerajaan Majapahit

Pola perekonomian masa Kerajaan Majapahit sudah tergolong modern. Dikutip dari Harian Kompas, hal tersebut bisa terlihat dari bukti temuan ekskavasi di sekitar Trowulan.

Temuan menunjukkan, ada hubungan dengan dunia luar, perdagangan komersial, tabungan dalam bentuk celengan, mata uang domestik dan asing, serta nilai tukar tertentu antara kedua mata uang tersebut.

Sistem moneter yang tampil dalam bentuk uang domestik dan asing tampaknya memperkuat asumsi bahwa Kerajaan Majapahit sebenarnya sudah mulai masuk ke era modern

Bukti itu dikemukakan oleh sekelompok arkeolog dari Lembaga Penelitian Universitas Indonesia yang dipimpin Bambang Sumadio. Penelitian yang berlangsung sejak 1984 ini melibatkan tak kurang dari 12 peneliti. 

Uang-uang asing, yang antara lain berasal dari China dan Malaka serta uang domestik dengan tulisan Jawa dan gambar wayang, dipakai untuk tujuan komersial, yang motifnya adalah keuntungan. 

Baca Juga: Tambah bintang untuk tangkap potensi Bali

Bahkan, beberapa sumber-sumber tertulis menyebutkan, ada nilai tukar di antara uang-uang tersebut. Mata uang Malaka, misalnya, berharga satu seperempat mata uang Jawa.

Hingga sekarang telah ditemukan sekitar 10.000 keping mata uang China di situs Trowulan, yang saat ini seluruhnya tengah dibersihkan. Penggunaan mata uang asing tersebut lantaran Majapahit telah mengalami era perdagangan global dengan bangsa lain.

Secara ekonomi, pada awalnya Majapahit berlandaskan ekonomi agraris. Tapi, hasil bumi yang melimpah ruah dari daerah pedalaman yang subur diangkut ke berbagai daerah untuk diperdagangkan, melalui jalur darat, sungai, dan laut saat puncak kejayaannya.

Ketika itu, Majapahit telah mengadakan hubungan perdagangan dengan daerah-daerah di luar Jawa, yaitu dengan Banda, Ternate, Ambon, Banjarmasin Malaka, dan Filipina. 

Baca Juga: 5 Kelenteng tertua di Indonesia

Beberapa daerah pesisir yang dijadikan pelabuhan pun membuat kemunculan pusat-pusat perdagangan, seperti Canggu, Surabaya, Gresik, Sidayu, Pasuruhan, Tuban, dan Jepara.  Para pedagang dari Nusantara, Tiongkok, dan Arab serta orang-orang Eropa pun berdatangan ke Nusantara.

 

Puncak kejayaan hingga keruntuhan Kerajaan Majapahit

Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaan saat dipimpin Hayam Wuruk yang berkuasa sejak 1350 sampai 1389. Hayam Wuruk menjadi pemimpin saat usianya 16 tahun. 

Dia adalah raja keempat Kerajaan Majapahit setelah mewarisi tahta ibunya, Tribhuwana Tunggadewi atau putri Raden Wijaya. 

Di bawah pemerintahan Hayam Wuruk, daerah kekuasaan mencakup seluruh Nusantara, yakni meluas sampai ke Sumatra, Semenanjung Malaya, Kalimantan, Sulawesi, kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, Papua, Tumasik (Singapura), dan sebagian kepulauan Filipina. 

Majapahit memiliki kekuatan yang signifikan dalam membangun relasi dengan China, Champa, Kamboja, Annam, dan Thailand (Siam). 

Sekitar 98 kerajaan pada saat itu ada di genggaman Majapahit. Keberhasilan Hayam Wuruk tak lepas dari pengaruh Gajah Mada. Gajah Mada adalah panglima tertinggi, mahapatih, sekaligus tangan kanan Hayam Wuruk. 

Baca Juga: 8 Masjid tertua di Indonesia

Sumpah Palapa sebenarnya adalah janji politik yang diucapkan Patih Gajah Mada ketika dilantik sebagai Maha Patih. Gadjah Mada bersumpah akan menyatukan wilayah-wilayah Nusantara di bawah naungan Majapahit. 

Kematian Gajah Mada pada 1364 menjadi awal redupnya kejayaan Majapahit. Setelah Gajah Mada meninggal, Hayam Wuruk sangat terpukul dan menolak menunjuk Maha Pahit lain. 

Alasan Hayam Wuruk melakukan itu karena dia berutang budi pada Gajah Mada yang membawa puncak keemasan dan sangat menghormatinya.

Selanjutnya: Runtuhnya majapahit dan mitos gunung kelud

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Halaman   1 2 3 Tampilkan Semua
Editor: Virdita Ratriani

Terbaru